Aku duduk diam di ruang tengah rumah yang tak terlalu megah ini. Bosan. Rasanya aku ingin menonton televiㅡeh? Ralat. Mendengar televisi.
Tanganku perlahan meraba-raba di sekitar. Susah sekali mencari remote televisi. Ingin rasanya aku menciptakan sebuah televisi yang dapat diperintahkan oleh ucapan.
"Ini." Sebuah benda menyentuh telapak tanganku.
"Terima kasih, Yongjun. Kau belum berangkat?" tanyaku sembari perlahan kembali duduk di tempat semula.
"Melihatmu kesusahan nyari remote televisi, langkahku jadi berhenti tahu? Sudah ya, aku pergi dulu! Dah, Adikku!"
Aku terdiam.
Semenyedihkan itukah diriku?
Katakanlah aku memang bodoh.
Nekat mengorbankan diriku sendiri demi dia.
Tapi anehnya aku tak menyesal telah membiarkan retinaku sedikit rusak.
Beruntungnya, setelah kejadian tersebut hidupku lebih tenang.
Tak ada lembur sampai larut malam, tak ada reporter yang mengejarku, tak ada pula penggemar yang menganiyayaiku lagi.
Semua sudah berbeda.
Aku sudah tak terikat kontrak apapun saat ini.
Memang semua terjadi karena sebuah pernyataan konyol yang kubuat.
Kata Yongjun, pihak agensi tetap memberikanku biaya pensiun.
Lucu sekali.
Aku bahkan belum kepala tiga sudah diberi biaya pensiun.
Dan tentu saja, setiap minggunya aku tetap mengirim uang ke Ayahku. Beliau bahkan tak tahu kondisi anaknya saat ini.
Tak masalah. Aku juga berharap mereka yang berada di Indonesia tak tahu mengenai diriku di negara orang.
Mungkin jika aku kembali ke sana, hanya segelintir orang yang mengenaliku. Tentunya mereka adalah penggemar dari idol yang sempat berhubungan denganku.
Seminggu sekali mereka kesini. Sembunyi-sembunyi tentunya.
Tidak, bukan dia. Kata Seungkwan Oppa, dia sedang ada kegiatan. Menjadi MC sebuah acara musik.
"Libeu! Kau nggak baca buku?"
Aku merasakan tempat duduk di sampingku bergerak rusuh. Ah, Chaera Eonni langsung mengganti channel tv yang sedang ku dengarkan.
"Tidak. Aku bosan. Nanti saja."
Yang dimaksud membaca disini adalah, berlatih meraba. Meraba huruf braille yang diciptakan oleh seseorang Prancis yang bernama Louis Braille.
Ya, aku sendiri meminta untuk belajar huruf braille Korea dan huruf braille pada umumnya.
Susah? Tentu saja. Aku yang belum terbiasa dengan keadaanku yang sekarang merasa kesulitan.
Terutama ketika aku mengetahui huruf braille Korea tidak sama dengan huruf braille pada umumnya. Rasanya aku hampir putus asa. Beruntung Chaera Eonni, Yongjun dan Na ssaem selalu menyemangatiku dan selalu ada 24 jam di sampingku.
Chiring chiring
Chiring chiringSuara ponselku terdengar begitu nyaring hingga Chaera Eonni mengumpat.
"Kau ingin mengangkatnya, Libeu?"
Aku menggeleng. "Tidak. Katakan jika aku masih istirahat."
Ku dengar Chaera Eonni menghela napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agency + Mingyu ✔
FanfictionSemua terjadi hanya karena suatu pernyataan konyol yang kubuat. [END] ⓒ2017 oreoppa