[07] Ada yang tidak beres di sini

38.2K 4.2K 731
                                    

Sebenarnya, aku bukan tipe orang yang suka mengekang temanku untuk berteman dengan siapapun itu. Terserah teman-temanku jika mereka punya teman dekat yang lain selain aku. Baik itu Bella ... Najla, Fiona atau Michi, bahkan Radin dan Natly. Aku tak pernah memaksa mereka hanya boleh berteman denganku seorang.

Mereka bebas melakukan apa saja, termasuk memilih teman yang lain saat aku tak ada. Aku pun memaklumi. Karena tak mungkin aku selalu ada di dekat mereka. Aku punya hidup. Mereka juga punya hidup yang pasti tak selalu ada aku di dalamnya.

Tapi, entah kenapa, kali ini aku merasa perlu menjaga anak-anak Seven Gerrard dari orang yang berniat masuk ke lingkup pertemanan kami. Ah, tidak-tidak. Apa aku terasa berlebihan?

Aku juga tidak tahu kenapa tiba-tiba punya perasaan yang begini. Kuakui, aku juga masuk ke dalam geng itu karena jebakan Fero. Dan itu juga tak disetujui oleh Kemal awalnya. Tidak ada satupun yang benar-benar menginginkan keberadaanku di Seven Gerrard, kecuali Fero yang bersikukuh menahanku di sini karena dia ternyata menyukaiku dulu.

Namun, lambat laun pertemanan kami berjalan dengan saling membutuhkan satu sama lain. Dan berakhir dengan pahamnya kami soal arti kesetiakawanan setelah melalui banyak ragam rintangan. Mungkin hal itu yang membuatku menjadi punya rasa ketakutan sendiri akan kehilangan mereka. Sekali lagi, apa aku terasa berlebihan?

Lain rasanya menyaksikan Reynold begitu menaruh perhatian pada Nagia. Atau menyaksikan David, Dion, Kemal dan Althaf menikmati mie rebus yang gadis itu buat dengan sukacita. Bahkan saat aku melihat Fero, yang makannya sudah dua kali tambah, ada perasaan aneh yang menjalari dadaku. Bahasa kasarnya, semacam tak ikhlas melihat mereka senang karena seorang gadis bernama Nagia.

Aku sudah lega mengetahui Nagia tidak semencurigakan yang aku kira pada mulanya. Gadis itu ternyata menyadari betul posisiku yang sebagai pacar Fero. Dan dia juga mendukung hubungan kami berdua. Tapi sekarang, entah kenapa aku malah gantian was-was melihat dia ada di lingkar pertemanan kami semua. Aku hanya takut saja perhatian teman-temanku tersita penuh padanya.

Secara, Nagia bukan gadis biasa yang cantiknya bisa dikira-kira. Dia juga ramah dan gampang bergaul. Terlebih lagi, Nagia bersifat feminim dengan hobinya yang suka masak itu. Mana mungkin ada temanku yang tak respect padanya. Kurasa, Kemal yang paling anti sama perempuan juga akan menerima dia dengan baik.

Atau, aku hanya merasa tersaingi saja?

Katakanlah gadis yang sekarang bersama kami itu, bukan seorang Nagia Ashwir. Apa aku akan sebegini insecurenya? Apa aku akan sebegini risau dia akan mengambil hati teman-temanku?

Kurasa aku juga ragu akan hal itu.

"Sialan! Lo kalo mau masukin Yaya ke geng cuma biar dapet mie rebus terus mah namanya ngajak ribut gue, Bambang!" Sentak Galih ke Reynold. Ada tawa keluar dari mulut Dion yang sudah selesai menyantap mienya.

"Jiahh, Yaya? Sok manis amat lu pake panggilan sayang gitu, Gal, Gal." Cibir David.

"Itu bukan panggilan sayang! Itu nama panggilan masa kecil dia biar lo tau ya!" Balas Galih.

"Iya deh. Lo yang atur, kita mah tinggal ngecopy aje ntar," ujar David. Kemudian mereka tertawa, tapi aku tidak. Kulirik Nagia sekilas, dia pun hanya senyum-senyum tipis saja.

"Panggil Nagia aja juga nggak papa kali, Gal. Lagian mereka 'kan juga udah biasa manggil gue pake nama asli," Nagia menimpali. Setelah itu, Kemal malah menoyor kepala Galih keras-keras. "Eh, ikan tongkol! Dianya aja nggak gitu peduli sama nama dia sendiri. Kenape lu yang lebay manggil pake panggilan jaman dia kecil?"

PreferTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang