Di salah satu ruangan yang bercat serba putih khas rumah sakit itu, sang dokter cantik baru saja melepas sarung tangan karet, masker, dan baju operasinya. Operasi besar yang benar-benar panjang, membuatnya langsung terduduk lemah karena nyaris kehilangan pasiennya.
Saat ia sedang melangkahkan kakinya ke arah kantin untuk mengisi perutnya yang lapar, ia mendengar suara salah satu perawat di sini berteriak memanggilnya.
"Dokter Xi..!" panggilnya sambil ngos-ngosan, sepertinya dia berlari untuk mencari Luhan.
"Ada apa yeri-ah??"
"Ada telpon untukmu.." jawabnya dan langsung menarik tangan Luhan untuk segera mengangkat telpon dari seseorang yang sudah memarahinya tadi.
"Yeoboseyo.. Rumah sa-
"Dokter Xi..?" Ucap orang di seberang sana langsung memotong salamnya, sepertinya orang itu terdengar sedang marah.
"Ne.. Saya dokter Xi" Jawabnya dengan begitu tenang, meskipun ia sedang kelelahan dan kelaparan.
"Dari mana saja? Saya sudah menelpon anda sejak sepuluh menit yang lalu" Marahnya pada Luhan yang mengernyit bingung tidak mengerti.
"Maaf Tuan.. Bisa saya tahu saya sedang berbicara dengan siapa?"
"Sehun.. Oh Sehun"
Luhan sedikit familiar dengan nama itu, tapi dia tidak ingat itu siapa "Maaf Tuan Oh, ada yang bisa kami bantu?" Balasnya tidak perduli dengan siapa ia sedang berbicara.
"Kau dari mana saja hah? Kau membuatku melewatkan makan siangku kau tahu" Makinya sudah membuang bahasa formalnya. Dia paling tidak suka di buat menunggu seperti ini.
Mendengar bentakan dari entah siapa itu, Luhan hanya bisa mengelus dadanya dan menarik nafasnya untuk membuang jauh semua emosinya yang hampir terpancing "Tuan, maafkan saya, saya baru selesai menyelesaikan operasi salah satu pasien saya. Jadi.. Apa ada yang bisa saya bantu?"
"Datang ke kantor ku sekarang, ada yang harus ku konsultasikan dengan mu" Jawabnya begitu terdengar menyebalkan di telinga Luhan. Ayolah dia belum makan siang, perutnya benar-benar lapar. Apa lagi hari ini ia harus berada di rumah sakit sampai malam karena Baekhyun yang masih berada di Busan.
"Baik Tuan.. Kirimkan alamatnya!"
"Hm.."
Pip
'Sialan..., siapa sih dia? Menyebalkan sekali' gerutunya dalam hati sambil mencuci tangannya di mini washtafel yang bertengger manis di banyak tempat di klinik mereka.
Setelah itu ia beranjak ke ruangannya hanya untuk merapikan penampilan dan mengganti sendalnya menjadi stiletto andalannya.
Seberapa lelahnya Luhan, dia adalah tipe wanita yang selalu perduli dengan penampilan dan kecantikannya. Tidak heran jika ia selalu tampil mempesona di manapun ia berada, bahkan saat tangannya sedang mengaduk-ngaduk isi perut pasiennya, dia tetap harus tampil cantik meskipun akhirnya harus tertutupi oleh masker dan baju biru operasinya.
Setelah itu ia mengecek isi pesan di telpon klinik mereka, dan benar saja. Si Tuan brengsek tadi sudah mengiriminya alamat yang ternyata tidak terlalu jauh namun tidak dekat juga. Setidaknya ia harus menghabiskan waktu dua puluh menitnya dengan percuma untuk menyetir sendiri ke sana.
YOU ARE READING
KOLERIS-SANGUIN
Fanfic[ BEBERAPA CHAPTER SAYA PRIVATE] Jika kubisa menghentikan waktu di pikiranku Yang akan kuhentikan adalah saat bibirmu menyentuh bibirku Kan kuhentikan detak jam, dan kubuat waktu tak bergerak Karena sayang, beginilah yang ingin selalu kurasakan bers...