-Setahuku, tidak ada yang lebih bermakna. Sebelum dia datang dan menjadi Langit Elang Pradana.-
***
Bibirnya pucat, tatapan matanya kosong. Ia hanya duduk sambil mengepalkan tangannya. Jam menunjukan pukul 6.30, detik berlalu meninggalkan kesunyian dalam ruangan persegi tersebut. Tidak ada suara, seperti termakan titik sampai segelas air tersodor kearahnya."Minum dulu nih, lo udah sarapan kan?"
Hanya anggukan kepala ringan, kemudian dia menerima segelas air hangat dariku dan meneguknya. Pria didepanku ini jelas kalian mengenalinya. Angga, satu dari seribu orang yang setia bersamaku dari dulu sampai sekarang.
"Lo sakit, Ngga?"
Hanya gelengan kepala. Angga meletakkan gelas itu dimeja dan beranjak berdiri dari sofa ruang tamu, tapi hal yang tidak terduga terjadi. Tubuh Angga ambruk yang menyebabkan pita suaraku harus berteriak nyaring.
"MAMA, ANGGA PINGSAN MA.. MAMA TOLONGIN"
Dari arah dapur Mama berlari menuju kemari, celemek yang dipakainya masih menggantung ditambah bau bumbu dapur masih melekat ditangannya. Efek teriakanku membuat seisi rumah panik termasuk Kak Adel yang tiba tiba turun dari tangga dan berlari menghampiri kami.
Mama menepuk nepuk pipi Angga, sambil memanggil namanya. Aku menggenggam tangannya yang dingin sambil meniupnya guna menyalurkan kehangatan. Kak Adel panik menggeserku secara kasar yang membuatku terjungkal kebelakang.
"Bawa Angga kerumah sakit Ma!" teriak Kak Adel, Mama mengangguk dan mulai mengangkat Angga untuk dipapah. Aku menghentikan mereka yang ingin membawa Angga ke rumah sakit, karena setahuku Angga pingsan karena kecapekan dan pengaruh musim juga.
"Mending nggak usah dibawa ke rumah sakit, kayaknya Angga pingsan biasa"
Kak Adel mendorongku, membuatku hampir kehilangan keseimbangan. "Nggak usah sok tau lo! Baru jadi PMR disekolah aja udah belagu"
"Bukan gitu kak.. "
"Udah nggak usah ribut, berat tau. Ayo buruan bawa ke rumah sakit aja!"
Mama yang panik mengikuti kemauan Kak Adel untuk membawa Angga ke rumah sakit, dengan segera aku masuk kamar Kak Adel untuk mencari kunci mobil, berharap aku tidak menyia nyiakan waktu satu detik untuk keselamatan Angga.
Baru mencapai ambang pintu keluar, Kak Adel mendorongku sampai si sofa dekat Angga jatuh pingsan tadi. Kak Adel menatap mataku tajam dan merebut kunci mobil secara paksa dari tanganku.
"Cewek pembawa sial kaya lo! Nggak pantes deket deket sama Angga"
Bibirku terbuka, tapi sebelum aku menjawab Kak Adel mendorongku, membuatku terjatuh di sofa. Jantungku berdegup, terlebih tatapan mematikan itu terus tersorot menatapku.
"Lo masih inget kan kata kata gue? Kalo gue bakal bunuh lo kalo sampai terjadi sesuatu lagi sama Angga?"
Kak Adel mengambil segelas air hangat yang ku berikan pada Angga tadi dimeja, mengangkatnya tinggi tinggi dan menyiramnya tepat diatas kepalaku.
Air itu melebur menjadi sebuah rasa dingin bercampur luka yang terguyur meresap sampai dikepalaku dan merejam seluruh isinya.
Praanggg
Jantungku terasa ngilu, terlebih hatiku saat gelas itu sengaja dibating dan menimbulkan efek bunyi nyaring yang memekakkan pendengaranku.
Kak Adel mengambil pecahan gelas kaca tersebut, mendekatiku dengan tatapan menyala nyala. Aku mengedipkan mataku tak percaya, sungguh. Benarkah aku akan mati ditangan kakakku sendiri karena sahabatku sakit, yang jelas bukan karena kesalahanku?
![](https://img.wattpad.com/cover/117624466-288-k44431.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Elang [PROSES PENERBITAN]
Teen FictionCerita ini sudah tamat diharapkan vote dan komen, jangan lupa follow author, thank u 🌻 [International High School Sky Blue Series] Mencintai Elang Samudera itu seperti kupasan kulit jeruk, asam dan pahit tertuang ke dalam mangkuk. Sekalinya kau jat...