14 hari sebelum tenggat waktu.
Aku hanya bisa menggerutu, ketika melihat sekelompok prajurit Tirtapura tengah berjalan-jalan di tengah jalan pedesaan Tirtanan. Aku hanya kesal saja ketika mereka dengan angkuhnya melintas, sesekali menggoda para gadis-gadis desa. Mereka terkadang juga membikin ribut oleh hal remeh-temeh, seperti saling senggol, atau pedati yang menghalangi jalan. Demi Tuhan! 2 hari mereka berada di wilayah Tirtanan, mereka dengan entengnya membuat ulah di mana-mana.
Aku jadi membayangkan, ketika pasukan ini sudah layaknya pasukan pendudukan zaman Perang Dunia Kedua. Mereka dengan angkuhnya berbaris, sesekali memukuli para warga yang lewat di samping mereka tanpa sebab. Mereka sudah layaknya orang-orang yang berjalan penuh kebanggaan, menyandang status sebagai tentara pendudukan. Padahal, jika mereka tahu siapa yang mereka layani, mereka juga akan kembali mempertanyakan untuk apa, atau untuk siapa mereka berjuang?
Usaha hegemoni Adiguna untuk menguasai Tirtanan secara perlahan, bukanlah sekadar gertak sambal. Daerah kantong tercipta di daerah Timur Laut. Orang-orang jadi takut untuk pergi ke ladang, jika sewaktu-waktu tentara tersebut menyerang. Jalur perdagangan menjadi tersendat, ketika para tentara Tirtapura memenuhi Balai Pos Dagang. Jalur Timur diblokade oleh pos penjagaan, sehingga jalur perdagangan Tirtapura-Tirtanan menjadi terputus.
Raja Adiguna merupakan orang yang paranoid. Sehari setelah insiden yang mengganggu di pendopo, ia memerintahkan pasukannya untuk melakukan patroli, menyisir kampung demi kampung untuk mencari siapa yang mengacau di akhir acara negosiasi. Aku jadi kasihan pada setiap orang yang dituduh menjadi provokator, hanya karena mereka memiliki senapan. Meski Pak Kusno dan Nenek Naode memerintahkan untuk gencatan senjata, mereka sudah gatal ingin saling menghajar.
Lucu saja, ketika melihat Gestapo Tirtapura-julukan kami untuk pasukan patroli Tirtapura-selalu bersitegang dengan aparat keamanan kampung. Mereka saling menatap dengan nanar setiap kali berpapasan, mengejek, hingga yang paling parah saling menodongkan senjata. Tidak kalah heboh, ketika Gestapo Tirtapura juga bersitegang dengan warga yang lama mendorong gerobak, mengerjai orang yang naik sepeda onthel hingga pengemudinya terjatuh, atau mereka yang memaki-maki barisan bebek yang kocar-kacir ketika meliaht tentara Tirtapura melintas.
Kawan, kenapa tiap hari, orang-orang makin tambah sinting saja!?
Para dosen, Ferdyan, dan Adrian sedang sibuk untuk mendiskusikan banyak hal. Mereka mendiskusikan rencana-rencana yang akan dijalankan, jika tuntutan 15 hari Adiguna tidak dipenuhi. Kami tahu, para pemuka desa sedang memikirkan cara agar Tirtanan bisa bebas dari cengkeraman Adiguna.
Hingga, ketika kami mengenalkan Wanodya Sitaresmi kepada teman-teman, seluruh kelompok tiga KKN-Integrasi gempar. Secara teknis, kami menyembunyikan seorang buronan yang dicari oleh Tirtapura dan Tirtanan. Situasi juga tidak menguntungkan kami. Di satu sisi, kami menghindari Tirtapura untuk menangkap Sitaresmi. Di sisi lain, Tirtanan juga menginginkan dia, sebagai bentuk pemenuhan persyaratan tuntutan 15 hari gencatan senjata Tirtapura-Tirtanan.
Berbagai macam reaksi ditunjukkan. Ronny, Kei, dan Bethlehem, tentu saja terpesona dengan keelokan Tuan Putri. Des tidak aku percayai, apakah dirinya akan bersikap oportunis lagi. Ia tidak terlalu terkejut dengan kehadiran Sitaresmi.
Para gadis langsung terkesima dan akrab lebih cepat daripada aku atau Rendra yang pertama kali menemukan dirinya. Seolah-olah mereka berkata, "Oh, hei! Sitaresmi adalah teman yang menyenangkan! Aku pikir dia bisa ikut kelompok kita!"
Aku tidak habis pikir, apakah gadis-gadis ini terlalu banyak menonton sitkom, atau drama luar negeri!? Lalu, apakah mereka tidak tahu konsekuensi untuk menyelundupkan buronan banyak pihak? Sejauh ini, anak-anak dapat diajak bekerja sama. Pertama, untuk menutupi informasi mengenai Sitaresmi yang ada di Desa Tirtanan. Kedua, menutupi jejak.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BACKWOODS LOST - ARCHIVED
Aventura[15+] Narendra Surbakti tidak menyangka, Kuliah Kerja Nyata yang dia ikuti dapat membuat perubahan drastis hidupnya dalam kurun waktu satu bulan. Terjebak di wilayah tanpa ada sinyal telepon dan listrik, membuat dia dan sembilan belas orang yang iku...