3. Duet

5.9K 258 2
                                    

Aku tidak pernah terbayang melodi gitarnya mengalun mengisi sesuatu yang kosong pada hati ini.

***

Aku menerawang jauh mengenai surat cinta yang di berikan Elang padaku. Antara bingung dan susah. Bingungnya apakah dia benar benar mencintaiku,atau hanya mempermainkanku saja. Susahnya, kalo aku udah bener bener jatuh bersama Elang. Aku harus apa?

"Sendirian aja, ngelamunin apa lo?"

Aku masih diam mematung, tak menggubris orang yang mengajakku bicara.

"Lo punya mulut nggak? Gue tanya sama lo!"

Aku menghela nafas, lalu menjawab pertanyaanya yang cenderung pemaksaan.

"Lagi banyak pikiran, udah diem aja sih"

Aku tak melihat siapa orang yang mengajakku bicara, toh palingan juga Angga.

Orang itu lalu pergi dari tempatku duduk, mungkin Angga malas berbicara denganku. Pikirku seperti itu.

Tapi nyatanya salah, orang itu kembali duduk lagi di sampingku sambil membawa sebuah gitar. Dia memainkan gitarnya dan membuat kepalaku menoleh tanpa sebab.

 Dia memainkan gitarnya dan membuat kepalaku menoleh tanpa sebab

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deg...

Lagi lagi jantungku bekerja tidak normal lagi.

"Suara lo bagus loh kalo ngomong, coba deh duet sama gue. Siapa tau kita bisa jadi patner duet yang baik"

Aku mengepalkan telapak tanganku. Sungguh aku tidak bisa melakukan apapun kecuali memegangi ujung rok dengan kuat.

"Dicoba ya.."

Elang mulai memainkan jarinya pada gitar coklat, entah milik siapa. Nada dari gitar itu mengalun mengisi relung hatiku yang kosong setelah menerima kehampaan dari kakaknya.

" Ku tuliskan kenangan tentang, caraku menemukan dirimu, tentang apa yang membuatku mudah berikan hatiku padamu.

Takkan habis sejuta lagu, untuk menceritakan cantikmu, kan teramat panjang puisi tuk menyuratkan cinta ini"

Sampai di bagian reff, Elang mengode ku untuk bernyanyi. Aku langsung meggelengkan kepalaku. Tapi entah kenapa saat mataku menatap matanya lebih lama, aku seperti terhipnotis dan melakukan apa yang dia perintahkan.

Aku meneruskan lirik lagu itu.

Dan pada bait terakhir lagu, suara kami beradu. Dan bersamaan dengan itu juga. Mataku mengunci pandangannya, kami bertatap sedikit lebih lama dari biasanya.

Tatapan itu berakhir ketika ada deheman yang berasal darinya.

"Keren suara lo, kapan kapan bisa duet lagi ya"

Aku tersenyum simpul, lalu menggeleng pelan.

"Kak Rinjani kan? Kata Kak Alan, kamu itu nggak punya bakat, tapi buktinya kamu bisa nyanyi"

Elang [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang