Badanku seketika menggigil, sesaat setelah aku menuntaskan bagian awal cerita Ekspedisi Tirta Pertama. Aku terus teringat dengan kejadian sewaktu pertama kali kami jatuh dari tebing, meluncur dengan selamat di sebuah hutan antah-berantah, lalu ditemukan oleh sekelompok orang-orang desa yang menenteng senapan angin. Tersesatnya anggota KKN Integrasi ke-3 tidak bisa dibandingkan dengan tersesatnya tim Ekspedisi Tirta Pertama. Kami jelas beruntung. Perjuangan kami masih tidak ada apa-apanya daripada anggota Ekspedisi Tirta yang mati dalam kubangan lumpur atau diterkam harimau.
Setelah aku mengetahui tentang ekspedisi pertama, ttu menjelaskan, kenapa Profesor tetap tenang, walau kita tersesat di Rimba Tirtanan. Rasanya, jika seluruh anggota KKN Integrasi membaca ini, Profesor hanya berdiri sembari melirik dengan senyum bangganya seolah-olah berkata, "Senua ini tidak ada apa-apanya, bocah."
Kami langsung terjun ke dalam kubangan inferioritas yang pekat dan lengket. Seolah-olah kami seperti diasuh oleh keberuntungan dalam masuk ke Tirtanan. Aku bahkan dapat menduga, kami semua dapat selamat sentosa, karena Profesor telah melakukan perjalanan ke Tirtanan, bahkan dua kali!
Lamunanku buyar ketika Bekti menyodorkanku pada sebuah buku catatan harian lainnya milik profesor.
"Ah, ini lanjutan dari catatan harian milik Profesor. Coba kita lihat, Rendra."
Aku pun mulai ikut menyimak informasi dari catatan yang disodorkan Bekti tadi. Tidak cukup tertuang dalam sebuah buku catatan, Profesor masih mencatat segala hal yang berkaitan dengan Tirtanan di beberapa buku catatan selanjutnya. Ekspedisi Tirta Pertama memberikan informasi yang sangat kaya. Tentang Tirtanan itu sendiri, sejarah Tirtanan, demografisnya, kebudayaannya, interaksi sosial dan ekonomi, antropologis, lansekap, geografis, beberapa aspek dari kebudayaan yang dibawa oleh para pendatang, bahkan ada satu buku sendiri yang khusus menjelaskan mengenai Orang-Orang Bersarung. Tentunya beberapa catatan profesor itu, dapat menjadi belasan jilid buku yang membahas tentang Tirtanan, dan akan langsung tanjung kimpul, laris manis di hari pertama peluncuran buku.
"Di sini dikatakan, empat-lima orang yang berhasil keluar dari Tirtanan, sisanya menetap di sana ... kau kenal orang-orang ini, Rendra? Aku kurang hapal dengan beberapa nama orang," ujar Sagiri yang membaca sebuah catatan lain. Aku beralih mendekati Sagiri dan membaca catatan yang dipegangnya.
Aku terkejut ketika mengetahui beberapa nama yang tentunya terkenal di Tirtanan.
"Aku sendiri juga kurang kenal, tapi beberapa nama ini ... Nasio Kirun ... Basuki Suryo ... Trikarliek Jaryanto ..., Tunggu, tidak mungkin!"
Aku benar-benar terkejut ketika membacanya. Sagiri dan Bekti pun ikut-ikutan terkejut.
"Apa kau salah baca, Rendra??" ragu Sagiri.
Aku menggeleng, "Tidak. Tulisan ini memang benar adanya."
"Itu nama Pak Trikarliek dan Pak Basuki! Mereka ada dalam ... tunggu, apakah ada artikel koran yang memuat penemuan tim penelitian!" Sagiri menoleh ke arah Prof. Abram. Profesor kemudian menuju ke sebuah rak, kemudian mengambil sebuah kliping artikel surat kabar lainnya dan menyodorkannya pada kami.
"Ini."
Nama-nama itu kembali hadir di beberapa artikel surat kabar. Aku terkekeh sendiri membacanya.
"He he he. Laris manis tanjung kimpul!'
"Pantas saja Profesor terlihat sangat akrab dengan mereka! Mereka berdua adalah salah satu anggota Ekspedisi Tirta yang memutuskan untuk tetap tinggal di sana!" pinta Bekti yang tidak habis-habisnya kagum dengan fakta yang kami dapatkan malam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BACKWOODS LOST - ARCHIVED
Aventura[15+] Narendra Surbakti tidak menyangka, Kuliah Kerja Nyata yang dia ikuti dapat membuat perubahan drastis hidupnya dalam kurun waktu satu bulan. Terjebak di wilayah tanpa ada sinyal telepon dan listrik, membuat dia dan sembilan belas orang yang iku...