Chapter 17 'Hiding my heart'

5K 499 157
                                    

Gue bisa aja up dua kali bahkan tiga kali dalam seminggu dengan works hanya 3k atau 5k, tapi itu gg gue lakuin karena gue tau baca yang pendek dan gg panjang itu kurang memuaskan, makanya gue up satu minggu sekali dengan works bejibun yang bikin kalian nyaris mual :D, gue tau kok readers gue pada suka yang panjang-panjang, iya kan?

Dan kenapa gue taro notesnya di atas, yaiyalah lu pada gg doyan baca notes and suka ngelewatin info penting dari gue 😆

.

.

.

Happy reading ❗

Setiap kali lonceng berbentuk kepala rusa yang menggantung di pintu kaca cafe nya berdenting, sang pemilik cafe selalu refleks menoleh dan berharap jika sang sahabat yang sangat ia rindukanlah yang akan mengunjunginya dan kembali ke rumah mungil mereka. Mustahil memang mengingat kondisi sang sahabat belum sepenuhnya sembuh. Tapi tidak ada salahnya dia berharap, namun sayang, sudah satu minggu pulangnya ia dari Gyeonggi sampai hari ini dia selalu kecewa karena yang di rindukan dan yang di harapkan kehadirannya tidak kunjung datang.

Sejak anggota rumah mereka berkurang satu wanita bermata bulat sempurna menyerupai mata burung hantu itu merasa sepi, sangat merindukan segala sesuatu tentang sang sahabat tercinta yang sedang berjuang menyembuhkan psikis dan trauma berat yang di deritanya.

Tring..

Kepala itu refleks menoleh ke arah pintu hanya untuk lagi-lagi kecewa karena bukan sang sahabatlah yang mengunjunginya melainkan beberapa pria yang sangat Kyungsoo tidak inginkan kehadirannya.

Dari meja kasir, mata bulat Kyungsoo memperhatikan tiga pria yang sudah duduk di meja paling pojok dekat dinding kaca besar yang berhadapan langsung dengan taman belakang rumah mereka. Taman belakang yang juga menyimpan banyak kenangan manisnya dengan sang sahabat tersayang.

"Benar kan apa kataku jika cafe nya sudah kembali buka"

"Kau menyeretku kemari untuk mengisi perutmu atau untuk menemui pemilik cafe ini?", Salah satu dari tiga pria itu memasang raut masamnya karena kelakuan sang sahabat yang sudah menyeretnya keluar dari kantor dan meninggalkan pekerjaannya yang menumpuk.

Yang di rutuki terkekeh ringan, "Salah semua, aku menyeretmu kemari untuk memastikan keadaan Luhan", ujar pria itu, Kai, yang membuat wajah pria di hadapannya semakin masam saat nama wanita yang selalu mengahantui tidurnya kembali di sebut.

"Tck, kenapa harus menyeretku? Kenapa tidak kau sendiri saja yang kemari, kau tahu betapa sibuknya aku"

Kai mendengus malas mendengar decakan serta gerutuan dari mulut kaku sang sahabat, sahabatnya yang satu itu; Sehun, sekalinya berbicara langsung merepet seperti ahjuma-ahjuma yang membuat Kai malas bukan main, "Apa kau tidak kahwatir dengan Luhan? Kau tidak tahu saja betapa mengenaskan kondisinya di malam itu"

"Kai-ya, bisakah kau tidak mengingatkanku tentang malam itu? Di sini.., sakit", Sehun berujar lirih sambil memegang sebelah dadanya, dia tidak mau lagi mengingat malam naas yang sudah membuat hubungannya dan sang dokter cantik kandas di tengah jalan, dia tidak mau kekecewaan dan sakit hati yang sedang ia coba sembuhkan kembali terasa seperti beberapa hari lalu.

"Kami hanya ingin memastikan jika Luhan masih hidup", Seperti biasa, pria yang paling dewasa dan paling tenang di antara tiga pria tampan dan mapan itu selalu menengahi percecokan kedua sahabatnya, "Setelah kami memastikan dan melihat sendiri jika Luhan baik-baik saja maka kau bisa segera pergi dari sini", sambung Chanyeol lagi, sudah malas sebenarnya menghadapi kemunafikan Sehun yang katanya sudah tidak perduli dengan Luhan namun kenyataannya pria itu hanya sedang berbohong dan menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya.

KOLERIS-SANGUINWhere stories live. Discover now