Bab 11 - Kepedulian

67 6 3
                                    

Adelia dan Fahmi sudah sampai beberapa menit yang lalu, mereka disambut oleh Gaga yang terkejut melihat keadaan Adelia. Ia tahu bahwa adiknya menyukai hujan dan sering mandi hujan, tetapi tidak dengan keadaan kacau seperti ini. Apalagi Adelia diantar oleh laki-laki yang tidak dikenal Gaga.

Adelia sudah berganti baju, sekarang ia berada di kamarnya dengan Gaga dan Fahmi. Gaga sempat menanyakan kepada Fahmi, apa yang terjadi dengan adiknya tetapi Fahmi pun tidak tahu.

Saat ia bertanya ke Adelia, adiknya itu hanya diam saja. Akhirnya, ia pun membiarkan Adelia tenang dulu. Mungkin nanti Adelia akan bercerita padanya.

"Del, kamu udah makan belum?" tanya Gaga.

Adelia menggeleng pelan.

"Makan dulu, yuk." ajak Gaga.

Lagi-lagi Adelia menggelengkan kepalanya. Gaga menghela nafas pelan, kalau sudah seperti ini ia hanya bisa menunggu.

Fahmi yang merasa tidak enak, membuka suaranya untuk pamit pulang.

"Gue balik ya." Adelia hanya diam memandang ke depan.

"Thanks ya, bro." ucap Gaga. Fahmi mengangguk lalu keluar, Gaga mengantar Fahmi sampai ke depan.

Bertepatan saat Fahmi keluar dari pagar rumah Adelia, mobil Alvaro datang. Kaca mobil Fahmi yang terbuka setengah membuat Alvaro dapat melihat siapa dia yang baru saja datang ke rumah Adelia.

Gaga mengurungkan niatnya untuk menutup pintu rumah, saat melihat Alvaro turun dari mobilnya membawa tas Adelia. Gaga mempersilahkan Alvaro masuk.

"Adelia ada dikamarnya, dia dateng basah kuyup diantar Fahmi." ujar Gaga sedikit sinis. Ia curiga, sepertinya adiknya sedang bertengkar dengan Alvaro.

Alvaro hanya mengangguk, dan berlalu menuju kamar Adelia.

"Eh, pintu nya jangan ditutup." panggil Gaga saat Alvaro sudah berada di tangga.

"Iya." ucap Alvaro datar. Ia berlalu begitu saja.

"Buset. Datar bener tuh anak." Gaga geleng-geleng kepala. Ia menuju dapur untuk makan, ia terpaksa makan sendiri karena Adelia tidak mau makan. Daripada ia mati kelaparan, lebih baik ia makan sendiri.

Alvaro mengetuk pintu kamar Adelia beberapa kali, tetapi tidak ada jawaban. Ia memutuskan untuk membuka knop pintunya. Sesuai dengan pesan Gaga bahwa pintu harus tetap terbuka, maka Alvaro tidak menutupnya kembali.

Saat pintu terbuka, ia melihat Adelia yang berbaring menghadap ke sebelah kiri membelakangi pintu. Tubuhnya dibalut selimut sampai ke leher.

Alvaro meletakkan tas Adelia di meja belajar. Lalu menghampiri Adelia. Ia duduk di pinggiran kasur dengan pelan, tangannya mengusap rambut Adelia yang masih basah.

Alvaro merasa bersalah meninggalkan Adelia tadi. Ia benar-benar kalut melihat keadaan Beatrice, sehingga melupakan Adelia.

Tetapi bukankah jika ia benar mencintai, ia tidak akan melupakan begitu saja? Meninggalkan begitu saja?

"Maaf, Del." suara Alvaro membuat Adelia terusik dan terbangun, ia menolehkan kepalanya dan melihat Alvaro sedang menatapnya.

Ia mencoba bangun untuk duduk, dibantu oleh Alvaro. Lalu ia tersenyum. Matanya menyipit, karena bengkak akibat menangis dalam diam.

"Gimana keadaan Beatrice?" tanya Adelia dengan suara serak dan air mata yang mengalir dengan sendirinya.

Alvaro meneguk ludah nya dengan susah payah. Hatinya merasa sakit saat melihat mata Adelia mengeluarkan air mata. Dengan cepat ia menghapus air mata Adelia.

Rain Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang