이십이

4.6K 639 14
                                    

Pagi ini aku terbangun pukul 7.

Seperti biasa, aku memulai hari ku dengan memakan sebuah roti dan selai.

Kemarin malam Yongjun dan Chaera Eonni pulang tengah malam ketika aku sudah tidur di kamar. Dan beruntungnya, Chaera Eonni membersihkan sampah-sampah yang berserakan di apartemenku.

Setelah mencuci piring dan memasukkan pakaian kotor ke dalam bak, ponselku bergetar.

Kulihat nama Im Gyosunim menelponku.

Beliau menyuruhku untuk datang ke kampus pagi ini untuk merevisi skripsi.

Tapi entah kenapa perasaanku kali ini memburuk.

Aku pun pergi ke kampus dengan hati yang gundah.

Setelah kejadian di supermarket beberapa hari yang lalu, kini jika bepergian aku selalu menggunakan masker untuk menghindari para fans yang menyerangku.

Namun, kenyataan dan ekspekatasiku berbeda. Tetap saja, semua mata tetuju padaku meski masker sudah menutup hidung beserta mulutku. Dan selama di koridor, mereka tetap membicarakanku dengan Mingyu seonbaenim.

Beberapa dari mereka sengaja menubrukkan lengannya pada bahuku. Itu sakit. Tapi tetap saja aku harus bertingkah tenang daripada berulah.

Aku menemui Im Gyosunim di ruang kelas biasanya. Beliau mengamati satu persatu kertas yang jumlahnya hampir 30 lembar.

Beliau mencoret kata-kata yang terlalu membingungkan dan mengoreksinya.

"Kudengar kau sekarang bekerja di salah satu agensi." Beliau membenarkan letak kacamata yang sempat turun dari hidungnya lalu mata sipit beliau menatapku seakan ingin tahu.

"Ya. Saya sudah bekerja disana sudah beberapa bulan, Gyosunim."

Im Gyosunim menganggukkan kepala. Beliau kemudian memberikan kertas-kertas berhargaku yang sempat di koreksi tadi. Aku dengan buru-buru mengecek setiap lembar, mengamati kalimat yang telah di coret dengan tinta merah.

"Kau juga berkencan dengan Kim Mingyu 'kan?"

Aku langsung menatap dosen di hadapanku dengan mata membulat.

"Ya?" koreksiku memastikan.

Beliau tertawa. Mata sipitnya yang indah berbentuk seperti bulan sabit.

"Aku tahu. Anakku sering membicarkanmu di rumah. Sepertinya kau juga makin terkenal, Olibeu-ssi."

Aku terdiam.

Lalu ibu beranak dua yang sekarang menjadi dosen pembimbingku saat ini beranjak berdiri. "Kau harus berhati-hati. Masa depanmu masih panjang, Nak."

Kemudian beliau meninggalkanku dengan kertas-kertas skripsi yang masih berceceran di meja.

Aku keluar kelas dengan langkah gontai. Woozi Seonbaenim menyuruhku untuk ke gedung Pledis karena ada yang ingin ia katakan.

Ketika aku sampai di tangga lantai dua, ada yang menarikku mundur ke belakang hingga aku jatuh terduduk di salah satu tangga dan pantatku sakit sekali rasanya.

"Masih berani masuk kuliah? Ya ampun! Kau benar-benar berani ya?! Jalang sepertimu memang tak punya malu!"

Ah, hatersku dimana-mana sekarang. Lucu sekali.

Dua orang tersebut menarikku ke ujung lorong. Cengkraman mereka kuat sekali.

Mereka lalu mendorong tubuhku pada tembok yang berwarna putih.

Aku meringis kesakitan ketika gadis yang memakai baju berwarna tosca menamparku. Mereka tertawa.

"Jalang ini harus dimusnahkan! Menjijikkan melihatmu berkeliaran seperti ini!"

Tangan mereka mulai menjambaki rambutku. Ingatkan aku ketika keluar dari kampus nanti membeli vitamin rambut.

"Hentikan!"

Mereka menghentikan kegiatan menjambaki rambutku ketika melihat Yongjun dan Chaera Eonni menghampiri.

Buru-buru kedua gadis di hadapanku melarikan diri karena tertangkap basah sedang membullyku.

"LIBEU! NGGAK APA-APA?!!" Chaera Eonni menangkup kedua pipiku.









"Kita pulang. Sekarang."

Tatapan Yongjun berubah menjadi tajam dan dengan segera Chaera Eonni membantuku berdiri.

Sore ini sepertinya akan ku habiskan dengan mengompres pipiku yang lebam.

☆☆☆

selamat membaca!


Agency + Mingyu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang