2

8.2K 205 5
                                    

Malam ini Adhan sudah siap dengan sebuah tas berisikan pakaian miliknya, dompet, dan ponsel. Selebihnya ia tinggalkan karena itu bukan haknya. Malam ini Adhan akan meninggalkan mansion yang selama ini menjadi rumahnya. Dan mata pencaharian tentunya. Tapi, mau dikata apa lagi? Tuannya mengijinkan jadi mau tidak mau ia harus pergi dan meninggalkan Lina sendirian.

"Apa kau sungguh-sungguh ingin pergi?" Tanya Lina yang berada di ambang pintu kamar.

Adhan menoleh dan tersenyum. "Ya, Nyonya. Tuan yang mengijinkan dan Ayah Anda yang meminta, jadi saya tak bisa menolak. Lagipun ini bisa menjadi pengalaman saya menjadi mata-mata, dan kalau perlu saat saya berhasil menjadi mata-mata yang hebat saya akan membantu Anda keluar dari penjara ini. Bagaimana, Nyonya?"

"Ah, kau selalu baik padaku. Apa maumu sebenarnya, Ad?" Tanya Lina.

"Hanya membantumu keluar dari sini, mungkin."

"Ya, terserah dirimu. Aku hanya melihat ke depannya. Apa kau akan menepati kata-katamu atau tidak."

Adhan hanya tersenyum mendengar hal itu. Ia janji ia akan menepati kata-katanya untuk membawa Lina pergi dari neraka itu suatu hari nanti jika sudah tepat waktunya.

"Kalau begitu saya pergi dulu, Nyonya. Doakan saya agar selalu sehat di sana."

"Ya, pasti akan aku doakan."

Adhan membungkuk hormat pada Lina dan mereka berdua berjalan beriringan menuju lantai bawah. Di sana sudah ada orang tua Lina yang menunggu Adhan.

"Baiklah, kami pulang dulu dan besok baru kami ke Los Angeles," ucap Lim.

"Memangnya Ayah dan Ibu tinggal dimana malam ini?" Tanya Lina.

"Tinggal di hotel dekat sini. Yasudah, kami pergi dulu takutnya nanti kemalaman. Mari Adhan."

Lim, Vyn dan Adhan pergi dari mansion tersebut meninggalkan duka bagi para pelayan dan penjaga keamanan rumah itu. Adhan adalah orang yang sangat ramah dan mudah bergaul dengan siapa saja. Dia sangat pantas dijadikan pemimpin karena sifat dan sikapnya yang dewasa dan penengah.

"Baiklah, dua tua bangka dan pengganggu ingusan itu telah pergi. Dan sekarang kau harus melayaniku. Ikut aku sekarang!" Perintah Al yang langsung menarik paksa tangan Lina dan membawanya ke Playing Room.

**********************

Sementara itu di dalam mobil Lamborgini milik Lim, semuanya hening dan tak mengeluarkan suara hingga suara Lim memecah keheningan.

"Adhan," panggil Lim.

"Ya, Tuan? Ada apa?" Tanya Adhan.

"Setelah kau mahir menggunakan alat mata-mata yang aku berikan nanti dan menjadi seorang mata-mata profesional, aku ingin kau memata-matai mansion milik Al."

"Itulah yang aku inginkan, tuan. Dan aku juga berencana ingin membawa nyonya Lina pergi dari sana."

Mendengar hal itu Lim tersenyum simpul. Pemikiran Adhan sama dengannya: menjauhkan Lina dari Al selamanya.

"Pemikiran kita memang sama. Kau sangat cocok menjadi seorang mafia."

"Saya memang mafia dulunya, tuan."

"Apa?!" Pekik Vyn dan Lim bersamaan. Mereka menelan ludah mereka dengan susah payah.

"Tenang saja tuan, itu sudah lama dan kini saya pensiun. Jadi, tuan dan nyonya tidak perlu takut seperti itu."

Tears for Love and Happiness Where stories live. Discover now