Six

9.4K 872 33
                                    


Kembali aku ingatkan bila ada chara favorit kalian yang tidak sesuai dengan karakter aslinya saya minta maaf, because this fic is just my imajination.

Happy reading, minna...






Sakura merebahkan tubuhnya di sofa yang terasa lumayan nyaman di badan rampingnya, setidaknya bila di bandingkan dengan ranjang di flat kecilnya yang reot dan berdecit bila Sakura bergerak sedikit saja, sofa rumah sakit jauh lebih nyaman.

Malam ini Sakura memutuskan untuk kembali tidur di Rumah Sakit, dia enggan untuk beranjak kembali pulang ke flatnya, tidur menyamping dengan bantalan sofa sebagai penyangga Sakura terus menatap Sasori yang tertidur dengan begitu damainya, Sakura tersenyum sendu baginya melihat Sasori masih bernafas saja sudah membuat hatinya bahagia.

Sakura menatap ruang rawat Sasori yang begitu hening,hanya terdengar detak jam dinding yang menggantung di sudut ruangan, pandangan Sakura menerawang menatap tiap sudut ruangan sampai matanya jatuh pada kotak P3K yang tergeletak di meja kecil depan sofa, kotak milik laki-laki yang baru saja menolongnya.

Dipandang tangannya yang berbalut perban putih bernoda antiseptik , Sakura mengingat bagaimana dengan penuh kelembutan dan kehati-hatian lelaki itu merawat luka di tangan yang sebenarnya bagi Sakura bukan apa-apa, Sakura tentu pernah terluka lebih parah dan lebih menyakitkan dari ini.

Hatinya menghangat mengingat bagaimana mata sekelam malam itu menatapnya dengan pandangan begitu lembut, mata yang mampu membuat siapa saja yang memandangnya pasti terpesona, wangi maskulin yang menguar dari tubuh atletis dan wajah rupawan.

Sakura menggeleng, sambil menutup wajah ayunya dengan telapak tangan, ditepisnya pikiran liar tentang lelaki itu, dia tak mau terlena dengan pesona memabukkan lelaki yang bahkan baru dua kali di temuinya, lelaki yang bahkan Sakura tak tahu namanya. 

Sakura memutuskan memejamkan matanya, dia lebih memilih tidur,mengenyahkan bayangan lelaki penolongnya, Sakura enggan memikirkan apapun yang hanya akan menjadi beban di hatinya nanti, sakura takut.

Hidupnya sudah cukup berat dia tak mau menambah beban lagi dalam hidupnya sekarang.  Sakura merilekskan tubuhnya mencoba menggapai alam mimpi, berharap sang pencipta berbaik hati memberi mimpi indah bersama keluarganya, hanya itu keinginannya sekarang. 

Keluarga yang sangat dirindukannya.

Di tatapnya kembali Sasori berusaha menggali sedikit memori yang bisa menguatkan hatinya.

"oyasumi niisan"gumamnya pelan.

***

Sasuke terus memencet tombol kamar apartemen mewah bernomer 231 milik Naruto, hampir 10 menit dia berdiri di depan pintu bergaya klasik di depannya,  tapi sang pemilik kamar tak juga menampakkan tanda-tanda kehidupan.

Sasuke lupa Naruto lebih mirip mayat kalau sudah tertidur, sangat susah di bangunkan, bahkan Sasuke sudah menelfonnya hampir 10 kali dan tak satupun dapat respon dari sahabat yang tak dia akui itu.

Sasuke melirik jam tangan di pergelangan tangan kirinya, waktu bahkan sudah menunjukkan pukul 07. 10, jam kerjanya di rumah sakit dimulai pukul 09. 00 jarak apartemen Naruto dan Rumah sakit 1 jam dengan mobil , itupun kalau tidak macet.

Sasuke akhirnya memutuskan untuk pergi saja dan berangkat ke Rumah Sakit percuma saja dia merelakan jam makan paginya berlalu hanya untuk menyambangi apartemen Naruto, dia akan membuat perhitungan nanti.

Baru saja dia berniat membalikkan tubuhnya meninggalkan pintu apartemen Naruto pintu berwarna coklat itu terbuka.

Seorang wanita berambut panjang menatapnya kaget, mata amnetysnya menata Sasuke tak berkedip, Sasuke tahu tatapan macam itu, tatapan yang selalu diterimanya daripara wanita yang melihatnya dengan kekaguman.
Sasuke yang merasa risih ditatap dengan begitu itens mundur dua langkah menjauh, lagipula siapa wanita berpenampilan sexy ini mainan baru Naruto??.

Fight [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang