Sebuah senyum timbul di bibir merah muda milik Lina. Siang itu ia memutuskan untuk pergi ke gedung perusahaan yang kini dijalankan oleh suaminya, Al. Di tangannya ia membawa bekal makanan yang akan ia makan bersama Al. Ini pertama kalinya ia makan siang dengan Al di perusahaan, dan ia cukup bersemangat. Sedari tadi senyumnya tak luntur sejak meninggalkan mansion menuju gedung itu.
Langkahnya terhenti di depan meja resepsionis.
"Chloe, apa Al ada di ruangannya?" Tanya Lina pada salah satu resepsionis di sana, yang sangat ia kenal. Ia adalah Chloe. Dulunya Chloe adalah seorang mahasiswi di salah satu universitas di New York bersama Lina, kini ia bekerja untuk keluarga Lina.
"Ah, Lina. Lama tak jumpa. Bagaimana kabarmu?" Tanya Chloe.
"Aku baik. Kau?" Tanya Lina balik.
"Aku juga. Dan, untuk masalah suamimu, ia baru saja keluar sekitar 2 jam yang lalu."
Dahi Lina mengerut. Senyumnya seketika luntur. Kemana Al pergi?
"Bersama siapa?"
"Sendiri. Tadi Paul bertanya dia mau kemana saat mereka bertemu di lobi, dan kalau tidak salah aku dengar dia ingin makan siang."
"Dimana itu? Kemana ia pergi?"
"Kalau aku tidak salah ingat ia selalu pergi makan siang di salah satu restoran. Tidak jauh dari sini. Ada di belokan sana."
Lina terdiam. Ia pamit pada Chloe dan berlari menuju mobilnya. Aland yang kebetulan libur dan mengantar Lina ke sana mengerutkan dahinya melihat Lina yang lari masuk ke dalam mobil dengan tergesa.
"Kenapa kau?" Tanya Aland.
"Antar aku ke restoran di belokan yang tadi kita lewati. Aku harus ke sana," ucap Lina tanpa membalas pertanyaan Aland.
"Memangnya ada--"
"Antar saja!"
Aland terdiam dan mulai menjalankan mobilnya menuju belokan. Mobil itu berhenti di sebuah restoran mewah. Tanpa menghiraukan Aland, Lina segera masuk ke dalam. Aland hanya diam di mobil, ia mengira kalau kakaknya itu sedang ada urusan mendadak dengan salah seorang temannya, tanpa tahu apa yang akan terjadi di dalam sana.
Mata Lina menyusuri setiap sudut restoran itu, dan matanya berhenti ke satu meja di dekat jendela. Itu Al dan Ica! Langsung saja Lina menghampiri keduanya. Ia menggebrak meja tersebut, membuat Al dan Ica terkejut dan menoleh ke arah Lina. Mata keduanya terbelalak. Tertangkap basah sudah keduanya oleh Lina.
"Apa maksudnya ini semua Al?!" Tanya Lina. Wajahnya memerah karena marah. Dadanya naik turun. Habis sudah kesabarannya kini melihat suaminya tengah bermesraan dengan wanita lain.
"Aku hanya makan siang biasa dengan rekan kerja," jawab Al dengan tenang, namun jauh dari utu semua jantungnya berdetak kencang. Takut kalau Lina tahu semuanya.
"Rekan kerja? Setahuku kau tidak ada kerja sama apapun dengan perusahaan lain. Apa kau mencoba untuk membohongiku?"
"Tidak. Lina, bisakah kita bicarakan ini baik-baik? Lihat, semua orang melihat ke arah kita." Al mencoba menenangkan Lina. Ia ingin merangkul kedua pundak Lina, namun ditepis dengan kasar oleh Lina.
"Aku tak peduli. Kau bilang kau mencintaiku, tapi apa ini?! Aku melihatmu dengan seorang wanita. Bermesraan! Kau membohongiku selama ini. Aku sudah tak peduli lagi denganmu! Aku benci padamu. Dan kau! Wanita perebut!" Meluap sudah kemarahan Lina.
Matanya tak sengaja menangkap gelas kaca yang berisikan coke, langsung saja Lina mengambilnya dan mengguyur Al dengan minuman itu. Malu sudah Al. Wajah dan jasnya yang mahal basah, Ica dan beberapa orang yang berada di sana terkejut melihat itu semua.
YOU ARE READING
Tears for Love and Happiness
RomancePRANG!! BAK! BUK! Semua barang dalam ruangan itu pecah dan tak berbentuk lagi. Suara kesakitan menerjang tubuh si wanita yang tak lain adalah istri seorang CEO terkenal. Tubuhnya dipukul menggunakan cambuk dan ditendang-tendang bagaikan binatang. Pr...