"Eh, ra. Tuh udah dijemput pangeran lo." ucap rasti sambil memasukan buku ke tas.
"Pangeran apaan?" tanya kiara bingung.
"Pacar lo ra, noh liat." ucap reza menunjuk alva.
"Kak zo? Kok kakak ada disini?" tanya kiara setelah sampai disamping alva.
"Jemput kamu lah, ayo pulang." ucap alva sambil menggenggam tangan kiara, lalu pergi ke parkiran.
"Kakak mau antar aku pulang kak?" tanya kiara sambil masuk mobil.
"Iya, aku bakal antar kamu pulang." ucap alva setelah duduk di kemudi.
"Gak usah lagi kak, kan aku bisa pulang sendiri."
"Mulai sekarang, aku bakal antar jemput kamu oke." ucap alva sambil menjalankan mobilnya.
"Terserah kakak aja, dech."
"Lelaki yang waktu itu siapa, vel?"
"Vel?" tanya kiara bingung.
"Iya sayang. Kamu juga manggil aku zo, yaudah aku manggil kamu vel aja. Biar beda sama yang lain. Kenapa, kamu gak suka?"
"Bukan gitu kak, aku cuma tanya aja."
"Lelaki yang waktu itu siapa, vel?" tanya alva mengulangi pertanyaannya.
"Dia alex, adik aku kak."
"Owh, aku kira siapa?"
"Emang kenapa kak?"
"Jangan pernah dekat-dekat sama cowo lain, aku gak suka."
"Tapi alex kan adik aku kak, masa gak boleh."
"Maksud aku, laki-laki lain selain keluarga kamu. Oke, rumah kamu dimana?"
"Jalan Merpati no 14, kak."
"Udah sampai, sayang." ucap alva sambil menghentikan mobilnya. "Eh, tunggu dech. Kok adrian masuk ke rumah kamu?" tanya alva ketika melihat mobil adrian masuk rumah kiara.
"Dia kakak aku, kak." ucap kiara lirih.
"Tapi kenapa di sekolah kalian kaya orang yang gak saling kenal?"
"Dia gak anggap aku ini adiknya, kak. Dia itu benci sama aku, kak." ucap kiara menangis.
"Udah donk, jangan nangis." ucap alva sambil memeluk kiara. "Aku yakin, akan ada saatnya dia sayang sama kamu."
"Iya kak, aku tahu itu. Tapi aku takut kak, kalo waktu itu tiba apakah aku masih ada, kak?"
"Udah donk, jangan ngomong kaya gitu. Kamu pasti akan tetap disini, oke."
"Aku gak yakin kak, aku takut gak lama lagi aku pergi kak." batin kiara.
"Pantes aja waktu itu dia liatin adrian mulu. Jadi adrian itu kakaknya. Rahasia apalagi yang kamu tutupin dari semua orang, vel?" batin alva.
"Makasih ya, kak." ucap kiara melepas pelukannya. "Aku pulang ya, kak. Kakak hati-hati di jalan." ucap nya membuka pintu dan turun dari mobil.
"Pokoknya mulai besok aku bakal antar jemput kamu, gak ada penolakan. Bye, sayang." ucap alva sambil menjalankan mobilnya.
"Dasar kakel gila." ucap kiara masuk ke rumahnya.
"Cie, ada yang udah taken nih." ucap alex yang duduk di ruang tamu.
"Apaan sih dek, siapa juga yang taken." ucap kiara duduk disebelah alex.
"Bohong banget, orang tadi aja manggil nya udah pakai sayang."
"Bodo, ngantuk aku." ucap kiara menyandarkan kepalanya ke bahu alex.
"Tidur yang nyenyak kak, aku sayang sama kakak." ucap alex sambil mencium kening kiara.
**********
"Indah banget ya kak, malam ini." ucap kiara seraya duduk disamping adrian.
"Ngapain lo disini? Oh, gue tahu. Lo mau pamer kalo lo udah jadian sama alva, iya kan. Ngaku lo."
"Gak kak, buat apa aku..."
"Alah, ngeles aja lo. Gue kasian sama alva, mau-maunya dia pacaran sama anak pembawa sial kaya lo."
"Stop kak, jangan pernah mengatakan aku ini anak pembawa sial."
"Kenapa, emang kenyataannya gitu. Radit pergi juga karna lo." ucap adrian seraya pergi.
"Aku mohon kak, sekali aja aku mau memeluk kak rian. Sebelum aku pergi kak." batin kiara.
"Kak, jangan nangis lagi donk." ucap alex seraya menghapus air mata kiara. "Masa baru jadian kakak malah nangis. Kalo kak alva tahu, pasti dia gak suka."
"Makasih al, karna kamu udah perduli sama kakak." ucap kiara seraya tersenyum.
"Nah gitu donk, kan jadinya cantik." ucap alex seraya duduk disamping kiara.
"Al, kapan ya kak rian bisa baik sama aku? Kapan kak rian mau meluk aku?" tanya kiara menahan air matanya.
"Kak kia gak usah mikirin itu ya, kak rian pasti bakal baik sama kakak. Kak rian juga pasti bakal meluk kakak, jadi kak kia jangan sedih oke." ucap alex seraya memeluk kiara.
"Setidaknya aku masih punya kamu, al. Keluarga yang masih perduli dengan keberadaanku." batin kiara.
**********
"Mah, ini kia buatkan susu untuk mamah." ucap kiara yang membawa nampan seraya masuk kamar mamah.
"Ngapain kamu kesini? Kagak usah sok perduli kamu." ucap mamah sinis.
"Aku emang perduli sama mamah, diminum ya mah." ucap kiara seraya meletakan nampan dimeja.
"Mending kamu pergi." usir mamah.
"Tapi mah, aku..." ucap kiara terpotong.
"Pergi!" bentak mamah.
"Baik mah, aku akan pergi." ucap kiara seraya keluar kamar.
"Kak kia kok nangis?" tanya alex ketika melihat kiara meneteskan air mata.
"Enggak kok al, kakak gak nangis." ucap kiara seraya menghapus air matanya. "Tadi mata kakak habis kemasukan debu, makanya kakak nangis." ucap kiara seraya tersenyum.
"Aku tahu kak kia nangis pasti karna mamah kan, aku tau itu kak." batin alex.
"Kamu mau kemana, al?" tanya kiara membuyarkan lamunan alex.
"Hah? Itu, aku mau tidur sama kakak. Boleh kan?" tanya alex dibalas anggukan oleh kiara.
"Tumben kamu mau tidur sama kakak. Gak ada maksud tersembunyi kan?" ucap kiara menoleh ke alex yang tidur disampingnya.
"Ya gak lah kak, aku cuma mau tidur bareng kak kia aja. Kan udah lama aku gak tidur bareng kakak." ucap alex seraya memeluk kiara.
"Makasih, al." ucap kiara seraya tidur dipelukan alex.
"Mimpi yang indah, kakakku tersayang." ucap alex seraya mencium kening kiara lalu tidur menyusul kiara.
~~~~~~~~~~
Hai guys, sedih gak kalo jadi kiara? Udah sering di bentak kakaknya sendiri, eh sama mamah nya juga.
Untung masih ada alex yang perduli sama kiara.
Jangan lupa vote dan komensnya, ya guys.
Sampai jumpa di part selanjutnya ya, guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay or Go
JugendliteraturCerita 1 Kenapa takdir selalu mempermainkanku? Mengapa takdir merenggut orang-orang yang aku sayang? Dulu sahabatku, keluargaku, lalu sekarang kekasihku. Apakah tidak cukup melihatku selalu menderita? Mengapa takdir tak pernah mengizinkanku tuk baha...