십육

5.1K 707 66
                                    

Pintu studio terbuka. Oliv yang sedang menyelesaikan instrumen menoleh ke arahnya dan langsung berdiri membungkuk. Jeonghan ikut membungkuk dan duduk di samping Oliv.

"Kau bekerja dengan keras dan kita jarang berbicara. Iya kan?" Jeonghan mulai memperhatikan Oliv yang sekarang kembali fokus pada monitor di depannya.

"Iya, Seonbae benar. Ada yang bisa saya bantu?"

Oliv mengucapkannya dan tersenyum pada Jeonghan yang kini menatapnya dari balik kacamata bulat yang ia pakai. Ia menatap Oliv lekat, membuat jantungnya berdebar karena tatapan Jeonghan terasa mengintimidasi.

"Kau terluka?"

Oliv langsung menaikkan kedua alisnya. "Ya?"

"Kau terluka kan? Gara-gara anak itu?"

Jeonghan menghela napas saat Oliv enggan menjawab pertanyaannya. "Lupakan. Ku harap kau baik-baik saja. Ah, comeback kita sudah dekat. Instrumenmu sudah selesai?"

Oliv dengan segera menunjukkan beberapa hasilnya yang telah ia kerjakan bersama Woozi beberapa hari belakangan. "Kau berbakat, Olibeu-ssi."

"Terima kasih, Seonbae. Tapi aku juga harus belajar lebih banyak lagi dari seonbae-seonbae yang lain," jawab Oliv merendahkan diri.

"Aku suka caramu. Kau bekerja sangat keras. Woozi juga mengakuinya. Dan, bagaimana menurutmu dengan lirik yang ini?"

Oliv membaca kertas yang dipegang oleh Jeonghan. Kemudian Oliv bergumam, menyesuaikan lirik tersebut dengan nadanya. "Ini bagus, Seonbae."

"Begitukah?"

Oliv mengangguk mantab.

"Kau belum makan malam?" Jeonghan membereskan barang-barang di sekitar meja dan menatap Oliv.

"Ng...aku sudah makan," Oliv berkata demikian, tapi perutnya malah mengeluarkan suara yang memalukan. Membuat Oliv harus menunduk karena ketahuan berbohong.

"Mau makan malam bersama kamㅡ"

Ucapan Jeonghan terhenti ketika seseorang menyembulkan kepalanya, menatap Oliv dan Jeonghan bergantian. "Hyung disini juga?" tanya Mingyu yang kemudian membuka pintu studio lebar-lebar dan menutupnya kembali.

"Ya. Tapi sepertinya aku harus pergi sekarang," ucap Jeonghan ketika ia melihat Mingyu sedang membawa dua mangkuk makanan serta satu gulungan kertas diatasnya.

Jeonghan langsung bangkit dan pamit pada mereka berdua. "Aku pergi."

Oliv membungkuk dan kemudian Mingyu yang menduduki tempat Jeonghan lima belas detik yang lalu.

"Seonbae ada perlu apa?"

Mingyu dengan senyumnya yang mengembang menatap Oliv, menyodorkan dua kotak jjajangmyeon pada gadis berambut sebahu di depannya.

"Eh?"

"Ku dengar kau belum makan malam. Jadi, ayo makan malam bersamaku disini!" seru Mingyu antusias. Ia membuka plastik penutup piring tersebut dan mengambil sumpit dengan tangan kirinya, kemudian langsung melahap satu suap jjajangmyeon.

Melihat Oliv yang masih terbengong, Mingyu menyelesaikan suapan berikutnya dan bertanya dengan wajah sedikit khawatir. "Kenapa? Kau nggak suka jjajangmyeon ya?"

Oliv yang tadinya menatap Mingyu tidak percaya langsung menggeleng. "Tidak. Aku suka." Kini giliran Oliv yang membuka plastik diatas piring jjajangmyeon dan memakannya dengan hati yang berdebar.

Mereka makan dengan diam. Suara seruputan mie pasta kedelai itu memenuhi ruangan. Setelah menyelesaikan suapan terakhirnya, Mingyu mengambil dua cola yang sengaja ia sembunyikan di kantung celananya. "Hah! Ini sungguh nikmat!"

Oliv mengangguk dan mengelap bibirnya menggunakan punggung tangan. Mingyu menyodorkan satu cola yang telah ia buka tutupnya pada Oliv, lalu mengajakknya bersulang.

"Kau bekerja sangat baik, Olibeu."

Oliv mengernyit ketika merasakan soda yang meletup-letup di lidahnya. "Seonbae juga."

Mingyu membuka topik obrolan mereka dengan semangat. Mereka membicarakan lirik-lirik lagu yang dibuat Mingyu pada album-album yang lalu.

"Sudah jam sepuluh ya? Aku harus menemui Seungcheol hyung untuk membicarakan lagu yang lain. Sampai jumpa, Olibeu!" Mingyu sempat mengacak rambut Oliv sebelum ia pergi. Membuat pipi Oliv bersemu merah.

"Apa-apaan? Kenapa pipi ku merah?!"

Oliv memarahi dirinya sendiri. "Mungkin kau jatuh cinta, Oliv-ssi?"

"Astaga!"

Hansol tertawa dan segera masuk dalam studio. Ia menancapkan flashdisk dan memutar sebuah instrumen. "Bagaimana?"

"Ng?"

Vernon yakin Oliv masih kesal karena ia masuk dengan tiba-tiba. "Ini. Instrumen buatanku. Gimana?"

Oliv menghela napas. Ia mendengarkannya dengan seksama. "Bagus."

Vernon mengernyitkan alis. "Hanya itu?"

Oliv mengangguk.

"Woozi hyung sepertinya sudah mempercayaimu ya? Akhir-akhir ini ia malah lebih sering menulis lirik daripada membuat instrumen," jelas Vernon. Oliv menggeleng.

"Tidak juga, Seonbae. Aku hanya melanjutkan dan mengerjakan apa yang dikatakan Woozi seonbae." Pernyataan polos Oliv membuat Vernon tertawa kembali.

"Kau jangan lupa makan disela waktu, Oliv-ssi. Kita akan berjuang dengan keras setelah ini." Ia mencabut flashdisk di sebelah layar dan meletakkannya di kantung hoodie.

Vernon berdiri dan menatap dua piring jjajangmyeon yang sudah kosong. "Aku pergi dulu ya? Aku lupa jika Seungcheol hyung mengajak diskusi. Sampai jumpa!"





















Di balik pintu, Vernon mendengus keras. Tangannya terkepal. Dua piring itu, ia yakin jika itu dari Mingyu.

Vernon melihatnya. Dua piring jjajangmyeon yang seharusnya Mingyu berikan pada Kyulkyungㅡyang ditolak mentah-mentah oleh gadis ituㅡkini berada di meja Oliv dengan keadaan yang sudah kosong. Bukankah Mingyu keterlaluan karena menjadikan Oliv sebagai objek pelarian?

☆☆☆

selamat membaca!❤️

Agency + Mingyu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang