Aku terbangun.
Leherku rasanya sakit sekali. Aku mengerjap beberapa kali dan menyadari jika ini bukan di kamarku! Melainkan aku tidur di dalam studio!
Aku segera mengintip ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul enam pagi. Sial!
Kemarin malam aku berniat tidur hanya lima belas menit! Tapi aku keterusan hingga jam 6! Sebentar lagi aku akan ada janji dengan Im Gyosunim kalau ada revisi skripsi!
Aku segera mematikan alat-alat yanh berada disini. Lalu ketika berdiri, sebuah selimut jatuh dari punggungku. Memangnya kemarin malam aku mengenakan selimut?
Aku melirik jam lagi. Sudah lewat lima belas menit. Aku segera merapikan selimut dan berlari keluar gedung dan memberhentikan taksi.
Aku selesai bimbingan pukul dua belas siang. Ketika aku akan duduk dan makan siang di kantin, seseorang menumpahkan makanannya padaku.
"Ups! Sorry! Aku sengaja!"
Lalu kemudian tawa-tawa yang lain menggelegar. Aku ingin kembali, namun salah satu dari mereka mencegahku.
"Mau kemana kau, Jalang?! Diam disini atau kau kubunuh sekarang juga!" ancamnya. Daripada melawan aku hanya menurut. Melawan hanya akan membuat keadaan semakin parah dan menghabiskan tenaga.
Mereka mendorongku hingga aku terjatuh di lantai. Hampir semua orang yang berada di kantin menertawakanku. Ada juga yang hanya melihat tanpa ingin menolongku sedikitpun.
"Kau menjijikkan, Jalang! Jangan dekati oppa kami! Dia milikku!" Setelah teriakan itu, tubuhku yang semula sudah basah terkena makanan kini makin basah karena satu persatu dari mereka menumpahkan minumannya ke kepalaku.
Kulirik ibu kantin yang menatapku iba.
Aku tidak patut dikasihani. Ini semua demi uang.
Dan demi Kim Mingyu beserta kekasihnya.
Aku memang bodoh.
Tapi setelah itu, teriakan seorang Gyosunim membuyarkan mereka dan tontonan memalukan ini. Byun Gyosunim membawaku ke ruang kesehatan.
Dosen di depanku terlihat telaten membersihkan rambutku. Mungkin hanya berselisih 14 tahun lebih tua daripada aku. Namun, cantiknya masih belum pudar.
"Aku tahu masalahmu. Kau begitu terkenal sekarang. Berhati-hatilah," ucapnya ketika ia mengeringkan rambutku dengan hairdryer miliknya.
Pintu ruang kesehatan terbuka, Yongjun terengah-engah dan menghampiriku yang sebelumnya membungkuk terlebih dahulu pada Byun Gyosunim.
"Pulang."
Aku duduk di sofa dan melihat Yongjun kini tengah memasukkan pakaian kotorku ke dalam mesin cuci. Ia menekan tombol dan duduk di sebelahku.
"Ya, Olibeu!"
Aku tak berani menatap matanya. "Apa?"
"Jangan pergi sendirian lagi. Tolong," gumamnya. Kulihat Yongjun menyenderkan kepalanya dan memejamkan mata. Ia nampak begitu lelah.
"Maaf."
"Bukan kau yang minta maaf. Mereka yang harusnya minta maaf!"
Aku diam lagi.
"Jangan membuatku khawatir lagi." Yongjun memelukku dari samping. Jika dipeluk seperti ini rasanya aku ingin menangis.
"Aku nggak ingin kau terluka."
Akhirnya aku menangis. Aku memang payah. Yongjun menepuk bahuku berkali-kali agar aku tenang. Tapi nyatanya aku malah menangis lebih keras.
"Sakit. Rasanya sangat sakit, Yongjun-ah!"
"Dia mencium gadis lain!"
"Aku bodoh!"
"Memang, kau gadis terbodoh yang pernah kutemui," ucapan Yongjun membuatku menangis lebih parah. Sungguh.
Setelah acara menangis yang berlebihan, Yongjun masih memelukku. Aku hanya diam dan masih terisak pelan. Malam ini aku harus mengompres mataku.
"Tolong. Jangan keluar sendirian lagi, Libeu. Kau satu-satunya yang aku punya sekarang," bisik Yongjun. Ia mengelus rambutku. Matanya berkaca-kaca.
Sepertinya kami akan menangis lagi malam ini.
☆☆☆
Di koriya emang gitu gaes kalo masalah bully-bullyan.
Untung aq tida kena bully karena hubungan q dan mingyu masih belom terbongkar sm mas-mbak dispatch:(
Oiya, gimana kemaren konsernya? Apa kabar hari ini dengan fansign mereka??:")
KAMU SEDANG MEMBACA
Agency + Mingyu ✔
FanfictionSemua terjadi hanya karena suatu pernyataan konyol yang kubuat. [END] ⓒ2017 oreoppa