Adhan kini tengah berada di teras depan rumah keluarga Lim. Mengamati setiap orang bekerja di mansion itu. Sungguh, setelah Adhan merangkap menjadi bos—dan tangan kanan Lim—penjagaan sangat ketat. Namun, tak terlalu saat bersama Aland. Pria itu menakutkan untuk ukuran wajah yang tampan dan polos.
"Ah, pagi yang indah," ucap seseorang di samping Adhan yang tentu saja mengagetkan dirinya.
"Ah, Lina," ucap Adhan.
"Kau sedang apa?" Tanya Lina.
"Hanya sedang melakukan tugas sehari-hari. Kau sendiri?" Ucap Adhan.
"Hanya melihat-lihat. Aku sedang tidak ada kerjaan. Oh, iya, dimana si kembar?" Semenjak tadi ia keluar dari kamar ia tak melihat keberadaan kedua anak kembarnya.
"Ah, mereka sudah berangkat ke universitas. Adakelas pagi katanya," ucap Adhan.
"Begitu, ya? Mereka sudah besar. Baru kemarin rasanya aku melahirkan mereka dan sekarang mereka sudah besar," ucap Lina. Matanya menatap sekeliling. Orang-orang yang bekerja tengah mondar-mandir ke sana ke mari.
"Apa mereka mempunyai pacar, Ad?" tanya Lina tiba-tiba.
"Setahu saya, tidak. Mereka hanya dekat dengan Aland," ujar Adhan.
"Ah, benarkah? Aland memang begitu. Ia sangat menyayangi si kembar."
Tiba-tiba saja entah darimana, Aland sudah ada di antara mereka. "Kalian sedang apa?" tanya Aland yang sontak saja membuat Adhan dan Lina terkejut. kedatangan pria itu sungguh seperti hantu.
"Tidak ada. Kau tidak ke kantor?" Tanya Lina.
"Tidak. Malas, biar saja begitu," ucap Aland dengan santainya.
"Kau ini. Sejak kembali kau jadi pemalas," ucap Lina.
"Terserah aku mau malas atau tidak. Aku kembali ke kamar dulu." Tanpa menunggu balasan, Aland langsung pergi meninggalkan Lina dan Adhan.
"Dia aneh," ucap Adhan.
"Dia memang begitu. Jangan dipikirkan," ucap Lina.
******************************
Oke, jam berapa sekarang? Ah, jam sebelas. Masih ada waktu beberapa jam lagi untuk pulang dan Athala sudah bosan. Tak seperti di Indonesia. Ada tidak ada dosen tetap saja membuat keributan. Teman-teman di sana lebih asik menurutnya ketimbang di sini. Ia rindu Indonesia. Bahkan di sini ia tak mempunyai teman selain kakaknya.
Ia dan Axel memang berbeda jurusan. Jika Axel mengambil jurusan hukum, maka lain halnya dengan Athala yang mengambil jurusan manajemen. Entahlah, kakek nenek mereka yang menentukan jurusan di universitas baru mereka di Los Angeles. Sungguh menyiksa Athala yang sebenarnya tak mau berurusan dengan dunia bisnis atau apapun itu yang menyangkut tentang perusahaan mungkin? Lebih baik ia belajar psikologi kalau seperti ini, atau jurusan yang lain.
Suasana kelas begitu sunyi. Hanya ada suara dosen yang menjelaskan materi yang terpampang di depan kelas dengan monitor. Sungguh kepalanya pusing mendengarkan dosen dengan rambut klimis dan kacamata berbentuk kotak besar itu. Tak ada yang masuk ke otaknya sama sekali. Pun tangannya hanya mencorat-coret buku catatannya. Baru juga beberapa minggu ia sudah bosan dengan pelajaran yang itu-itu saja. Tak ada praktek ke lapangan dan hanya materi.
"Baik, kelas hari ini selesai. Ingat, minggu depan akan ada kuis. Jadi siapkan diri kalian dengan semua materi yang sudah kita bahas," ucap dosen itu menyelesaikan kelas.
Sial, ia harus belajar ekstra kalau seperti ini.
Sesaat setelah dosen keluar, para mahasiswa yang ada di dalam kelas pun juga mulai berhamburan. Begitupun dengan Athala. Ia langsung melesat membawa dirinya dan tasnya menuju kelas kakaknya. Tak ada kelas lagi setelah ini. Leganya dia.
Saat ia sampai pada gedung hukum ia dapat melihat tatapan beberapa orang di sana yang memandangnya bingung. Memang, untuk apa anak jurusan manajemen datang ke gedung hukum? Tapi, itu tak masalah. Ia hanya mencari kakaknya dan mengajaknya pulang lalu makan.
"Axel!" Panggil Athala saat matanya menangkap sosok kakaknya tengah mengobrol dengan seseorang di loker.
Axel menoleh ke sumber suara dan melambaikan tangannya. Menyuruh adiknya mendekat. Axel langsung saja merangkul dan mengacak-acak rambut adiknya.
"Apa ada kelas setelah ini?" Tanya Axel.
"Tidak. Kau?" Ucap Athala.
"Hanya bertemu dosen sebentar. Masalah nilai," ucap Axel.
Athala memajukan bibirnya. Merasa kesal. Ia ketinggalan jauh.
"Bagaimana kelasmu?" Tanya Axel sembari mereka berjalan berdampingan menuju ruang dosen hukum.
"Tidak ada yang istimewa. Aku lebih suka di Indonesia ketimbang di sini," ucap Athala.
"Hei, di sini tidak terlalu buruk. Apanya yang buruk?"
"Tak ada yang mau berteman denganku. Orang-orang di kelas bahkan mengabaikan aku saat pertama kali masuk ke kelas. Tidak seperti di Indonesia. Semuanya begitu antusias," ujar Athala.
"Cobalah berbicara duluan. Pasti mereka mau berteman denganmu. Kondisi di sini beda dengan di Indonesia. Kau harus tahu itu."
"Terserahlah."
**********************
Pulang ke mansion dengan wajah yang lesu, itulah Athala. Dan beberapa buku yang dipinjam Axel berada di tangannya.
Mereka disambut oleh beberapa maid. Tanpa beranjak menuju kamar mereka, si kembar langsung menuju ruang makan. Cacing di perut mereka sudah berbunyi sejak tadi. Namun, yang mereka temukan hanya meja yang kosong.
"Kemana makanannya?" Tanya Axel.
Salah satu maid yang kebetulan lewat pun berhenti.
"Ah, tuan Axel, tuan Athala, apa kalian mencari makanan?" Tanya maid itu.
"Ya, dimana makanannya?" Tanya Axel.
"Apa Anda tidak tahu? Semua sedang makan siang di luar," ucap maid itu.
"Yang benar saja," ucap Athala.
"Kalau kalian lapar saya bisa membuat makanan untuk kalian."
"Tolong buatkan kami sandwich," ucap Axel.
"Tunggu sebentar, tuan." Maid itu langsung pergi menuju dapur. Sedangkan Axel dan Athala menunggu di ruang makan.
"Kenapa mereka tidak memberitahu, ya?" Tanya Axel.
"Mungkin lupa," ucap Athala.
"Bisa jadi. Kau besok ada acara?"
"Tidak. Memang kenapa?"
"Bagaimana kalau kita pergi ke suatu tempat? Aku yang traktir," ajak Axel.
Mata Athala bersinar. Tumben sekali Axel mau mentraktirnya. Kesempatan emas namanya kalau begini.
"Wah, kau serius? Aku mau kalau begitu," pekik Athala.
"Tentu saja aku serius. Tapi, kau harus bangun pagi," ucap Axel.
"Bangunkan aku kalau begitu," ucap Athala.
"Aku bangunkan, kok."
Tak lama kemudian, maid yang tadi datang dengan membawa beberapa sandwich. Athala dan Axel pun memakan makan siang mereka dengan keheningan.
*****
Hai, gmn? Seru nggk part kali ini? Maaf ya kalau masih ada kurang. Mau tahu dong, lagu favorit kalian apa ya? Jangan lupa vote dan komen. Dan stay tune buat part selanjutanya.

YOU ARE READING
Tears for Love and Happiness
RomancePRANG!! BAK! BUK! Semua barang dalam ruangan itu pecah dan tak berbentuk lagi. Suara kesakitan menerjang tubuh si wanita yang tak lain adalah istri seorang CEO terkenal. Tubuhnya dipukul menggunakan cambuk dan ditendang-tendang bagaikan binatang. Pr...