삼십사

4.5K 676 82
                                    

Seungcheol dan Jun masih meredamkan amarah di lobi rumah sakit. Mereka mencoba menghubungi Oliv, tetapi tak kunjung diangkat.

"Ayo, Olibeu! Angkat telponku!" gumam Seungcheol.

"Aku akan mencoba menghubungi member lain, hyung!" celetuk Jun yang langsung mengirim pesan personal ke 10 temannya yang lain.

Tak disangka, respon semua member begitu panik. Bahkan Jeonghan yang sedari pagi hanya tidur di dorm kini bangkit dan menuju perjalanan ke gedung Pledis bersama Vernon, Dokyeom dan Hoshi.

"Gimana?"

Seungcheol menggeleng. Belum ada jawaban dari Oliv.

Ponsel Jun bergetar, ia menerima pesan dari Seungkwan.

"Olibeu sekarang bersama Dokyeom, hyung!" teriak Jun yang membuat hati mereka lega.

















Di dalam taxi, aku mengusap air mata yang sudah menyerap dalam maskerku. Ketika sampai tujuan, aku hanya menunduk dan berjalan ke tempat yang selalu membuatku nyaman meskipun cuaca dingin datang sekalipun.

Dengan gemetar, aku membuka pintu rooftop gedung Pledis. Jika dipikir-pikir lagi, ketika aku sakit hati, aku selalu datang kemari. Dalam tangisku aku tertawa. Memandangi lautan salju di depanku.

Aku memutuskan untuk duduk di tepi pintu, menghindari serbuk putih tersebut. Sambil menggigil, aku tetap menangis.

Tiba-tiba saja pintu di sampingku terbuka, menampakkan Seokmin Oppa yang masih terengah-engah, mencoba menetralkan raut mukanya dan ikut duduk di sampingku.

"Kenapa disini?" tanyanya.

Kantung mantelnya terlihat penuh. Aku yakin itu berisi hotpack.

"Entah, disini nyaman."

"Iya-iya terserahmu."

Ketika kami menghela napas atau bicara, ada asap yang senantiasa keluar dari lubang hidung atau mulut kami.

"Jangan disini, Olibeu. Nanti kena hipotermia," ucapnya sembari memasukkan satu hotpack pada kedua sepatuku. Aku menatapnya heran.

"Biar nggak dingin."

"Kenapa lagi?" lanjutnya. Kini ia menyerahkan dua hotpack di telapak tanganku.

Aku tak menjawab. Namun, air mataku turun kembali.

"Brengsek itu berulah lagi ya?"

Aku mengangguk dan menangis makin keras. Aku merasakan lengan Seokmin Oppa kini sudah melingkar di bahuku sembari menepuk-nepuknya kecil.

"Keluarkan semuanya. Aku akan mendengarkanmu."

Tak ada yang berbicara, hanya suara isakanku yang terdengar. Hal ini mengingatkanku pada kejadian beberapa waktu lalu. Aku menangisi objek yang sama, salju turun pada waktu yang sama, dan orang yang menemaniku menangis pun sama.

"Eonni itu datang dan dia menyuruhku pulang. Aku seperti dibuang olehnya, Oppa. Aku lelah." Tangisku makin pecah.

"Aku juga sebenarnya lelah, Olibeu."

Aku masih sesegukan dalam rangkulan Seokmin Oppa. Tetap,diam dan membiarkannya bicara.

"Aku lelah bertingkah sedemikian rupa pada dunia. Sering kali ada titik dimana aku benar-benar merasa lelah dengan semua ini. Tapi kalau aku melihat Carat, rasanya sudah terbayar.

Banyak yang bilang kemampuan danceku tak seimbang. Tapi Carat dan member yang lain menutupi itu dengan sempurna."


Ada setitik air mendarat di mantel milik Seokmin Oppa. Sepertinya ia ikut menangis.

"Dulu aku merasa sempat putus asa menjadi seorang idol. Tapi melihat begitu banyak yang antusias dengan kami, aku ikut bersemangat."

Ia menarik napas dalam-dalam.

"Kami rela tak tidur seharian demi menciptakan lagu, koreografi dan latihan untuk penggemar kami. Itu semua kami lakukan dengan tulus. Ketika kami memenangkan award, rasanya aku ingin menghampiri seluruh Carat dan berterima kasih pada mereka.

Terkadang aku takut. Takut jika aku melakukan kesalahan, mereka akan membenciku. Membenci kami semua. Lalu dengan perlahan satu persatu dari mereka akan meninggalkan kami."

Seokmin Oppa berhenti sejenak dan melanjutkan kalimatnya.

"Aku senang ketika fansign, konser, ataupun membaca komentar-komentar lucu mereka di SNS. Tapi aku yakin, jika suatu saat mereka akan meninggalkan kami, berjuang dalam dunia nyata. Dan pada akhirnya, kami hanya menjadi sepotong kenangan untuk mereka."

Aku masih terdiam, membiarkannya ikut menangis bersamaku.

"Tak apa. Itu hak mereka. Kami pun tak berhak untuk memaksa mereka agar tetap bersama kami. Karena pada dasarnya, mereka punya tujuan hidup masing-masing dan mempunyai alasan untuk menyukai kami."

Suara Seokmin Oppa bergetar, menarik air mataku untuk keluar kembali.

Dan malam itu, kami menangis bersama dalam dinginnya malam yang dibalut hujan salju.

☆☆☆

#curahanhatiseorangidol :")))))

Agency + Mingyu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang