17. Jersey Putih

3.5K 184 0
                                    

-Aroma vanila Jersey putih, yang membuatku harus berfikir lebih, agar logika ku kembali pulih.-

***
Ruangan persegi itu hening, hanya ada suara TV menyala disertai dengan detik jam, cuaca diluar masih sama. Mendung, abu abu dengan setia menggelantung menggantikan biru menemani langit.

Entah berapa kali, helaan napas keluar. Tidak ada yang berani membuka percakapan diantara kami. Aku sendiri menunggu respon apa yang akan dikatakan oleh makhluk yang ada didepanku.

Angga menghela napas, membasahi bibir bawahnya. Kemudian menatapku dengan tatapan mengintimidasi.

"Kemarin kemana?"

Bingung, aku tidak tahu apa yang harus aku katakan. Aku hanya bisa diam sambil menggigit bibir. 'Tuhan lenyapkan aku saat ini juga.

"Kalo ditanya jawab, Nggi. Punya mulut kan?"

Aku menatap matanya takut takut, sungguh jika nanti sampai terucap sebuah alasan kenapa kemarin aku tidak menjenguk Angga, itu adalah alasan paling klise yang membawaku pada sebuah kebohongan.

"Ada tugas Ngga, sorry" jawabku lirih

Angga menghela napas, entah ini untuk yang keberapa "tugas? Nggak bisa nyempetin buat jenguk gue sepuluh menit gitu? Lo nggak lagi ngambek sama gue kan, gara gara perkara gue marah marah sama lo diruang osis?"

Aku menggeleng pelan, sungguh. Saat ini aku seperti tersangka yang ketahuan dan tidak bisa mengelak. Seperti ingin mengadili tapi sudah terbukti kalah telak.

"Kemarin gue chat lo kan? Minta ditemenin makan es krim vanila dirumah sakit, kenapa yang dateng bukan lo? Kenapa mesti Kak Adel?"

Tuh kan, bener. Aku merasa terpojok dan hanya bisa diam ditempat. Menikmati tiap detik yang berlalu dengan atmosfer panas dan dingin bercampur dan membaur menjadi satu.

Lagi lagi tidak ada yang bisa ku lakukan selain membisu seakan Angga adalah radio dan aku pendengar setianya, tak berani mengucap 'a atau 'b atau pun kalimat kalimat klise lain.

"Lo tuh temen gue bukan sih?"

Aku diam beberapa saat lalu menghela napas berat. "Iya maaf, sekarang gue harus apa supaya lo nggak bikin gue terpojok kaya gini?"

"Ambilin Jersey gue!"

Satu kalimat sukses membuatku membelalakan mata, sepertinya sakit membuat otak Angga tambah sarap. Gimana jadinya kalo dia dirumah sakit tapi minta Jersey kan aneh.

"Lo gila ya? Kan lo lagi dirumah sakit, kenapa minta Jersey?"

"Karena gue mau ikutan kompetisi basket lawan tetangga sebelah, kenapa emang? Salah?"

Sarap, mana mungkin sih orang sakit bisa main basket? Angga itu satu satunya spesies ter-aneh yang belum pernah diketahui manusia lain sebelumnya, dan yang tahu cuma aku. Kelakuannya ini cukup membuat logikaku menggila.

"Lo kan lagi sakit Ngga!"

"Tapi besok gue udah boleh pulang!"

"Sama aja, lo belum pulih!"

"Bodo amat, peduli apa lo sama gue?!"

"Jelas lah gue peduli kan..." ucapanku menggantung begitu seseorang membuka pintu dan menampakan wajah angker sesuai dengan nama populernya.

'Suster (ngesot)

"Mas, mbak ini rumah sakit ya. Tolong jangan ribut disini!"

Aku menangkupkan kedua tanganku, meminta maaf dan beralih menatap Angga. Perdebatan tadi tidak menciutkan nyaliku untuk berargumen dengan Angga.

Elang [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang