"Terlalu banyak rasa sakit di sini. Mungkin pergi adalah salah satu upaya penyelamatan diri."
➖
Aku mengomel sebal tatkala Bella mengacak rambutku asal. Ingin sekali kubalas dia, tapi aku tak ingin merusak tatanan rambut vanilanya yang sudah dia catok sejam lebih itu.
Hari ini Bella pulang ke Bandung. Ralat–maksudku, dia akan kembali ke Bandung. Aku tidak mengatakannya pulang karena Jakarta adalah rumahnya. Walaupun tanggal masuk kuliah masih lama, tapi Bella kembali untuk urusan yang lain. Dia adalah salah satu pengajar sekolah musik di sana.
"Jangan sedih," ujarnya. "Nanti kalo gue punya jadwal libur, gue main ke sini lagi kok."
Aku tersenyum, mengangguk padanya. Bella lalu memelukku sekali lagi. Memberi isyarat jika dia harus pergi.
Dia lalu menggeret kopernya sampai ke teras. Di sana, sudah ada Reynold yang menunggu kami. Bella bilang, Reynold akan mengantarnya sampai ke Bandung. Sekalian jalan-jalan dan liburan.
"Jaga diri lo baik-baik, Fre," ujar Reynold. Mungkin temanku itu sama cemasnya dengan Bella. Mengingat kejadian mengerikan yang menimpaku minggu lalu.
"Kalo ada apa-apa, lo telpon si Fero," sambungnya lagi. "Atau kabarin anak-anak yang lain. Kita semua udah pasti stand by buat jagain lo."
Kurespon omongan lelaki itu dengan senyuman simpul. Melalui kata-katanya, aku merasa sedikit terlindungi.
"Iya, lo berdua tenang aja, gue bisa jaga diri kok." Kataku memastikan keadaanku sendiri. Mereka pun saling menghela napas. Berusaha tenang.
Bella memasukkan kopernya ke bagasi mobil jeep milik Reynold. Setelah itu, dia langsung naik karena Reynold sudah mengambil tempat di bangku kemudi.
Tak lama, deru mesin mobil berwarna hijau army itu pun terdengar. Bella membuka kaca, melambai-lambai padaku yang mengantar kepergiannya sampai di dekat pagar. Sementara Reynold membunyikan klakson, memberi kode kalau mereka segera berangkat.
Saat mobil itu berada di ujung jalan, entah kenapa rasa kesepian muncul dalam benakku. Aku ingin Bella tinggal lebih lama lagi. Menemaniku dari rasa tak nyaman yang menyerang akhir-akhir ini.
Karena jujur, aku tidak sanggup menjalani semuanya sendiri. Aku butuh dukungannya untuk menjadikan keadaanku kembali lebih baik. Setidaknya sampai perempuan bernama Nagia musnah dari muka bumi ini.
Selepas kepergian Bella, aku lalu berbalik masuk ke rumah. Untuk mengatasi rasa kosong yang nyaris membuatku gila, kutelpon Fero agar dia datang ke sini.
Pada panggilan pertama, telponku tidak diangkat lelaki itu. Aku me-redial panggilan, dan mendapati jika teleponku tidak dijawab sama sekali.
Ah, aku baru ingat. Ini masih pukul sembilan pagi. Sepertinya Fero belum bangun. Atau mungkin sebenarnya sudah bangun tadi, tapi dia memilih tidur lagi.
Pilihan terakhir, akhirnya kusetel saluran televisi. Acara masak memasak jadi satu-satunya objek pelampiasan rasa bosanku saat ini.
Aku lalu tiduran di sofa. Menikmati pemandangan di kotak ajaib itu dari sudut pandang yang berbeda. Berharap Fero menghubungiku, cepat atau lambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prefer
Romance[completed] "No matter how much we argue, I prefer stay at you." Sequel FRE & FER Copyrights®️ September 2017 by Rishaatp. SEDANG DIREVISI (Cerita ini hanya untuk kepentingan seru-seruan di wattpad. Dan tidak akan pernah diterbitkan)