11

3.5K 122 3
                                    

Aloha! Siapa yang nunggu update-an? Jangan lupa buat vote dan comment ya! Btw, jangan lupa follow ig aku @dewayurias dan @d.novelstories untuk tahu lebih banyak tentang aku dan cerita.aku. Hope u guys enjoy it!

.
.
.
.
.



Waktu berlalu begitu cepat. Bahkan terasa sangat cepat bagi Lina. Dirinya sudah semakin menua walau wajahnya masih cantik seperti dulu. Ia kini duduk di sebuah sofa yang ada di perpustakaan.

Suara pintu terdengar tanda orang masuk ke dalam. Lina mendongak dan tersenyum melihat salah satu anaknya yang akan memasuki sekolah menengah atas.

Fisiknya bisa dibilang sempurna. Bola matanya berwarna biru dengan hitam yang mengelilinya, tubuhnya tegap, kakinya panjang. Kulitnya putih walau tak seputih Lina. Senyumnya menawan dengan lesung pipi di sebelah kanan.

Ia berjalan menghampiri Lina dan duduk di sofa yang satunya lagi. Ia adalah Axelano Prince Bervian, anak pertama dari Al dan Lina. Wajahnya tampan, tapi ia sangat cuek dan dingin pada semua orang, tapi tidak dengan keluarganya, apalagi ibunya.

"Mama sudah makan? Ini sudah lewat makan siang," tanya Axel--nama panggilannya--pada Lina.

"Ah, sudah lewat jam makan siang? Mama sampai lupa saking asiknya membaca. Kau sendiri apa sudah makan?" Tanya Lina balik.

"Belum, aku dan Athala menunggu mama. Ayo, kita makan bersama, ma," ajak Axel.

Lina hanya mengangguk dan tersenyum. Ia meletakkan buku yang ia baca ke rak buku, dan berlalu bersama Axelano keluar perpustakaan menuju ruang makan.

Sesampainya mereka di sana, ternyata Athala sudah ada di sana duluan menunggu mereka sembari memainkan ponselnya. Menyadari ada yang datang Athala meletakkan ponselnya di atas meja makan dan menoleh ke arah sumber suara langkah kaki. Ia tersenyum melihat ibu dan kakak kembarnya datang bersama.

Berbeda dengan kakak kembarnya, Athala memiliki kulit putih bersih, matanya bulat lucu dengan bola mata berwarna hitam kecokelatan turunan Vyn--neneknya, senyumnya menawan dengan lesung pipi di sebelah kiri. Bibirnya berwarna merah muda. Tingginya tak semampai kembarannya, ia hanya sebatas dagu kembarannya itu. Jika dilihat Athala seringkali dikira sebagai turunan korea yang memang memiliki kulit putih, bahkan ada yang bilang kalau Athala bukanlah anak Lina dan Al saking berbedanya fisiknya. Banyak orang bahkan mengira kalau Athala masih sekolah di sekolah dasar dan bukannya sekolah menengah atas saking imutnya pria itu. Sifat dan tingkah lakunya pun cenderung seperti anak kecil. Pemalu, jahil, polos, dan lain sebagainya.

"Mama lama sekali di perpustakaan. Memangnya ada hal menarik apa di sana sampai-sampai mama betah sekali berdiam di sana?" Keluh Athala.

"Hanya membaca buku. Saking asiknya sampai lupa waktu, maaf, ya," jawab Lina.

Athala hanya bisa mengangguk dan tersenyum manis. Jika para perempuan melihat senyum itu maka dapat dipastikan hati mereka langsung meleleh.

"Athala, antarkan aku ke rumah temanku nanti, oke?" Pinta Axel.

"Oke," jawab Athala.

Ketiganya mulai makan siang bersama. Terkadang ketiganya bercerita sampai suara tawa pun terdengar.

************************************

Sesuai dengan permintaan Axelano tadi, Athala mengantarkan Axelano menuju rumah temannya. Athala orang yang penurut di keluarganya, ia tak berani membantah.

Mereka sampai di rumah teman Axelano. Keduanya turun dari mobil itu menuju rumah yang tak terlalu besar namun nayam di dalamnya.

Tears for Love and Happiness Where stories live. Discover now