1 | Yoongi : Breaking The Mist

267 28 4
                                    

"Seyoung, kalau kamu nggak segera keluar dari sana, aku sendiri yang akan menarikmu keluar."

Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya keras-keras, membuat rambutnya yang panjang berkibar-kibar bagaikan dedaunan yang ditiup angin. Kedua tangannya yang melepuh dia gunakan untuk menutupi wajahnya, membuatku kesulitan untuk menatap matanya.

Ya tuhan. Kenapa sih hantu selalu merepotkan seperti ini?

"Seyoung, aku mohon." pintaku, kali ini berusaha terdengar lebih lembut dari sebelumnya. Bagaimanapun juga, Seyoung masih kecil. Sekalipun dia sudah mati, aku mana boleh kasar sama anak kecil, kan?

Oh, kalian pasti bingung sama apa yang sedang aku lakukan.

Namaku Min Yoongi. Aku pemburu hantu, dan saat ini, aku tengah kerepotan mengusir roh dari seorang anak kecil.

Biar kujelaskan semuanya nanti, oke?

"Nggak mau! Kalau aku keluar, kamu pasti akan mengusirku!" jeritnya, dan seperti jeritan hantu kebanyakan, suaranya sangat memekakkan telinga. Untung telingaku sudah kebal.

Aku menghela napasku panjang kemudian mengulurkan tanganku kepadanya.

"Aku membawamu ke tempat yang lebih baik. Kamu nggak seharusnya disini, Seyoung."

"Aku nggak mau pergi! Aku mau sama ibu!" jeritnya lagi.

"Kalau kamu sayang sama ibumu, kamu harus mau pergi." sahutku, membuat tantrum Seyoung yang semula membara perlahan mereda. Aku bisa merasakannya, hawa-hawa panas yang berasal dari amarah para hantu biasanya membuat tubuh jadi tidak nyaman.

Perlahan tapi pasti, gadis kecil itu mulai menunjukkan wajahnya, membuatku nyaris bersorak kegirangan.

Semasa hidupnya, Seyoung pasti cantik sekali. Aku mengutuk siapapun orang yang membuat wajahnya jadi melepuh dan terlihat menyeramkan seperti ini.

"Ibumu nggak bisa tenang kalau kamu terus berkeliaran di rumah, Seyoung." aku melanjutkan kalimatku sambil berusaha untuk menatap matanya.

"Aku nggak mau meninggalkan ibu...." bisiknya, suaranya benar-benar parau.

"Aku tahu." aku tersenyum simpul. "Tapi karena situasinya sudah berubah, kamu harus rela meninggalkan ibumu. Dia selalu sedih setiap hari karena kamu tidak mau pergi, tahu?"

Sepasang mata mungil milik gadis itu berkedip pelan, seakan-akan tengah berusaha mencerna perkataanku.

Aku mengatakan yang sesungguhnya terjadi, kok. Wanita malang yang merupakan ibu dari gadis ini meneleponku tengah malam, mengatakan kalau arwah anaknya terus berkeliaran di rumah dan mengganggunya. Suara wanita itu begitu serak di telepon-mungkin karena terlalu banyak menangis atau terlalu sering merokok, aku tidak tahu mana yang lebih tepat-dan hatiku tergerak untuk langsung membantunya.

Benar saja, begitu aku tiba di rumahnya, penampilan wanita itu bagaikan gelandangan yang sudah bertahun-tahun hidup di jalanan. Rambutnya acak-acakan, wajahnya dipenuhi kerutan, matanya dihiasi sebuah kantung berwarna hitam yang tampak lebar. Tanpa perlu banyak basa-basi, aku langsung melakukan tugasku untuk mencari anaknya.

Kebanyakan hantu selalu bersembunyi ketika mereka tahu aku mencari mereka. Hal itu sudah terjadi selama dua tahun lebih, dan jujur saja, itu menghambat pekerjaanku. Terkadang, jika aku sudah mulai lelah dan jenuh mencari mereka yang sepertinya senang banget mengerjaiku, aku memancing mereka untuk menampakkan diri dengan melakukan hal yang bisa memicu amarah mereka.

The FrightenersWhere stories live. Discover now