Setelah sampai di rumah tua yang menjadi markas anak buahnya Al langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam. Di sana ia melihat seorang pria bertubuh besar tengah di ikat di sebuah kursi. Wajahnya sudah ada bekas keunguan akibat dipukul oleh anak buah Al.
"Berikan aku identitas pria ini, Rui," ucap Al setelah duduk di sofa single yang ada di ruangan itu.
"Alroy Nard seorang mata-mata dari salah satu perusahaan milik Lim Benjamin. Berumur 40 tahun dan belum menikah. Seorang mata-mata di bawah naungan Aland McRonald," jelas Rui.
"Di bawah naungan Aland? Hei, kau! Katakan padaku siapa yang menjalankan perusahaan mata-mata milik Lim?" Tanya Al mengintimidasi.
Pria itu hanya bisa meringis dan terpaksa memberitahu karena ia tak mau mati diumurnya yang masih 40 tahun.
"Aland McRonald. Anak angkat dari Tuan Lim yang menjalankan perusahaan diumurnya yang masih muda," jawab pria bernama Alroy itu.
"Kenapa bocah ingusan itu yang menjalankan perusahaan? Dan juga kenapa bukan salah satu anak kandung Lim?" Tanya Al lagi dengan rokok yang sudah menancap di bibirnya.
"Karena tuan muda Sebastian saat itu sedang kuliah di luar negeri, sedangkan tuan muda Vino tidak suka menjalankan perusahaan milik Tuan Lim."
"Aland? Bocah ingusan itu, apa dia orang yang istimewa hingga Lim bisa melepas perusahaan terbesarnya pada anak itu? Rui, tolong kau cari informasi Aland McRonald sedetail-detailnya yang kau bisa. Beritahu aku dalam waktu satu hari. Besok pagi harus sudah ada." Al bangkit dari tempatnya duduk.
"Oh, bunuh saja dia dan buang mayatnya di laut atau kau bisa menyuruh beberapa bawahanmu yang gay, untuk memperkosanya," tambah Al. Alroy yang mendengar itu langsung berubah pucat. Rui pun menyuruh bawahannya untuk membawa Alroy kepada bawahannya yang gay.
"Aku harus cepat pulang dan menikmati tubuh jalang itu." Al pun masuk ke dalam mobilnya dan menjalankan mobilnya menuju mansion-nya.
Sesampainya di mansion, Al langsung keluar dari mobilnya dan berjalan memasuki istananya itu. Ia berjalan menuju lantai 3 tempat kamarnya berada. Ketika ia masuk ke dalam--setelah membuka kunci kamar--ia terkejut melihat Lina tak ada di tempat. Ia berjalan menuju walk in closet-nya dan tak ada Lina di sana. Berjalan menuju kamar mandi pun Lina tak ada. Lantas ia berjalan menuju balkon kamarnya dan seperti yang ia kira. Lina melarikan diri lewat balkon. Tapi, yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana cara Lina kabur tanpa ditangkap oleh anak buahnya? Itulah pertanyaannya kini.
Selagi berpikir bagaimana cara Lina kabur tanpa ditangkap anak buahnya, Al mendapat sebuah telepon dari Rui.
"Bagaimana?" Tanya Al tanpa basa basi.
"Kami sudah dapat tuan, dan alasan mengapa Tuan Lim sampai memberikan kepercayaan pada Aland untuk menjalankan perusahaan itu karena Aland punya otak yang cerdas. Ia pun didaulat sebagai pemimpin mata-mata. Ia pun mempunyai kecerdasan di atas rata-rata. Maka dari itu semua rencana yang keluar dari otaknya belum pernah gagal. Namun, karena kejadian ia ditembak sekarang ia dirawat di salah satu rumah sakit," jelas Rui.
"Apa? Aku tidak mau tahu, kau harus menangkap bocah itu dan seret dia ke hadapanku. Dan aku tidak mau ada jejak tertinggal saat kau dan bawahanmu menangkapnya. Oh, tolong kau suruh bawahanmu yang lain untuk mencari Lina. Aku tunggu dalam waktu 24 jam." Al memutuskan sambungan. Ia menghempaskan ponselnya ke ranjang. Ia mengganti pakaiannya dengan pakaian rumah. Kaos oblong berwarna abu-abu, celana kain selutut dan sandal rumahan.
Ia berjalan turun menuju lantai satu untuk makan. Ya, ini masih jam 7 malam. Macet yang tak tanggung-tanggung membutnya datang jam 5 sore ke markas dan baru sampai jam setengah tujuh malam. Setelah ini ia akan tidur. Tubuhnya benar-benar lelah.
YOU ARE READING
Tears for Love and Happiness
RomancePRANG!! BAK! BUK! Semua barang dalam ruangan itu pecah dan tak berbentuk lagi. Suara kesakitan menerjang tubuh si wanita yang tak lain adalah istri seorang CEO terkenal. Tubuhnya dipukul menggunakan cambuk dan ditendang-tendang bagaikan binatang. Pr...