Saat ini Al tengah duduk di kursi yang ada di taman belakang sembari melihat hamparan taman yang banyak sekali terdapat berbagai macam jenis bunga. Taman itu terawat dan sejuk seklai di sana. Membuat siapapun yang bermain di sana ataupun duduk di sana merasa nyaman. Hembusan angin sangat terasa di taman itu.
Saat tengah asik menikmati suasana taman, tiba-tiba saja ada yang datang dan duduk di sebelahnya. Itu Aland.
"Sedang apa?" Tanya Aland.
"Hanya menikmati angin di sini. Kau sendiri?" Jawab Al, lalu bertanya balik pada Aland.
"Aku bosan dan keluar kamar. Sengaja, hanya ingin melihat-lihat mansion-mu," jawab Aland.
"Oh. Apa penjaga membiarkanmu keluar?"
"Ya, aku mengatakan kalau aku hanya ingin berkeliling dan mereka mengizinkanku."
Al hanya mengangguk dan keheningan kembali melanda keduanya. Tak tahu harus membicarakan apalagi. Tiba-tiba saja suara Aland memecah keheningan.
"Al, bagaimana keadaan ayah?" Tanya Aland tiba-tiba dengan suara bergetar.
"Kenapa kau menanyakan itu?" Tanya Al balik.
"Hanya bertanya."
"Yang terakhir ku ingat ayah baik-baik saja keadaannya. Ya, walaupun ia menderita penyakit diabetes di usianya yang menginjak 73 tahun."
"Oh, begitu. Lalu, ibumu?"
"Ibuku, dia sudah meninggal, Aland."
"Maafkan aku. Aku tidak sengaja-"
"Tak apa."
Aland hanya tersenyum kecil. Al yang melihat itu terpaku, senyum Aland mengingatkannya pada sang ayah. Tapi, pada versi yang lebih muda.
Saat sedang asik-asiknya menikmati pemandangan taman kembali, keduanya dikejutkan dengan suara bariton pria di samping Al.
"Apa yang sedang kalian lakukan?" Tanya pria itu.
Al dan Aland menoleh. Al memasang wajah bahagia sekaligus tersenyum, sedangkan Aland memasang wajah datar dan tak ada senyum sama sekali.
"Ayah? Kenapa tidak mengabari kalau kau akan berkunjung ke sini?" Tanya Al.
"Apa aku perlu memberitahumu? Kau puteraku," jawab William, ayah Al.
"Kau ini. Suka sekali membuat kejutan."
Tatapan William beralih pada Aland yang menatapnya datar. Ia seperti mengenal Aland tapi tak tahu dimana. Ia lupa, wajar saja, umurnya sudah tak lagi muda.
"Siapa dia?" Tanya William.
"Dia--" ucap Al tercekat.
Al menelan ludahnya dan menarik nafas, lalu dibuangnya pelan. Al mendekat ke arah Aland dan memegang pundaknya.
"Apa kau mengenal matanya?" Tanya Al.
Belum sempat William menjawab, Aland memotong terlebih dahulu. "Kita bertemu lagi, ayah."
"Siapa kau sebenarnya?" Tanya William sekali lagi.
"Dia Aland, puteramu. Adik tiriku, Aland McRonald," ucap Al.
William terpaku. Wajahnya memerah menahan amarah.
"Kenapa anak sialan ini bisa ada di sini?" Tanya William.
"Aku menawannya."
William tersenyum, "Bagus."
"Tapi, aku akan melepaskannya. Ia adikku dan aku tak bisa terus menerus menahannya. Ia harus pergi mengikuti sesuatu."
YOU ARE READING
Tears for Love and Happiness
RomansaPRANG!! BAK! BUK! Semua barang dalam ruangan itu pecah dan tak berbentuk lagi. Suara kesakitan menerjang tubuh si wanita yang tak lain adalah istri seorang CEO terkenal. Tubuhnya dipukul menggunakan cambuk dan ditendang-tendang bagaikan binatang. Pr...