5.8K 739 55
                                    

Oliv mengetuk pintu di depannya perlahan.

"Masuk!"

Ketika pintu dibuka, Oliv membungkuk lalu Han daepyeo menyuruhnya untuk duduk di kursi yang disediakan. Sudah ada satu orang yang duduk di sebelah kursi tersebut.

"Duduklah, Olibeu."





Oliv meneguk ludah ketika melihat wajah Mingyu yang penuh lebam dan darah di sudut bibirnya.

"Ada perlu apa, Han daepyo-nim?" Oliv membuka pembicaraan.

Ia melirik Mingyu yang tengah menunduk dalam di sampingnya.

Oliv merasa iba sekaligus ingin tahu mengapa Mingyu yang tampan seperti biasa, menjadi babak belur seperti ini?

"Langsung di intinya saja. Kau butuh uang?" Han daepyeo langsung mengatakan maksud dari pertemuan ini.

Oliv yang masih bingung menatap Mingyu. Mingyu hanya tersenyum.

"M-maksud, Anda apa?" Daerim langsung memalingkan muka ketika Mingyu tersenyum padanya. Menurutnya itu sungguh menyakitkan.

"Kau butuh uang tambahan tidak? Jika iya kau hanya perlu melakukan apa yang aku suruh!" Han daepyeo berbicara dengan tenang, tapi matanya menyalang marah.

Oliv bingung harus menjawab apa.

Ayah Oliv yang sering meminta uang padanya, kebutuhan untuk adiknya di Indonesia. Kemudian biaya hidupnya yang semakin membengkak. Apalagi adik Oliv akan kuliah dan ia masih belum punya tabungan untuk itu. Memang benar jika Arikㅡadik Olivㅡ akan mengejar beasiswa. Bukannya Oliv tidak percaya dengan kemampuan adiknya, hanya saja tidak ada salahnya jika Oliv menabung untuk adiknya 'kan?

Tapi Oliv berpikir lebih dalam lagi. Apakah ini akan berdampak baik atau buruk ke depannya?

"T-tapi apa yang akan saya lakuㅡ"

"Kau mau atau tidak?" pertanyaan Han daepyeo memutuskan perkataan Oliv.

Oliv beberapa kali menelan ludah dan menatap Mingyu, meminta bantuan. Namun, Mingyu justru tersenyum dan menjawab, "Jika tidak mau jangan di paksa. Toh semuaㅡ"

"Diam kau! Aku melakukan ini demi kau dan dia!"

Baru kali ini Oliv melihat Han daepyo begitu marah. Belum lagi Mingyu yang hanya mengendikkan bahu tidak peduli ketika Han daepyeo mendelik ke arahnya.

"Aku akan menggajimu lebih besar. Mau atau tidak?!" Kini Oliv yang dibentak Han daepyo.

Tawaran tersebut sangat menggiurkan. Tapi Oliv tidak tahu ia harus melakukan apa nantinya? Ia hanya takut hal itu akan berdampak buruk bagi orang-orang di sekitar.

"Oh! Aku lupa! Kau dulu pernah berjanji akan melakukan apapun demi agensi ini kan?" Han daepyo berteriak kesenangan ketika mengingat hari itu.

"H-hah?"

"Jangan pura-pura bodoh, Olibeu! Kau pasti ingat! Sekarang aku tagih janjimu!"

Kalimat tersebut membuat Oliv terdiam.

Oliv bukanlah orang yang suka ikar janji. Dia akan bertanggung jawab atas segala ucapannya.

"Baiklah. Saya akan menerima tawaran Anda, daepyo-nim."

Pernyataan tersebut membuat senyum Han daepyeo mengembang. Ia segera memberi kertas kontrak dan pena lalu menyodorkannya pada Oliv.

"Tanda tangan," tegas Han daepyo yang membuat Oliv langsung melaksanakan perintahnya.

"Aku akan membayarmu dua kali lipat dari gaji biasa. Asalkan..." Han daepyeo menggantungkan ucapannya beberapa detik setelah ia memasukkan kertas tersebut di dalam laci meja kebesarannya.

"...Kau menjadi kekasih Kim Mingyu."

Oliv langsung gelagapan. Ia menatap Mingyu yang hanya tersenyum(lagi).

"Kau hanya perlu menjadi kekaksih Mingyu dihadapan media. Akan kuurus sisanya. Kau boleh keluar. Jangan lupa untuk membuat instrumen yang lain juga, Olibeu!"







Oliv keluar ruangan disusul Mingyu yang berjalan tertatih-tatih.

"Kau bisa membantuku?" tanya Mingyu tersenyum dan sedikit menaikkan alisnya.

Oliv yang masih syok, mendekat pada Mingyu dan ragu-ragu untuk melingkarkan tangannya di pinggang pria bongsor tersebut.

"Tak apa."

Sret!

Mingyu sendiri yang melingkarkan lengan Oliv pada pinggangnya. Mereka jalan perlahan menuju lift.

"Sepertinya aku harus hiatus juga untuk memulihkan ini. Iya kan?" Mingyu mencoba mencairkan suasana.

"I-iya." Beda dengan Mingyu yang santai, Oliv justru gemetar demi apapun. Karena ini untuk pertama kalinya Oliv berdekatan langsung dengan lawan jenis. Apalagi Mingyu adalah seseorang yang ia idolakan dari dulu.

Ketika lift terbuka mereka masuk bergantian. Oliv merasa hal ini rasanya lama dan canggung.

"Hei."

Oliv mendongak menatap Mingyu.

"Apakah aku berat?" Itu adalah pertanyaan terkonyol yang pernah Mingyu buat pada lawan jenis.

"T-tidak."

"Kuharap kau tidak berbohong, Olibeu."

Hening.

"Aku tahu kau masih terkejut dengan hal yang terjadi di ruangan tadi."

Tak Oliv sanggah perkataan Mingyu barusan. Itu semua memang benar. Ia masih syok.

"Jadi, jangan canggung padaku. Oke?"

"I-iya, Seonbae."

"S-seonbae juga harus istirahat setelah ini," lanjut Oliv.

"Kau benar. Kau juga harus istirahat Olibeu. Terima kasih sudah menolong kami."

Lift terbuka. Ada Doogi PD disana. Oliv langsung menyerahkan Mingyu padanya dan mencerna perkataan Mingyu sebelum keluar dari lift.

'Menolong kami?'

☆☆☆

selamat membaca!

Agency + Mingyu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang