27

1K 58 4
                                    

Keadaan Al sudah agak membaik. Ia diperbolehkan pulang hari ini. Dibantu oleh adiknya ia dapat pulang dengan cepat. Sungguh, ia bosan berada di rumah sakit selama hampir 1 bulan.

"Setelah sampai di mansion kau harus beristirahat. Jangan bekerja dulu," ucap Arlika.

"Tapi, aku harus bekerja. Bagaimana aku bisa menghasilkan uang kalau aku berada di tempat tidur?" Ucap Al kesal.

"Ada Lina."

"Dia hanya menggantikanku sementara."

"Tapi—"

"Sudah, jangan khawatirkan aku. Aku sudah merasa cukup baik untuk kembali bekerja. Tak baik jika aku berlama-lama memberikan pekerjaan itu pada Lina," ujar Al.

Arlika hanya menghela nafas. Kakaknya ini memang keras kepala.

"Kau ingin mampir ke suatu tempat dalam perjalanan pulang?" Tanya Arlika.

"Tidak. Aku hanya ingin pulang," tolak Al.

"Ya sudah."

**************************

Saat sudah sampai di mansion Al langsung disambut oleh si kembar. Mereka berlari menghampiri ayahnya dan memeluknya erat.

Lina yang baru saja turun dari kamarnya di lantai atas langsung berjalan menghampiri kedua anaknya dan Al.

"Hai, bagaimana keadaanmu?" Tanya Al.

"Baik," jawab Lina.

"Perusahaan?"

"Baik juga."

"Begitu, ya? Terima kasih sudah menggantikanku selama aku sakit kemarin. Kau pasti kesusahan."

"Tidak juga. Ada Luke yang membantuku."

Terdiam. Itulah yang Al lakukan. Tak menyangka kalau Luke akan membantu Lina. Ah, apa dia harus mundur dan menyerah? Ia sudah kalah jauh dari Luke.

"Baguslah kalau begitu." Al tersenyum tipis. Rasanya ia harus kembali ke New York. Ia akan menyerah saja. Ya, walau itu bukan yang sebaiknya dilakukan seorang lelaki sejati untuk mendapatkan hati seorang perempuan yang mereka cintai, namun apa ia bisa memaksakan kehendak Lina jika wanita itu sudah tak mau bersama ia lagi?

"Beristirahatlah. Kau masih dalam masa penyembuhan," ucap Lina.

Lina memalingkan pandangannya pada sosok di belakang Al. Ia merasa asing dengan sosok itu. Siapa dia?

"Dia siapa?" Tanya Lina.

"Hai! Aku Arlika, adiknya," ucap Arlika sembari menunjuk Al.

"Kenapa aku baru tahu kalau kau punya adik?"

"Saat kita menikah dia ada di sana. Apa kau lupa?"

"Aku tidak melihatnya saat itu. Aku harus pergi."

Lina melenggang pergi meninggalkan mansion. Al hanya menghela nafas dan berjalan menuju kamarnya di lantai atas. Meninggalkan Arlika dan kedua puteranya.

"Papa kenapa?" Tanya Athala.

"Sakit hati mungkin," ucap Axel asal.

Tears for Love and Happiness Where stories live. Discover now