Kau mengulang kejadian serupa, tentang sebuah makna. Lalu bagaimana aku bisa lupa?
***
Sekembalinya aku dan Athala dari tempat bernamakan surga dunia, suara dari balik pintu yang agak sedikit terbuka membuatku agak tertarik medan magnet agar bertahan pada pijakan."Lo tau nggak, nanti pulang sekolah bakal ada duel seru dari kakak kelas lawan adek kelas"
"Hah, seriusan lo?"
"Iya, denger-denger sih katanya kelas sebelas MIPA-3 gatau sebabnya apa, coba deh nanti pantengin instagram salah satu member MIPA-3 barangkali ada yang nge-live"
MIPA-3? Logikaku agak berbenturan dengan hati, ada dua nama yang aku kenali dikelas itu. Pertama Angga dan kedua Langit, tapi apa mungkin salah satu dari mereka. Athala menyeretku agar berjalan lebih cepat lagi.
"Lo masih kepikiran omongan cewek-cewek kelas bahasa tadi?"
Karena tidak bisa berbohong aku mengangguk. Toh memang yang dibicarakan dua orang tadi memang menganggu pikiranku.
"Ya ampun Anggita, udahlah nggak usah dipikirin, palingan juga cuma anak-anak nggak jelas. Gue yakin Langit nggak akan kaya gitu, apalagi Angga. Gue jamin deh Angga pasti kapok gara-gara kejadian berantem dulu"
Perkataan Athala ada benarnya juga, jadi aku memutuskan untuk naik ke lantai dua menuju kelas. Dibangku tempat dudukku sudah terdapat spesies aneh yang kini sedang memandangku dengan kertas putih ditangannya.
Aku mendekatinya, dia menyodorkan kertas itu padaku. "Nih, jangan lupa nanti habis pulang sekolah"
Kertas putih itu ku buka, dan dugaan ku benar. Itu hanya sebuah kertas untuk sekedar formalitas yang berisi undangan rapat. Teringat perkataan anak kelas bahasa itu lagi, aku berniat menanyakan.
"Eh, Ngga"
Tapi sayang bel masuk berbunyi. Angga jadi cepat-cepat meninggalkan kelasku karena ada mapel biologi yang katanya telat satu menit setrap satu jam. Jenis spesies guru killer.
Empat jam sukses dilalui dengan helaan napas, waktu begitu lama kala pelajaran yang sama sekali tak diminati ditambah dengan guru killer paling top di sekolah, penambah lengkap bagi ku dan bagi teman-teman yang lain.
Guru killer yang ku maksud telah pergi meninggalkan ruangan, lagi lagi anak laki-laki kelasku membuat gaduh. Hanya karena ada native speaker dari Prancis lewat depan kelas, entah kesasar atau bagaimana intinya dia salah lewat jalan. Deretan lantai dua kelas ini hanya berisi anak-anak sains, mulai dari MIPA-1 sampai MIPA-7.
Jangan dikira kelas spesial tidak ada spesis sarap, lihat saja kelakuan Ado, dia sudah berdiri didepan pintu sambil sok-sokan mengajak berbicara si bule.
Seisi kelas hanya menatap Ado sambil menggelengkan kepala, aku sendiri yang suka menjadi pengamat tertawa melihat tingkah konyol Ado yang sok-sokan ngomong 'bonjour..bonjour padahal nggak ngerti kelanjutan kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elang [PROSES PENERBITAN]
Teen FictionCerita ini sudah tamat diharapkan vote dan komen, jangan lupa follow author, thank u 🌻 [International High School Sky Blue Series] Mencintai Elang Samudera itu seperti kupasan kulit jeruk, asam dan pahit tertuang ke dalam mangkuk. Sekalinya kau jat...