Bisakah aku bertanya padamu, tentang sebuah makna mati satu tumbuh seribu?
***
Berkali kali aku membuka bahkan menutup aplikasi Whatsapp, berharap dia membalas pesanku. Namun nihil, tidak ada balasan sama sekali. Dia kira chat ku cuma koran, di read doang?Benar kata quotes yang pernah ku baca dari instagram, 'chat ribut nggak dichat rindu. Kalimat itu benar-benar menohok kenyataan. Aku menghela napas berat, melempar ponselku ke ranjang UKS.
Hari ini aku terjadwal tugas, dan kebetulan tadi anak kelas 12 jatuh kesandung jadi aku memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, setelah mengobati kakak kelas itu aku memilih untuk tiduran di UKS sambil menunggu bel masuk, lebih tepatnya menunggu balasan pesan dari Angga juga.
Baru aku mulai memejamkan mata sejenak, suara ribut dari luar membuat mataku yang semula terpejam terbuka lagi. Dan sialnya aku harus keluar untuk memastikan hal unfaedah apa yang mereka diributkan.
Pintu ku buka, dan seluruh siswa berlari menuju aula. Aku sempat menghentikan salah satunya untuk bertanya, "eh ada apaan sih kok ribut-ribut?"
"Itu calon ketua osis mau nyampein visi misi di aula atas"
Mendadak sebagian diriku ingin kesana, melihat Angga dan juga Langit bersaing sengit untuk mendapatkan posisi ketua osis umum di international high school sky blue.
Aku mengikuti mereka ke aula atas, jantung berdetak cepat kala bau ruangan ber-ac itu semerbak memenuhi Indra penciumanku. Aku memilih untuk duduk ditengah namun paling belakang, disini tidak diperkenankan membawa spanduk atau semacam tulisan-tulisan dalam bentuk apapun, jadi masing-masing supporter hanya modal suara untuk meneriaki calon pilihan mereka.
Angga, Langit, dan juga Elang. Mereka bertiga berdiri di podium yang telah dipersiapkan oleh panitia pemilos. Lima belas menit kemudian pembawa acara mulai membuka acara dan sesi pertama dimulai.
Sesi pertama diisi dengan tanya jawab dari tim penilai, kemudian sesi kedua penonton atau para supporter diperbolehkan bertanya-tanya mengenai visi misi kerja atau sebagainya yang berkaitan dengan program kerja osis. Dilanjutkan dengan sesi pidato oleh ketiga calon ketua osis.
Sesuai dengan penempatan podium, Angga orang pertama yang berpidato. Semuanya sunyi senyap kala Angga mulai membuka suara untuk berpidato, dan benar sekolah ini tidak salah pilih. Angga memang benar-benar cocok menjadi ketua osis, aku berharap siapa pun yang menjadi ketua osis itulah yang terbaik.
Selanjutnya Elang, dengan wajah sok kerennya dia mulai berpidato. Bagiku isi pidatonya lumayan dan yaa aku tidak bisa mendeskripsikan keadaan ini, aku hanya malas berpetualang menjelajah masa lalu apabila aku mendeskripsikan dia dan keadaan ini secara lancar.
Elang selesai berpidato, giliran Langit sekarang. Aku mengamati Langit, dia sedang membuka kertas dan membaca isinya namun baru setengah kalimat ada sesuatu yang janggal.
"Untuk menciptakan sekolah hijau elit dan bertaraf internasional diperlukan adanya penebangan semua pohon....."
Semuanya melongo, menatap Langit. Ada semburat bingung disana. Aku menatap cemas ke arah Langit, aku yakin ada sesuatu yang tidak beres. Langit telah dibohongi dan diantara kedua orang didepan yang paling mencurigakan adalah si pencitraan.
Langit hanya perlu menetralkan nafasnya, dia menarik nafas dalam-dalam kemudian mulai berpidato tanpa kertas. Sama seperti yang Angga lakukan sebelumnya, bagiku itu menarik dan menyita perhatian banyak siswa siswi yang menonton. Aku rasa Langit juga sama pantasnya menjadi ketua osis, buktinya dia bisa membereskan pidatonya yang salah dengan kalimat buatannya sendiri, bahkan refleks di ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elang [PROSES PENERBITAN]
Teen FictionCerita ini sudah tamat diharapkan vote dan komen, jangan lupa follow author, thank u 🌻 [International High School Sky Blue Series] Mencintai Elang Samudera itu seperti kupasan kulit jeruk, asam dan pahit tertuang ke dalam mangkuk. Sekalinya kau jat...