"Kau yakin jika gadis itu benar-benar sudah mati?"
Yang di tanya mengangguk, membenarkan segala pertanyaan yang sejak tadi di lontarkan sang ayah, "Dia sudah tidak pernah terlihat lagi di tempatnya tinggal selama ini. Kedua temannya pun mengatakan jika Luhan memang sudah mati", Tenggorokan pria itu terasa tercekat saat mengatakan kalimat terakhirnya, tidak rela namun justru ia lah yang menjadi penyebab ketidakrelaan itu. Berpura-pura tegas di depan pria tua yang sedang menghisap cerutu yang baunya nyaris membuatnya mual.
Pria di atas lima puluh tahun itu melepaskan cerutunya dan menatap bertanya pada putra semata wayang yang ia miliki, "Kau yakin jika melakukannya dengan bersih?"
"N-ne..??", Satu-satunya anak Wu Hangeng itu menatap gugup ayahnya, "Aaah bukti", gumamnya lirih. Ia semakin gugup saat menyadari keteledorannya yang belum di ketahui sang ayah. Dia tidak mungkin masih bisa bernafas jika ayanya mengetahui keteledoran fatalnya, "Tenang saja baba, tidak ada seorang pun yang melihat jika aku yang membunuh Luhan"
"Kau yakin?"
Yifan mengangguk dan menatap meyakinkan pada sang ayah, "Aku yakin", Ia menjawab tegas yang bertolak belakang dengan jantungnya yang berdegup kencang. Dia takut jika sang ayah akan mengetahui kebohongannya dan semakin takut jika Sehun menyebarkan bukti yang katanya dia melihat apa yang sudah ia lakukan di malam itu pada Luhan.
Mata berkerut pria tua itu memicing tajam, menyadari kegugupan yang sedang di rasakan sang putra tunggal, "Bagaimana dengan CCTV?"
Rasanya tidak hanya jantungnya yang bermasalah, namun juga paru-parunya yang mendadak sulit menghirup oksigen untuk dia bernafas.
Untuk menutupi kegugupannya Yifan menyunggingkan senyum tipisnya pada sang ayah, "Aku sudah mengamankan CCTV di playhouse, baba tenang saja", Setelah menjawab Yifan langsung menunduk, tidak berani menatap sang ayah yang ia ketahui benar seberapa kejamnya ia.
"Baiklah, kau ingat baba tidak ingin lagi menambah jumlah kesalahan baba yang sudah menumpuk di catatan pamanmu. Pamanmu bisa menjebloskan baba dan kau kapan saja jika kesalahan kita sudah terlalu banyak"
Meskipun sang paman adalah kepala kepolisian di negaranya tinggal, tapi pamannya sudah mengingatkan jika tidak selamanya dia bisa menutupi kejahatan mereka, tidak selamanya sang paman bisa menyelamatkan mereka dari tuntutan orang-orang yang pernah mereka curangi mengingat catatan kejahatan yang di lakukan keluarga mereka sudah begitu banyak.
"Baguslah jika dia sudah mati dengan begitu dia sudah membayar semua kesalahannya pada baba"
Yifan tersentak dari lamunannya saat sang ayah kembali berujar sebelum meninggalkannya seorang diri di apartemen, apartemen yang selalu dia jadikan rumah ketika mereka sedang berada di Seoul.
"Apa yang harus ku lakukan? Bagaimana jika Sehun tidak menepati janjinya?", pria berambut blonde itu mengacak rambutnya gusar. Khawatir jika Sehun tidak akan menepati janjinya dan justru menyebarkan bukti yang ia punya tentang kejadian malam itu. Kejadian malam di mana dengan teganya dia menghajar sang 'adik' sampai tidak sadarkan diri.
.
.
.
.
.
Akhir-akhir ini, sekretaris utama di Oh enterprise itu sudah terbiasa dengan wajah sendu yang kadang-kadang membuatnya ikut merasa sedih meskipun dia tidak mengetahui masalah apa yang sedang menimpa sang bos berwajah luar biasa tampan itu.
YOU ARE READING
KOLERIS-SANGUIN
Фанфик[ BEBERAPA CHAPTER SAYA PRIVATE] Jika kubisa menghentikan waktu di pikiranku Yang akan kuhentikan adalah saat bibirmu menyentuh bibirku Kan kuhentikan detak jam, dan kubuat waktu tak bergerak Karena sayang, beginilah yang ingin selalu kurasakan bers...