이십오

4.7K 632 60
                                    

Sengaja hari ini aku mengerjakan skripsiku di gedung Pledis.

Aku hanya mengantisipasi jika Woozi Seonbaenim tiba-tiba menelponku dan menyuruh aku datang dalam waktu lima belas menit.

Padahal jarak antara apartemen dan gedung Pledis lumayan jauh. Apalagi kampusku.

Itu memakan waktu banyak.

Jadi disinilah aku sekarang.

Di cafetaria gedung Pledis Ent.


Suasana kali ini cukup sepi. Chan Seonbae bilang mereka ada interview sebuah majalah di lantai atas.

Sedangkan artis lainnya, kurasa mereka mempromosikan album baru. Nu'est Seonbae misalnya. Aku sempat berpapasan dengan Jonghyun Seonbae di lift. Ia nampak tergesa-gesa.

Setelah itu kembali sunyi. Ketikan suara keyboard laptopku yang terdengar. Aku mengetik sambil memberi sugesti pada diriku sendiri: ini akan selesai tepat waktu.

Di tengah-tengah menyusun skripsi, aku teringat adikku. Entah mengapa pikiranku terlalu random hari ini. Tanpa mengulur waktu, aku segera menelponnya.

Masa bodoh dengan dia yang sedang belajar. Toh, jika tak diangkat, ia akan menelponku balik.

"Halo, Kak! Kenapa?"

"Nggak papa. Uang jajan kamu cukup nggak?" tanyaku dengan bahasa Indonesia.

"Cukup. Kelewat cukup malah. Disini lagi musim hujan, Kak. Banjir."

Bayanganku kembali pada masa kecil dimana kita berdua selalu bermain air saat hujan.

"Di Korea nggak banjir. Sini nyusul. Biar kakak enak ngawasin kamu," saranku setengah terkekeh.

"Kan aku mau daftar di kampus yang aku bilang kemaren. Masa mau ditinggal ke Korea, Kak? Sayang dong perjuangan aku?"

Aku mengangguk mengerti meski ia tak melihatnya.

"Iya deh. Iya. Kakak bangga sama kamu. Jadi ngambil spesialis mata?"

"Pasti kalo itu! Nggak tahu kenapa aku pengen aja ngambil itu dari dulu," tuturnya menggebu-gebu.

"Kakak dukung kalo itu kemauan kamu. Tapi kuliahnya lama loh? Belom lagi kamu harusㅡ"

"Aku ngambil banyak SKS kok, Kak. Biar cepet lulus, abis itu Koas. Terus bikin spesialis deh!"

"Yaudah kakak doain biar itu terkabul." Aku tersenyum mendengar suara adikku yang ikut gembira di seberang sana.

"Oke. Take care, Kak! Jangan lupa makan! Kapan-kapan aku pasti ke Korea!"

Aku tertawa mendengarnya. "Oke. Kakak tutup ya! Dadah!"

"Sip!"

Telepon terputus.

Rasanya lega dan ide menyusun skripsi ini lebih banyak daripada sebelumnya.

"Tadi adikmu?"

Suara tersebut diiringi pergerakan meja yang di tarik oleh seseorang di depanku.

"Mingyu Seonbae mendengarkan?"

Ia mengangguk dan menyodorkan satu gelas kopi.

"Vanilla latte untukmu."

"Terima kasih."

Jujur aku tersipu dengan perlakuannya. Ia menyesap kopinya terlebih dahulu, sedangkan aku tetap mengetik. Sesekali melirik pemuda tinggi di depanku.

"Sebenarnya kau kuliah jurusan apa? Musik?" tebaknya dan menggeser kursi yang semula berada di hadapanku, menjadi di sampingku.

"E-eh?"

"Kau nggak terganggu kan kalau aku di sampingmu kayak gini?"

Aku menggeleng.

"T-tidak masalah."

"Kau belum menjawab pertanyaan ku, Olibeu!" rengek Mingyu Seonbaenim.

"Pertanyaan apa?"

"Perlu ku ulangi?"

Karena gugup, aku hanya mengangguk.

Ia terlihat menghela napas dan menopangkan kepalanya di atas tangan kiri sambil menatap ke arahku.

"Kau kuliah jurusan apa?"

"Administrasi."

Mingyu Seonbae menatapku tak percaya. "Kau serius?! Tapi...kemampuanmu...WOAH! Aku nggak bisa percaya kalau kau... WOAH!!"

Dia bahkan tak bisa berucap ketika mengetahui pekerjaan tetapku ini sangat beda jauh dengan jurusan kuliahku.

"Jadi, bagaimana?"

"Ye?"

Mingyu Seonbaenim berdehem. "Skripsimu. Lancar?"

Aku mengangguk dan melanjutkan skripsi.

"Aku nggak bisa bayangin. Kerja sama nyusun skripsi. Ck! Ck! Ck!"

Aku tetap tak bergeming karena kalimat yang ada di pikiranku terlalu banyak dan aku tujukan untuk skripsi.

"Untuk mengapresiasikan kerja kerasmu, aku bawa satu baju." Mingyu Seonbae menarik sekantong plastik bermerek terkenal. Lalu menyodorkannya di samping laptopku.

Aku berhenti mengetik dan membaca brand terkenal yang terpampang jelas, kemudian aku menatap Mingyu Seonbae yang saat ini menatapku dengan senyumnya yang...

Manis. Dan tampan tentunya.

Aku jadi salah tingkah ketika pandangan mata kami bertemu.

Dia terkekeh dan mengambil baju tersebut dari tempatnya. "Suka nggak?"

Aku tertegun ketika Mingyu Seonbae menarik diriku untuk berdiri dan menempelkan baju itu di tubuhku.

"Cantik. Semoga suka ya?" Mingyu Seonbae mengacak rambutku dengan gemas, dia tertawa ketika melihat telingaku yang memerah. "Maaf kalau ganggu. Aku balik dulu ya? Dah, Olibeu! Semangat buat mengerjakan skripsinya!"

Mingyu Seonbae mundur beberapa langkah, tangannya melambai padaku. Ia terus seperti itu sampai di ambang pintu cafetaria.

Ketika ia sudah menghilang, aku memegang dadaku di sebelah kiri dan mengehela napas panjang untuk menetralkan jantungku yang tiba-tiba berdetak kencang saat mendapat perlakuan manis dari Mingyu Seonbaenim.

☆☆☆

selamat membacaaaaa!❤️

Agency + Mingyu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang