[21] Dia melemahkan, kamu menguatkan

38.5K 4.6K 996
                                    

"Jika aku hanya punya satu alasan untuk tersenyum di antara masalahku yang jumlahnya seribu, aku mau alasan itu kamu."

Banyak hal yang berubah setelah kejadian tempo hari. Terutama dari sisi psikologisku sendiri. Entahlah. Aku merasakan perubahan yang begitu signifikan. Hal-hal yang biasanya tak pernah terjadi, mulai terjadi sekarang.

Aku sering menyalah-nyalahkan diriku yang terlalu lemah melawan Kak Enggar waktu itu. Kadang aku suka menyendiri. Melamun untuk waktu yang lama. Tak jarang aku suka berteriak. Karena di dalam kepalaku, peristiwa tersebut seakan terulang terus menerus.

Efeknya juga merambat pada nafsu makanku yang menurun. Di setiap malam, aku sering terbangun karena bermimpi buruk. Dan kemudian menjadi panik secara tiba-tiba. Lalu berakhir menelpon orang yang bisa kumintai pertolongan. Yaitu Fero.

Fero selalu datang saat aku sedang merasa takut-takutnya. Dia selalu menemani saat keadanku sedang tidak stabil. Yang membuatku bertanya adalah, bagaimana dia bisa muncul untuk menolongku kala itu. Karena kupikir keberadaannya di Banten membuat lelaki itu akan sulit ke sini.

Diceritakan oleh Fero, jika dia langsung berangkat ke Jakarta setelah membaca pesanku yang berisi kalau aku sedang bersama Kak Enggar. Fero memang sudah merasa ada yang tidak beres dengan Kakak tingkatku itu. Katanya, dia pernah memergoki Kak Enggar sedang making out dengan mahasiswa di toilet kampus.

Mengetahui pacarnya sedang berada di sekitar buaya mungkin membuat lelaki itu cemas. Ia bahkan tak sempat lagi membalas pesanku karena terburu-buru. Padahal, tugas penelitiannya di Banten juga belum selesai betul.

Fakta lain yang mengejutkan adalah, ternyata Kak Enggar adalah seorang penjahat kelamin yang sudah memiliki banyak korban di mana-mana. Tak ada yang menyangka jika selama dia menjabat sebagai ketua BEM, dia sering melakukan pelecehan kepada rekan-rekan organisasinya.

Selain itu, dia juga terlibat kasus pemerkosaan oleh banyak mahasiswi di kampus. Kenapa kebenaran ini baru terkuak? Karena Kak Enggar hanya memangsa perempuan lemah yang takut dengan ancamannya. Alhasil tak ada yang berani angkat suara.

Dari track record korbannya, tak ada yang benar-benar membuatku yakin jika mereka akan menjadi korban. Maksudku, ke semua korbannya hanya gadis biasa. Tidak terlalu cantik dan tidak memiliki tubuh yang menggiurkan. Rata-rata mereka juga mahasiswa pendiam dan tidak populer.

Dia mengincarku, berarti di matanya aku adalah salah satu perempuan lemah tersebut. Mungkin aku lemah, tapi aku memiliki seseorang yang kuat menjagaku. Dan kurasa Kak Enggar lupa soal itu.

Sekarang, aku tidak pernah melihat wujudnya lagi di Trisakti. Jabatannya dicopot secara tidak terhormat. Tak tanggung-tanggung, dia juga di-drop out dari kampus. Kabar lain, polisi sedang menangani kasusnya.

Kalau mengingat soal Kak Enggar, halusinasiku pasti kambuh. Dalam bayanganku, lelaki itu akan selalu datang untuk membalaskan dendamnya.

Aku takut. Bagaimana jika dia datang kembali dan merobek bajuku lagi? Bagaimana jika dia datang dengan mata pisau yang telah ia asah semalaman? Bagaimana jika dia ingin membunuhku seperti malam itu?

Pikiranku teramat kacau. Bayangan sialan itu rasanya sengaja menikamku agar aku menjadi pengecut yang dipercundangi keadaan. Seorang pengecut yang selamanya akan merasa takut pada setiap buruk kemungkinan.

PreferTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang