30 (END)

1.9K 58 11
                                    

Hari-hari berjalan seperti biasa. Al sendiri nampaknya sudah kembali seperti semula. Walau kadang ia harus bolak-balik rumah sakit.

Al berjalan menuju sebuah tempat dengan sebuah buket bunga di tangannya. Ia meletakkan buket tersebut di sebuah nisan. Wajahnya datar, tak menunjukkan ekspresi apapun. Terkesan dingin. Hanya menatap datar nisan di depannya.

Ia berdiri dan beranjak dari tempat itu. Tanpa ada beban sama sekali. Tak ada rasa bahagia maupun sedih. Nama orang yang pernah mengisi harinya tertulis di sana.

***********************

Hari berjalan seperti biasa. Tak ada lagi dalam seminggu bolak-balik rumah sakit hanya untuk mengecek kesehatan. Al kini disibukkan dengan tugas kantornya. Ia terlihat fokus dan teliti dalam memeriksa setiap dokumen yang masuk. E-mail pun tak dilewatkan oleh pria beranak dua itu.

Kacamat kotak bertengger indah di kedua matanya. Menambah kesan mempesona dari dirinya. Tak ada ekspresi berlebihan. Hanya terkadang mengerut karena ada beberapa hal yang salah dan kembali datar lagi pada mode serius. Sesekali tangannya mengambil cangkir berisi kopi yang ada di atas meja kerjanya dan menyesapnya.

Saat tengah fokus pada pekerjaannya, tiba-tiba saja telepon di atas meja berdering. Ia berhenti sejenak dan mengangkat telepon itu.

"Halo?"

"Tuan, ada seseorang yang ingin bertemu Anda," ucap seseorang di seberang sana.

"Siapa itu?" Tanya Al.

"Adik Anda."

"Biarkan dia masuk."

Sambungan terputus. Al merapikan mejanya dan seseorang masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Al tahu siapa itu. Itu Aland. Siapa lagi yang akan masuk ke dalam ruangannya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu selain Aland?

"Ada apa kemari?" Tanya Al.

"Kau tidak ke rumah sakit?" Tanya Aland.

"Untuk apa? Kau tahu reaksinya, 'kan?" Al meringis.

"Tapi, dia membutuhkanmu."

"Tidak. Dia tidak membutuhkanku. Ada Luke di sana."

"Tapi, kau suaminya, Al! Kau lebih berhak daripada Luke!"

Jika kalian bertanya apa yang terjadi. Yang terjadi adalah saat Lina terbangun dari tidurnya ia mengusir Al. Tatapannya berubah. Jika dulu yang ada adalah tatapan lembut penuh cinta dan kasih sayang. Maka yang dilihat Al sekarang adalah tatapan penuh kebencian. Melihat Lina terbangun dan melihatnya dengan tatapan seperti itu membuatnya merasa sakit.

Akhirnya ia memutuskan untuk berhenti ke rumah sakit dan menyibukkan dirinya dengan pekerjaannya.

"Aku tidak bisa. Aku sibuk," ucap Al.

"Terserah! Aku akan membawamu ke rumah sakit sekarang!" Ucap Aland sembari menarik Al keluar dari kantornya.

Al mencoba untuk melepaskan dirinya. Namun, rupanya adiknya ini lebih kuat ketimbang dirinya. Ya, walaupun dari segi tubuh masih menang Al.

Tears for Love and Happiness Where stories live. Discover now