"Hoi ... jelaskan," ucapku datar. Para warga menenteng senapan angin mereka untuk diletuskan kepada rentetan kaleng-kaleng besi reyot yang berjalan menuju barikade itu. Yang menyeramkan adalah, ketika mereka mengangkat senjata, kami harus merunduk dari balik barikade, karena mereka menembakkan senjata yang sama.
"Jelaskan! Bagaimana mereka bisa membuat hal-hal seperti itu!?" Aku sudah tidak tahan lagi, kemudian malah mengomel kepada Sitaresmi. Sita—begitulah dia kini kupanggil—hanya memberengut sembari menatapku aneh.
"Kau sudah kena penyakit gila, ya?" sungut Sita.
"Baju besi itu!? Bagaimana kalian bisa mendapatkan baju besi seperti itu!? Dari mana!? Gaya Eropa, lagi! Ah ... tunggu, sepertinya itu adalah percampuran antara gaya Asia Tenggara dengan abad pertengahan Eropa ... tetapi bagaimana!?" sentakku.
"Aku tidak tahu!!? Kami belajar dari para orang-orang Eropa itu!"
"Hmm ... sepertinya kini aku dapatkan pencerahan sedikit," sahutku.
"Apa itu?" Sita mengernyitkan keningnya.
Aku menghela napas, seraya berseru, "Asimilasi kebudayaan. Kalian belajar cara membuat baju zirah dari lempengan besi yang merupakan gaya khas Eropa, kemudian diterapkan dengan sedikit sentuhan kearifan lokal Jawa. Bagus, kini bangsamu menciptakan mesin pembunuh!"
"Heey, itu B'ruthin, bukan aku!" elak Sita.
Ini adalah pertempuran yang mencekam. Sangat. Secara teknis, senapan angin ini tidak sekuat senapan dengan peluru tajam atau senapan api. Kemampuannya untuk menembus baju zirah milik prajurit elit B'ruthin sangat sulit diandalkan. Apalagi, kini pasukan elitnya juga bisa menggunakan senapan. Kami harus sangat berhati-hati, karena sekali tembak, nyawa jadi taruhannya. Pertempuran ini menggunakan paradgima zaman pertempuran dua dimensi. Menembak dengan formasi baris dan komando. Apa ini? Zaman pertengahan? Menembak dengan sistem volley begitu? Namun, kenapa kini kami yang malah terdesak?
Seusai Rendra mengacungkan goloknya, yang menandakan bahwa dia adalah Penjaga Tanah Ini—Protector of This Land—maka dengan segera, semua orang akan menjalankan perintahnya, karena secara teknis, dia adalah wakil Elo Naode, jika Nenek Ketua itu tidak ada. Semua orang terkejut, terkagum, terheran ketika Rendra mengangkat golok legendaris yang jarang dibicarakan di Tirtanan selama ini. Itu adalah golok Penjaga Tanah Ini, orang keturunan Sae Pangailo, yang bertugas untuk membantu menjaga stabilitas di tanah Tirtanan.
Seluruh bedil ditembakkan. Orang-Orang Bersarung melaju dengan kuda-kuda mereka, mencoba untuk mengalahkan barisan rapat pertahanan pasukan B'ruthin. Namun, infanteri kelas berat itu cukup tangguh untuk membendung serangan dari kavaleri Orang-Orang Bersarung. Mereka berusaha menombak, membedil, atau menjatuhkan pasukan tersebut, tetapi mereka sendiri juga kesulitan, ketika Pasukan B'ruthin tidak mudah untuk dijatuhkan.
Sawah dan jalan besar menjadi arena pertempuran. begitu juga dengan desa daerah Timur. Beberapa asap terlihat masih mengepul dari rumah-rumah yang terbakar. Mereka menyerbu melalui dua arah. Pertama dari sawah tempat daerah kantung para prajurit Tirtapura. Kedua, dari arah kampung sebelah Timur.
"Sebenarnya apa yang kita lawan!? Kenapa sulit sekali menjatuhkan robot-robot kalengan itu!?" sungutku.
"Kita bertempur dengan cara lama, Bekti. Ini paradigma peperangan era kavaleri, di mana peperangannya masih berkisar dengan sistem menembak dari barisan. Setidaknya mereka lebih pintar dari orang-orang Sekte Kah Raman! Mereka punya senjata! Senjata seperti ini sulit untuk menembus pelat besi seperti itu! Kita butuh peluru tajam!" jelas Ronny.
"Yamada!" Yamaguchi-san memberikan sinyal bendera. Yamada-san dan beberapa kelompok pasukannya pun mencoba menyerang dari arah Utara.
"Demi Klan Mizu! Demi Tirtanan! Urraaaa!" Teriakan Yamada-san seraya menghunus katana-nya, mencoba menyerang pasukan B'ruthin dengan memanfaatkan efek kejutan. Kami memancing pasukan B'ruthin yang menyerang dari arah desa, untuk terus berfokus pada serangan dari arah barikade, kemudian Yamada-san dan para kelompok samurai lainnya akan menusuk dari belakang. Namun, tampaknya itu bukan serangan yang cukup untuk memukul mundur para pasukan B'ruthin. Yamada-san kehilangan efek kejutan dan kini malah bertempur sengit dengan pasukan B'ruthin.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BACKWOODS LOST - ARCHIVED
Adventure[15+] Narendra Surbakti tidak menyangka, Kuliah Kerja Nyata yang dia ikuti dapat membuat perubahan drastis hidupnya dalam kurun waktu satu bulan. Terjebak di wilayah tanpa ada sinyal telepon dan listrik, membuat dia dan sembilan belas orang yang iku...