18. Awal Mula Kesalahan

3.2K 180 0
                                    

Namanya Anggita Adelia Rinjani sebuah nama yang berhasil mencuri sebuah hati yang selama ini terkunci dengan gembok besi dan sekarang mulai meleleh dengan berani.

***
Senja masih bersahabat dengan jingga, waktu belum juga mengikis hari tetapi hanya ada semburat hitam pekat diantara celah sorot sinarnya. Hilir mudik orang orang asing terpampang dalam sebuah tempat duduk dekat lapangan basket. Dua orang dipojok sana juga masih setia ber cek cok ria entah dengan alasan apa.

Dan yang ku dengar "eh, disini gue ya kaptennya jadi jangan belagu!"

"Untuk terakhir kalinya!"

"Enak aja lo ngomong, awal sebelum lo dateng gue duluan kali yang jadi kapten!"

"Lagi sakit juga, belagu!"

"Otak lo tuh sakit! Main ambil pangkat orang"

"Tanya pak Mike, kenapa milih gue!"

Mata tajam Angga menyala begitu juga Langit yang tidak kalah meletup letup, tidak ada yang mengalah semuanya ingin argumennya benar. Tatapan Angga tidak menciutkan nyali Langit begitu pula sebaliknya.

Kakiku mulai beranjak lalu tepukan dibahu membuatku menoleh, aku menemukan Tante Raina dengan paras cantiknya tersenyum hangat kepadaku.

"Kamu bawa bunga juga, Nggi?"

Aku menunduk mengamati bunga mawar putih ditanganku. "Iya, tante siapa tau nanti menang"

Tante Raina dengan excited menariku diantara sekumpulan siswa siswi high school sky blue, lebih tepatnya kami berada dibangku barisan nomor dua.

Waktu pertandingan dimulai, seluruh anggota tim basket dari kedua pihak keluar dan menimbulkan histeria teriakan dari para cewek penggila cowok basket. Begitu pula dengan anggota cheers yang turut memeriahkan acara.

Dari bangku supporter lawan, aku melihat seorang gadis yang familiar dimataku. Dia juga membawa bunga dengan pita merah dipegangannya. Aku menyipitkan mataku guna memperjelas apakah benar dia itu...

'Kak Adel

Demi apapun, itu memang benar-benar Kak Adel dan sialnya mata kami bertemu, saling tatap beberapa saat. Aku memalingkan wajahku untuk menghindari tatapan tajam yang ku dapat dari Kak Adel.

Peluit dibunyikan, tatapan Kak Adel sepenuhnya tertuju pada seseorang disana. Kini dia sedang fokus mendribble bola terkadang juga mengopernya. Sorak sorai semakin riuh kala Angga mendekati ring lawan. Dan shoot! Angga berhasil memasukkan bola kedalam ring.

Tepuk tangan sekaligus sorakan bahagia terdengar dari pasukan sekolah kami. Anggota basket ber tos ria satu sama lain, kecuali Langit yang memandang Angga dengan tatapan dingin dan datar.

Bola diambil alih oleh lawan, namun saat mendekati ring Langit berhasil menghalau dan mendribble bola menuju area lawan. Langit melakukan gerakan tipu, memberikan operan chest pass pada Angga dan tidak mau kalah Angga mengembalikan dengan operan bounce pass pada Langit.

Jantungku berdegup kala Langit melompat memberikan tembakan lay shoot up dan.......

Yes! Bola masuk ke dalam ring mencetak angka 2-0. Tante Raina tak henti hentinya meneriaki nama Langit dan memelukku dengan gemas, aku tidak habis pikir 'jangan jangan Langit suka dipeluk gemes kaya gini sama Bundanya.

Pertandingan masih berjalan sampai senja termakan pekatnya langit malam namun tak menyusutkan teriakan dan sorakan kebahagiaan dari supporter sekolah kami yang benar-benar bahagia atas kemenangan kompetisi ini.

Elang [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang