18. Kisah Para Raja - Bagian 1

227 40 3
                                    

Ini adalah ringkasan cerita yang dapat kutangkap dari cerita sepanjang pagi dengan Nan Dase, dengan perubahan secukupnya.

Sebelum tempat ini menjadi desa seperti sekarang, daerah yang hanya dapat ditinggali adalah daerah pesisir pantai. Daerah Tirtanan ini dulunya adalah hutan belantara yang tidak terjamah oleh manusia. Tempat di mana jin, dedemit, lelembut menegakkan kerajaan yang mahagaib.

Alkisah, datanglah orang-orang dari Timur, mendarat di tempat yang kini di sebut sebagai Kampung Nelayan. Kalau ditilik dari cerita Nan Dase, asal-usul daerah Tirtanan ini bermula dari para penjelajah Timur kita, yang mendarat di sepanjang pesisir pantai. Mereka menemukan sebuah tanah baru yang sarat akan banyak pohon, banyak kayu, tumbuhan, dan hewan. Orang-orang dari Timur yang menemukan tanah baru ini, kemudian mendirikan pemukiman penduduk di daerah yang kini adalah Kampung Nelayan.

Selama bulan pertama, orang-orang ini harus berjibaku dengan kerasnya alam. Banyak dari mereka terbunuh oleh binatang buas atau tumbuhan beracun. Mereka tertahan di pesisir. Banyak dari mereka berusaha kembali, tetapi malah menemui maut di tengah lautan yang mengerikan. Laut Selatan yang terkenal karena kekejaman-nya pada pelaut zaman dahulu. Tidak yang berani mengarungi selatan Nusantara pada waktu itu.

Setelah mereka menghabiskan hidup di tempat itu, berjuang dengan keras, pada suatu ketika, mereka menemukan seekor kuda jantan yang sedang berkeluyuran di tengah hutan. Pada waktu itu, orang-orang tersebut berencana untuk berburu makanan. Kuda jantan itu terlihat gagah, sehat, dan tampak lincah. Cukup bagus kiranya jika dijadikan santap malam. Semua orang menginginkan kuda itu untuk diburu, tetapi tidak dengan satu orang.

Alkisah, salah satu dari mereka, bernama Nio Nandusaer, yang waktu itu masih berusia lima belas tahun, memilih untuk menjadikan kuda itu sebagai tunggangannya. Ketika orang-orang akan menangkap kuda itu, Nio tidak sependapat. Nio inginkan kuda itu untuk tetap hidup. Kemudian pada waktu itu, muncul suara gaib yang tidak diduga muncul, memerintahkan mereka untuk mencari seekor kuda betina. Berangkatlah mereka, atas titah suara gaib itu, hingga mereka menemukan seekor kuda Betina yang akan dimangsa oleh macan.

Semua orang tampak ketakutan dengan macan yang mengaum, taring yang lebar. Saudara-saudara mereka banyak yang mati dimangsa oleh predator rimba tersebut. Namun, tidak dengan Nio Nandusaer. Ia mengambil tombak, menghalau macan itu, lalu mengusirnya. Nio berhasil mengusir macan yang hendak memangsa kuda betina tersebut. Kemudian atas usul dari Nio, mereka akhirnya kawinkan kuda itu dan beranaklah tiga ekor kuda. Dari sinilah, Orang-Orang Bersarung menganggap, kuda adalah hewan yang disegani. Sampai sekarang, Orang-Orang Bersarung selalu berterima kasih kepada Yang Menciptakan Kuda, sebagai wujud hewan yang bermanfaat. Sewaktu mengawinkan kedua kuda tersebut, Nio mendapatkan titah dari suara gaib lagi, bahwa dia, bersama orang-orangnya, harus mbukak alas atau membuka hutan. Titah itu dilaksanakan oleh orang-orang itu. Mereka membuka hutan, mendirikan perkampungan baru, lalu mereka menemukan sebuah padang rumput yang cukup luas, setelah mereka membabat alas.

Dengan itu, orang-orang dari pesisir, mulai mendirikan pemukiman baru di daerah alas yang baru saja dibabat, untuk kemudian dijadikan tempat bermukim. Mereka pun beranak pinak di situ. Kemudian, orang-orang bermufakat, untuk menjadikan Nio Nandusaer sebagai orang yang berkuasa atas kelompok orang-orang mereka. Seorang pembimbing yang akan membimbing kelompok mereka, untuk tetap menjalani hidup dengan baik. Menjadikan Nio Nandusaer sebagai kepala suku pertama, Orang-Orang Bersarung.

Lalu, ketika Nio Nandusaer beranjak usia dua puluh tahun, pada suatu ketika, ia berjalan-jalan di hutan untuk berburu binatang. Tiba-tiba ia menemukan seekor kelinci yang kakinya terjerat akar-akar pohon. Nio Nandusaer hendak menjadikan kelinci tersebut sebagai hewan buruannya, tetapi urung. Ia akhirnya melepaskan kelinci tersebut, lalu mengobati kakinya. Tanpa dinyana, ternyata kelinci itu berubah menjadi sosok perempuan yang sangat cantik. Ia adalah perwujudan dari Roh Alam. Aku ingin sedikit berkomentar. Rupa-rupanya dari setiap makhluk yang lucu ternyata menghasilkan perwujudan yang tidak kalah hebatnya. Roh Alam pandai menjelma menjadi wanita yang sangat cantik.

THE BACKWOODS LOST - ARCHIVEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang