Eighteen

7.8K 694 93
                                    

Happy reading 😊





Sasori menatap layar monitor laptopnya satu demi satu kata dia baca dengan seksama tanpa ada yang terlewat, sebuah artikel yang berasal dari tanah kelahirannya tentang seorang wanita yang selama ini dia panggil ibu, tangannya mengepal menahan amarah sedang wajahnya tampak memerah
hatinya memanas, kecewa dan berbagai perasaan berkumpul jadi satu.

Di tutupnya layar laptopnya tanpa sadar dia mencoba berdiri gerakannya yang terlalu cepat membuat dirinya tak ayal jatuh disisi ranjang, Sasori lupa kakinya tak lagi berfungsi dengan baik, Ankilosis itu yang dia alami sekarang setelah berhasil tersadar dari tidur panjangnya kini Sasori harus menerima kenyataan bahwa tubuhnya yang terlalu lama mengalami imobilitas menyebabkan sendi ditubuhnya mengalami kekakuan hingga tak bisa digerakkan.

Sasori meringis menahan sakit yang menjalar keseluruh tubuhnya tulangnya terasa ditimpa batu puluhan kilogram terutama sendi-sendi tubuhnya, dengan pelan dia berusaha menarik tubuhnya yang terasa begitu kaku mendekati nakas, tak diperdulikannya lagi tubuhnya yang sakit luar biasa, paling tidak sakit hatinya kini terasa lebih membuat dirinya lebih lumpuh.

Bagaimana tidak berita tentang ibunya yang dikabarkan telah meninggal ketika dia baru saja terbangun dari tidurnya hingga bagaimana adik kesayangannya berjuang begitu keras selama ini untuknya tentu telah membuat hatinya hancur berkeping-keping, seharusnya dia ada disana untuk melindungi Sakuranya, princessnya, adik yang dia sayangi melebihi hidupnya sendiri bukannya malah menjadi sumber penderitaan yang lain untuk Sakura.

Karena itulah dia menahan rindunya yang teramat sangat pada adik kesayangannya setelah mendapati dirinya lumpuh meski dokter mengatakan bukan lumpuh permanen, Sasori memilih meminta sahabatnya Itachi membawanya menjauh dari Sakura memulihkan dirinya terlebih dahulu agar dia bisa kembali menjadi pria sempurna untuk melindungi Sakura.

Tapi malam ini ketika Itachi menelfonnya dan menyuruhnya melihat berita yang tengah menjadi perbincangan hangat di Konoha tentang ibunya yang ternyata masih hidup dan menjadi simpanan Perdana Mentri hatinya tak lagi mampu menahan keinginan untuk menemui Sakura adiknya, tentu saja dia kecewa pada keputusan ibunya yang pada akhirnya lebih memilih pria yang Sasori tahu sebagia cinta dalam hidup Ibunya ketimbang mengurus dirinya dan Sakura, terutama Sakura tentu saja.

Sasori berhenti berusaha bergerak ketika dia merasa kakinya makin sakit bahkan tak bisa merasakan apapun, hatinya mencelos tekadnya kini kalah oleh kenyataan dia sekarang hanyalah pria tak berdaya.
Sasori meraung keras berteriak pilu, marah, takut dan bingung perasaan yang membuncah didadanya berkumpul menjadi satu membuat pertahannya tak lagi mampu membendung rasa putus asanya.

"Argggggghhhhh..... " Kembali sang pemuda tampan itu meraung, Sakura.. Sakura hatinya benaknya hanya berisi satu nama..
Sakura, kehidupannya.

"Sakura maafkan niisan... "

"Sakuraaa..... " Kembali Sasori meraung pilu raungan yang sarat akan rasa rindu dan putus asa, raungan yang menyayat hati siapa saja yang mendengarnya.

---------

Sakura melepaskan pelukan Sasuke, berusaha menatap netra jelaga milik dokter muda itu tak ada keraguan apalagi raut candaan di wajah tampan pemuda 24 tahun itu, justru yang ditemukan Sakura hanyalah tatapan kasih yang menenangkan.

Sesaat mereka hanya diam, sampai Sakura membuka suaranya.

"Ibuku..dia.. "

Sasuke menangkup kembali wajah tirus Sakura mengusap lembut pipi mulusnya.

"Hn..Ibumu masih hidup Sayang.. "

"Bagaimana?? tapi.. Ibu.. "

Sasuke mendengus , diraihnya ponselnya yang tergeletak di meja, lalu dibukanya sebuah artikel dari sebuah situswarta online diserahkannya ponselnya pada Sakura, Sakura menerimanya lalu mulai membaca satu persatu kata yang tertera di layar 4, 5 inchi itu dengan teliti.

Fight [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang