4

6K 163 3
                                    

Al POV
Sekarang sudah jam 7 malam yang artinya sudah waktunya makan malam. Dan kalian tahu apa hal yang paling menyebalkan malam ini? Aland menginap semalaman di sini dan besok dia pergi. Itu artinya aku tidak bisa menyiksa Lina, karena kalau Aland tahu aku menyiksa Lina dia akan memberitahu hal itu pada si tua bangka Lim. Jika kalian berpikir kenapa aku tidak ke hotel menemui pacar kesayanganku? Itu juga masalah yang paling menyebalkan. Dia pulang ke Italia untuk menemui keluarganya. Untuk berlibur panjang selama sebulan. Sangat menyebalkan bukan?

"Aland! Kau ada di dalam?" Teriakku sembari mengetuk pintu kamar tamu. Sedang apa si kutu kecil itu di dalam sampai tidak mendengarku?

"Sebentar!" Ah, akhirnya dijawab juga. Dasar kutu kecil menyebalkan!

Dia keluar dengan celana kain selutut dan kaos oblong. Sandal jepit menempel di kakinya. Rambutnya acak-acakan dengan kacamata bertengger di matanya.

"Sudah waktunya makan malam,ya? Maaf aku tidak menjawab karena aku sedang di kamar mandi." Dia menggaruk kepalanya sembari tersenyum padaku. Cih! Lihat saja kau nanti Aland!

"Ayo, kakakmu sudah menunggu di meja makan."

Ketika kami sampai di meja makan, kami disambut dengan senyuman Lina. Jijik aku melihat senyumannya itu.

"Aland, aku sangat merindukanmu," ucap Lina sembari memeluk Aland.

"Aku juga, kak. Apa kau baik? Sehat?" Tanya Aland.

"Aku baik. Kau?"

"Baik, kak."

"Baiklah, cukup drama kalian. Aku sudah lapar!" Teriakku yang langsung membuat mereka berdua melepas pelukannya dan menoleh ke arahku.

Aku mengambil duduk di kursi besarku seperti biasa.

************************

Author POV
Setelah selesai makan malam Lina mengajak Aland ke taman belakang. Sungguh, Lina sangat menyayangi adik angkatnya itu. Menurutnya Aland adalah sosok anak yang tegar, kuat dan tentu saja tampan. Bahkan ketampanannya melebihi Sebastian dan Vino--adik kandung Lina--ketika menginjak masa puber. Tubuhnya tinggi semampai, kulitnya putih bersih, rahangnya tegas, sorot matanya tajam dan bola matanya berwarna biru laut. Siapa yang tidak tertarik dengan pria seperti Aland? Namun, meski banyak disukai oleh banyak perempuan, sikap dan sifatnya yang dingin, tegas, jarang tersenyum dan keras--dalam memimpin--terkadang membuat mereka para perempuan hanya bisa melihat dari jauh. Sebenarnya itu bukan sifat dan sikap Aland yang sesungguhnya. Semenjak sesosok gadis belia berumur 14 tahun memasuki hidupnya Aland merasa hidup dan bisa tersenyum setiap saat bersama gadis itu. Namun, ketika gadis itu hilang bak ditelan bumi senyuman Aland hilang tergantikan oleh sifat dingin. Lina tahu Aland itu sangat manja pada dirinya dan kedua kakaknya yang lain begitupun pada Tuan Lim dan Nyonya Vyn. Akan tetapi, semenjak saat itu Aland berubah 180 derajat. Manjanya dan candaanya memang masih ada namun tidak sering seperti dulu. Lina dan yang lain selalu mencoba membuat Aland kembali menjadi semula namun itu sepertinya susah. Aland kini tertutup oleh bongkahan es yang sangat keras yang hanya bisa dihancurkan oleh sesosok gadis belia yang kini entah berada dimana.

"Kau senang bisa ke Indonesia?" Tanya Lina ketika mereka sudah duduk di kursi yang ada di taman belakang.

"Ya, aku senang sekali pergi ke negara tropis itu. Indonesia menurutku banyak terdapat tempat-tempat yang indah namun masih tersembunyi. Aku sangat senang ketika mengetahui akan melakukan perpindahan pelajar ke sana," jawab Aland dengan senyum tipis.

"Kau itu memang adik kecilku dan kedua kakak laki-lakimu itu," ucap Lina sembari mengejek Aland. Aland yang dipanggil 'adik kecil' pun seketika cemberut. Ia paling tidak suka dipanggil seperti itu.

Tears for Love and Happiness Where stories live. Discover now