5

5.5K 160 2
                                    

Warning!! Typo bertebaran dimana-mana!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Aland masih harus dirawat selama beberapa hari karena harus menjalani beberapa pemulihan di bagian perutnya. Ingat waktu Aland bilang kalau ia takut pada suntikan jarum? Ketika ia melihat seorang suster mengarahkan jarum suntiknya pada tubuh Aland, Aland akan berteriak sekencang mungkin meminta Sebastian yang selalu menemani Aland di Rumah Sakit sampai sembuh memeluknya dan menenangkannya. Seperti saat ini.

"Kita suntik lagi, ya, Tuan Aland," ucap si suster sembari memeriksa jarum suntik.

"Tidak, aku tidak mau. Rasanya sakit sekali. Sebastian! Kau dimana?! Tolong aku, Sebastian!!!" Teriak dan tolak Aland.

"Kau merindukan kakakmu? Sebentar saya panggilkan dia agar menemanimu di sini," ucap si suster sambil keluar ruangan memanggil Sebastian.

"Ada apa, Adik Kecil?" Tanya Sebastian sambil memeluk Aland yang sudah mulai gemetar melihat jarum suntik.

"Tolong bilang pada suster itu agar tidak menyuntikku. Aku mohon," ucap Aland merajuk.

Kalau merajuk begini Sebastian semakin gemas dengan Aland. Ah, ia rindu Aland kecilnya yang selalu manja pada seluruh keluarganya.

"Hei, rasanya hanya seperti digigit semut."

"Tetap saja aku tidak suka!" Teriak Aland sembari memanyunkan bibirnya. Aland suka sekali merajuk pada Sebastian.

"Tenanglah, kau disuntik juga 'kan untuk kesehatanmu."

"Apa kau tidak ingat pertama kali aku disuntik?"

Ya, Sebastian masih ingat. Waktu itu umur Aland sembilan tahun dan ia sakit hingga dibawa ke dokter. Ia diharuskan disuntik. Awalnya Aland biasa saja namun setelah merasakan jarum suntik menusuk di lengan atasnya ia menangis dan mengancam kalau ia disuntik lagi ia akan berteriak.

"Jangan!!!!" Teriak Aland ketika jarum suntik menusuk lengan atasnya.

"Ssssttt.... tenangalah. Sudah keluar kok."

Aland segera menoleh dan benar saja, jarum suntik itu sudah keluar dari lengannya. Perlahan penglihatannya kabur dan matanya tertutup. Rupanya suster itu memberikan Aland obat penenang dan akan tertidur selama beberapa jam ke depan.

"Adik Anda ternyata takut sekali dengan jarum suntik," ucap suster itu sembari tersenyum ramah.

"Ya, dia memang seperti ini sejak berumur 9 tahun. Itu adalah traumanya dengan suntikan jarum."

Suster itu hanya tersenyum. Lalu setelahnya menunduk keluar.

Sebastian duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Ia tak tega dengan Aland dan juga tak percaya dengan Al. Tega-teganya pria iblis itu menyakiti adik kesayangannya. Untung saja ada Adhan yang bisa diandalkan.

"Aland, aku harap kau bisa sembuh dengan cepat agar kau bisa memimpin lagi. Aku bukannya tidak percaya pada Adhan, hanya saja ia masih terlalu baru di perusahaan. Aku takut ia bertindak gegabah. Tuhan, tolong sembuhkan adikku secepat yang engkau bisa," ucap Sebastian sambil memejamkan matanya. Memohon agar Tuhan bisa menyembuhkan Aland dengan cepat.

****************************

Sementara itu di mansion Al tengah ada penjagaan ketat. Di sekitar mansion banyak sekali anak biah Al yang berjaga. Para pelayan dan penjaga dilarang membawa ponsel. Semua ponsel mereka disita dan di tempatkan di gudang bawah tanah yang dijaga dengan sangat ketat oleh anak buah Al. Telepon rumah pun disembunyikan. Begitupun dengan ponsel Lina. Hanya ponsel Al dan anak buahnya yang ia percaya saja yang boleh membawa ponsel.

Tears for Love and Happiness Where stories live. Discover now