Selepas bertemu dengan mereka, aku berusaha menahan tangis ketika masuk gedung Pledis.
Tiba-tiba saja perasaan ingin duduk di tepi rooftop menyergapku. Dengan lemas aku menaiki satu persatu tangga.
Jika kalian bertanya, mengapa aku harus berepot-repot naik tangga jika ada lift?
Tidak.
Aku masih tidak ingin masuk ke dalam ruangan persegi panjang itu. Takutnya nanti aku malah bertemu dua orang berciuman lagi seperti beberapa waktu lalu.
Bisa dibilang, aku sekarang trauma dengan lift.
Terdengar konyol. Dan ku akui itu memang konyol.
Aku tersenyum getir mengingat para masternim tadi mengatakan bahwa mereka akan menutup akun fansitenya.
Kenapa harus serumit ini?
Dan satu hal.
Kenapa harus aku?
Tak sadar, aku sudah membuka pintu rooftop yang cukup besar. Aku segera merapatkan mantel dan berjalan perlahan menuju tempat kesukaanku, belakang tangki air.
Aku sangat berhati-hati ketika duduk di atas salju yang sudah meleleh beberapa jam lalu.
Aku tahu, ini terlihat sangat bodoh. Salju baru saja meleleh dan aku sedang duduk di ruangan terbuka tanpa membawa hot-pack satupun.
Duduk di tepi rooftop membuat angin di musim dingin menyapu rambutku. Sempat aku mendengar jika suhu saat ini mencapai -2°.
Wah.
Ini rekor.
Aku berdiam diri di depan gedung dalam musim dingin selama hampir lima belas menit.
Ingin rasanya aku menangis, namun aku takut air mataku akan beku jika aku menangis disini.
Bodoh. Disaat seperti ini, aku masih saja memikirkan hal konyol.
Dua detik kemudian, sebuah benda kotak yang hangat mendarat di pipiku.
Aku menoleh.
Dan Seokmin Oppa duduk di sampingku, tangannya yang memegang hotpack yang tertempel di pipiku belum beralih sebelum aku menyambarnya.
"Kenapa Oppa bisa tahu aku disini?"
Seokmin Oppa tak menjawab,malah menatap lurus pemandangan sore hari ini. Aku mengikutinya.
"Kenapa lagi?"
Aku menghela napas. Memberanikan diri menatap Seokmin Oppa dengan mataku yang sembab.
"Mereka...katanya akan menutup akun."
Seokmin Oppa menggeser tubuhnya mendekat ke arahku. Sepertinya dia kedinginan.
"Siapa?"
"Para masternim."
Ia tak menjawab. Tangannya yang lentik malah ikut menggenggam tanganku yang sudah berisi hotpack.
"Kau tahu, ini luar biasa dingin loh. Nanti mati kedinginan, yang aku ajari nyanyi siapa?"
Aku terkekeh mendengar penuturannya. "Oppa bisa masuk. Aku nggak memaksa. Cuma disini aku bisa napas lega, meski sejenak. Nanti kalau Oppa kena flu kan akuㅡ"
"Kau khawatir denganku?"
Sontak aku langsung menaikkan kedua alis serta menatap wajah Seokmin Oppa. Dia balik menatapku. Sungguh matanya terlihat lelah. Ia harusnya istirahat, bukan menemaniku yang sedang kacau di luar ruangan seperti ini.
"Makasih, Olibeu."
Dia tersenyum hingga eye-smilenya terlihat. Hal itu cukup menenangkan hatiku.
"Kau harus bertahan. Mereka cuma mengancam. Kalau mereka benar-benar 'mencintai' dia, mereka pasti akan mendukung hubungan kalian. Bukan malah memperumit seperti ini," lanjut Seokmin Oppa dengan tenang.
Aku mengangguk dan menyetujui pendapatnya.
"Terima kasih, Oppa. Perkataanmu membuatku membaik." Aku menyodorkan kedua ibu jari tanganku di hadapannya.
"Memang harus begitu! Bagaimana kalau kita sekarang makan ramen?"
"Tidak. Oppa kan sekarang sedang masa promosi. Kalau naik berat badan, Oppa sendiri yang repot," tolakku. Raut wajahnya menjadi kecewa, tapi mendadak ia menunjukkan aegyonya sambil memeluk lenganku.
"Ayolah, Olibeu! Hanya sekali! Setelah itu aku nggak makan ramen lagi!" paksanya dengan mengayun-ayunkan lenganku.
Kalau ia begini, siapa yang akan menolak?
"Baiklah. Hanya satu kali!"
"YEY! Ayo kita berangkat!"
☆☆☆
Few minutes ago
"Seokmin-ah!"
Seokmin menoleh.
"Kenapa?"
"Kau bisa ke rooftop sekarang? Tolong temani Olibeu! Aku lihat dia dalam keadaan nggak baik! Aku takut dia melakukan sesuatu yang buruk!"
Dengan cepat, Seokmin mengantongi satu hotpack dan langsung berlari ke arah rooftop untuk menyusul Oliv.
☆☆☆
aku lapar:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Agency + Mingyu ✔
FanfictionSemua terjadi hanya karena suatu pernyataan konyol yang kubuat. [END] ⓒ2017 oreoppa