9

3.8K 109 3
                                    

Untuk pertama kalinya Lina menginjakkan kakinya kembali ke mansion milik Al. Di depan pintu mansion terlihat Al dan William yang tengah menanti kehadirannya. Lina menundukkan kepalanya, jantungnya berdetak kencang karena takut, ludah ia telan dengan susah payah. Namun, siapa sangka, saat Lina berada di depan Al dan William sebuah pelukan dari Al menyerangnya. Pelukan yang belum pernah Lina dapatnya selama menikah dengan Al, pelukan itu hanya ia dapatkan selama berpacaran dengan Al dulu. Ciuman pun melayang di keningnya. Sebuah ciuman lembut. Sontak saja hal itu membuat Lina tak percaya dengan yang ada di hadapannya.

"Apa ini nyata?" Tanya Lina masih tak percaya.

"Ya, tentu saja ini nyata. Aku berjanji akan berubah menjadi lebih baik," ucap Al dengan janji palsunya. Ia tak bersungguh-sungguh akan janji itu, ia punya banyak sekali permainan.

"Benarkah? Apa kau berjanji?" Tanya Lina sekali lagi.

"Tentu saja," ucap Al menyakinkan.

Al mengajak Lina masuk ke dalam. Ia mengajak Lina untuk beristirahat di kamar mereka, sedangkan William beranjak menuju halaman belakang.

"Apa kau lelah setelah perjalanan panjang ke sini?" Tanya Al lembut.

"Iya, lumayan. Aku juga habis berdebat dengan Aland. Kau tahu, 'kan, bagaimana dia?"

"Ya, aku tahu. Dia hanya ingin menjagamu saja. Aku paham akan hal itu."

Lina hanya tersenyum dan menyelipkan anak rambutnya di belakang kuping. Al menaruh koper Lina di dekat kasur dan menyuruh Lina untuk beristirahat di atas kasur.

Setelah Lina terlelap Al pergi menuju ruang kerjanya. Ia perlu mematangkan rencananya agar berjalan lancar. Akan ada banyak sekali kebohongan yang akan Al tunjukkan pada Lina dan tentu saja Lina tidak akan tahu akan hal itu karena Al adalah seorang aktor yang hebat walaupun ia bukan seorang aktor.

"Aku harus membicarakan ini dengan Ica supaya ia tidak salah paham," ucap Al.

**********************

Sudah 2 bulan semenjak Lina kembali tinggal di mansion tersebut. Ia selalu menaruh curiga pada Al yang dalam waktu singkat bisa berubah perilakunya. Namun, Al sangat pintar berakting sampai-sampai Lina tidak tahu kalau semuanya hanya kepalsuan.

Saat ini Lina sedang menyiram tanaman di halaman belakang. Al yang sedang lewat tidak sengaja melihat Lina. Ia mempunyai ide untuk mengerjai Lina. Al mendekat dan ikut berjongkok di samping Lina. Ia mengambil sebuah pot tanaman dan memberikannya pada Lina.

"Aku ingin kau menyiram tanaman ini. Ini tanaman kesayanganku. Apa kau mau?" Pinta Al.

Lina menoleh ke arah Al dan tersenyum. "Tentu," ucapnya.

Lina mengambil pot tersebut dan menyiramnya. Saat sedang asik-asiknya menyiram tanaman ia dikejutkan dengan sebuah cacing yang melayang ke arahnya. Sontak saja hal itu membuatnya berteriak. Al yang melihat hal tersebut hanya tertawa puas melihat hasil kejahilannya berjalan lancar.

Lina yang sadar kalau itu adalah ulah Al langsung cemberut dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Al mendekat dan mengacak rambut Lina.

"Maafkan aku. Aku hanya bercanda," ucap Al.

"Bercanda boleh asal tidak kelewatan. Untung aku tidak punya riwayat penyakit jantung, kalau punya pastinya aku akan meninggal saat ini juga," ucap Lina.

Oh, aku sangat ingin kau mempunyai penyakit itu, sayangku! Batin Al.

"Ayo, lebih baik sudahi dulu menyiram tanamannya. Kita ke dalam dulu. Kau pasti lapar, 'kan? Ini sudah waktunya makan siang," ajak Al yang langsung dijawab anggukkan oleh Lina.

Tears for Love and Happiness Where stories live. Discover now