[19] Tolong aku, Fero!

36.2K 4.2K 2.5K
                                    

"Hanya karena aku rela membiarkanmu pergi, bukan berarti kau bebas untuk tak kembali."

Tepat setelah dosen berkepala plontos itu membawa kabur lembar jawaban UAS, aku pun merebahkan kepala ke atas meja. Penat sekali rasanya mengerjakan sepuluh soal ujian tadi. Memang judulnya sepuluh soal, tapi dalam satu soal ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab. Dan itu membutuhkan energi yang banyak untuk berpikir.

Sebenarnya, aku tak begitu kesulitan menjawab soal-soal tadi. Yang jadi masalah adalah, pikiranku yang kacau.

Entahlah. Aku terus saja membayangkan Fero yang hari ini pergi bersama Nagia ke Banten. Ditambah faktor kurang tidur karena semalaman aku juga memikirkan hal itu.

Apa yang sedang mereka lakukan sekarang?

Apakah Fero benar-benar menepati janjinya untuk berjarak dengan Nagia?

Bagaimana jika ternyata Nagia sudah merencanakan seribu satu cara untuk mendekati Fero?

Kepalaku berdenyut. Rasanya seperti berada dalam putaran angin ribut. Aku ingin melampiaskan rasa kesalku di sini. Tetapi kupikir tidak mungkin. Nanti teman sekelasku malah mengira aku sedang cari sensasi.

Tuhan, kumohon jagalah Fero di sana. Aku tak ingin ada seseorang pun yang menyentuhnya. Kalaupun ada, pastikan bahwa orang itu bukan Nagia.

Maaf kalau aku banyak minta. Bukan maksudku untuk membatasi kekuasaan-Mu. Baiklah, biar kuganti permohonanku. Tolong jaga Fero dari orang-orang jahat di sekitarnya. Atau orang yang berniat mencelakai lelaki itu.

Karena aku benar-benar ingin dia baik-baik saja. Aku sungguh-sungguh mencemaskannnya.

"Heh, Fre! Udah tepar aja lo pagi-pagi!" Sahut Natly sambil mencolek punggungku.

Aku menegakkan kepala, menoleh padanya.

"Ngantuk gue, Nat."

"Cuci muka gih lo ke toilet!" Usulnya. Sejurus kemudian, Natly mendekat dengan tatapan serius. Kupikir ia akan membisikkanku sebuah kalimat. "Eh itu cewek yang kita kurung kemaren, nasibnya gimana?"

Aku mendengus, "orangnya lagi pergi bareng cowok gue sekarang."

Natly terperanjat. Terlihat dari mulutnya yang terbuka setengah dan mata yang terbelalak. Sebenarnya ekspresi gadis itu lucu. Tapi tidak cukup mampu membuatku tertawa.

"Serius lo? Keluar dari mana dia?" tanyanya menggebu-gebu. Radin yang baru saja membereskan catatan juga ikut mendekat dan menyimak.

"Mana gue tau. Dia punya kekuatan nembus tembok kali," jawabku acuh.

"Apanya yang nembus tembok?" tanya Radin tiba-tiba. Mungkin dia belum mencerna perbincangan kami.

"Itu, Din. Cewek yang kita kurung semalem. Masa kata si Fresha dia lagi pergi sama cowoknya," Natly menjelaskan dengan suara yang sengaja dikecilkan.

Radin ikut tersentak. Dia lalu bertanya, "emang cowok lo lagi di mana, Fre?"

"Lagi di Banten. Kunjungan industri gitu-gitu deh gue juga nggak ngerti. Yang jelas kegiatan kampus, Din." jawabku.

PreferTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang