Chapter 31

7.2K 637 208
                                    

BGM: Bruno Mars - Talking to the moon

Istilah pria yang paling menderita ketika sedang "patah hati" itu benar adanya.

Dan itu terjadi pada Oh Sehun, pria multimiliuner yang kisah cintanya tidaklah semulus perjalanan bisnisnya yang sering dia lakukan dari satu negara ke negara yang lain.

Setelah seharian berkerja tentu saja lelah Sehun rasakan, dan Sehun butuh seorang Xi Luhan yang selama ini terbukti berhasil menjadi penawar lelahnya.

Hampir tengah malam, Sehun membawa langkahnya dari satu ruangan ke ruangan yang lain guna mencari Luhan yang tidak terlihat batang hidungnya. Semakin lama mencari, semakin cepat pula langkahnya menyaingi debar dadanya yang perlahan namun pasti berdebar tidak karuan.

"Luhan-ah"

Dia memanggil untuk yang kesekian kali, namun sama seperti sebelumnya, hanya suara gemercik air dari aquarium kesayangan Jaejoong dan detak jarum jam lah yang menjawab panggilannya sehingga tidak bisa di hindari perasaan cemas mulai menghampirinya.

Menutup pintu belakang yang menjadi tempat terakhir pencariannya, Sehun melangkah lebar memasuki rumah, mencari beberapa maid-nya yang biasanya masih berkeliaran namun sekarang tidak ada satu pun yang terlihat.

"Bibi Kim"

Tidak ada, tidak ada seorang pun yang berlari membungkuk menghampirinya dan mengatakan "Ada apa Tuan?" seperti biasanya. Semuanya seolah menghilang di telan bumi yang membuat rumahnya semakin terasa sunyi.

Masih berfikir positif Sehun merogoh saku celana kain yang dia kenakan guna mengambil phonsel dan menghubungi Baekhyun, siapa tahu Luhan kembali ke rumah sakit guna memenuhi panggilan Baekhyun untuk membantunya menyelamatkan pasien kritis yang mengalami kecelakaan lalu lintas di malam hari.

"Luhan tidak ada di rumah sakit, dia sudah pulang di jemput kekasihnya sore tadi jika kau tidak lupa"

Sedetik setelah Baekhyun menjawab panggilannya dengan suaranya yang terdengar lelah Sehun memutus panggilannya. Merasa frustasi karena tidak ada seorang pun yang bisa menjadi tempat dia bertanya kemana perginya sang kekasih.

Luhan tidak mungkin keluar rumah tanpa seizinnya, dan semakin tidak mungkin lagi jika Luhan bersembunyi di balik dinding guna mengagetkannya dan menjahilinya.

Oh ya ampun sesungguhnya Sehun benar-benar lelah. Inginnya dia berbaring di pelukan Luhan sambil mengistirahatkan tubuhnya yang nyaris remuk redam. Bukan malah berkeliling mencari orang-orang yang tiba-tiba menghilang entah kemana.

Merasa benar-benar lelah Sehun berjalan gontai ke kamar, berharap saat dia membuka pintu Luhan akan menyambutnya dengan panggilan manja menggunakan suaranya yang merdu sambil melompat masuk ke pelukannya. Tapi yang dia dapatkan justru sebaliknya, yang menyambutnya hanya ranjang kosong dan layar phonsel Luhan yang mengedip jahil padanya.

Dan sampai satu jam berlalu udara yang dia hirup di kamarnya belum bercampur dengan aroma manis tubuh sang kekasih. Sehun sendiri sudah merasa pegal karena kegiatannya seharian ini sehingga dia mengangkat kaki ke ranjang dan membaringkan tubuhnya di sana.

Hanya dalam beberapa waktu yang singkat kelopak matanya langsung terasa berat seakan ada yang bergelayut di sana, Sehun sama sekali tidak bisa mencegah rasa kantuknya pada detik terakhir sebelum akhirnya jatuh terlelap.

Sehun tertidur tidak tenang, entah pada pukul berapa dia merasa ada Luhan yang datang dan membangunkannya. Suasana sangat hening, hanya ada deru nafasnya dan Luhan yang bersahutan menyaingi suara detak jarum jam.

"Dari mana saja kau sayang?", Sehun menarik Luhan berbaring di atas tubuhnya yang terlentang, rindu yang entah datangnya dari mana membuat bibirnya mendarat mengecupi seluruh wajah kekasihnya yang terlihat tidak baik-baik saja, "Wajahmu pucat dan terlihat sedih, ada apa?"

KOLERIS-SANGUINWhere stories live. Discover now