24 | Yoongi: Shall We Begin?

48 9 7
                                    

Perasaanku campur aduk saat ini.

Di satu sisi, aku masih ketakutan memikirkan mimpi burukku yang juga menyangkut mendiang adikku. Ya, Min Yoongi si pemburu hantu yang katanya paling disegani ini bisa ketakutan juga. Asal kalian tahu, mimpi itu terasa begitu nyata, dan sampai sekarang, tanganku masih agak gemetar membayangkannya.

Tapi, di sisi lain, aku juga merasa bahagia karena Joohyun ada disisiku tepat disaat buruk seperti ini. Dia sama sekali tidak menghakimiku—hal yang selama ini aku takutkan bakal terjadi kalau aku menceritakan kisah tentang masa laluku kepada seseorang, dan yang paling mengejutkanku, ternyata dia begitu peduli terhadapku.

Hal itu membuatku semakin jatuh hati kepadanya.

Kalian boleh mengatakanku berlebihan, tapi aku memang belum pernah mendapat perhatian se-spesial ini dari seseorang sebelumnya, apalagi dari seorang perempuan—kecuali dari ibuku, ya. Aku terlalu sibuk menghabiskan masa mudaku menuntut ilmu, bekerja, dan mengurus adikku tanpa pernah mempedulikan kehidupan romansaku sedikitpun.

Sampai detik ini.

"Jadi, mau ceritakan kepadaku apa yang terjadi selama kalian berduaan dirumah?" tanya Jongwoon dengan tiba-tiba, membuatku yang semula tengah duduk melamun diatas karpet ruang tengah langsung tersentak kaget.

Jongwoon duduk tidak jauh dariku, bersandar pada dinding dengan beberapa carik kertas ditangannya. Ya, berhubung aku belum sempat membereskan sisa-sisa penelitianku semalam, kami terpaksa harus duduk di karpet karena semua sofa di ruang tengah sudah aku singkirkan untuk sementara.

Aku berdehem pelan untuk mengenyahkan keterkejutanku kemudian menjawab, "Nggak banyak kok, hyung."

Tidak terlalu yakin dengan jawabanku, Jongwoon menggeser posisi duduknya sampai akhirnya dia berada dihadapanku. Sambil menaikkan sebelah alisnya, Jongwoon kembali bertanya.

"Yakin? Kalian nggak macam-macam, kan?"

Aku tertawa garing menanggapi pertanyaan Jongwoon.

"Hyung, memangnya aku dan Joohyun bakal ngapain, sih?"

Jongwoon mengangkat bahunya kemudian terkekeh pelan.

"Barangkali." ujarnya, sambil merogoh saku kemejanya kemudian mengeluarkan sekotak Marlboro lengkap dengan pemantik api.

"Kamu nggak keberatan, kan, kalau aku merokok disini?"

Aku menganggukkan kepalaku, membuat Jongwoon langsung tersenyum lebar kemudian mengeluarkan sebatang rokok, buru-buru menyulutnya lalu menghisapnya seakan-akan hidupnya bergantung pada benda itu. Aku maklum sih, karena setahuku sejak mengurusi kasus si hantu hitam besar beberapa hari yang lalu, Jongwoon jadi jarang merokok.

"Tapi," Jongwoon berkata setelah menghembuskan asap dari mulutnya. "Aku yakin ada sesuatu terjadi selama aku pergi, kan? Maksudku, nggak mungkin matamu sembap seperti itu tanpa alasan. Apa Joohyun membuatmu menangis?"

Aku kembali menanggapi pertanyaan Jongwoon dengan tawa garing, tapi kali ini, sambil menggaruk tengkukku yang sebenarnya sama sekali tidak gatal. Sial, memangnya kelihatan jelas ya, kalau aku baru saja menangis?

"Tadi... Selama menunggu hyung dan Kyuhyun datang, Joohyun menyuruhku untuk tidur siang. Yah... ketika aku terlelap sebentar, aku bermimpi sesuatu yang kurang menyenangkan." tadinya, aku tidak akan menceritakan tentang hal ini kepada Jongwoon. Tapi masa bodohlah, toh, cepat atau lambat dia akan tahu sendiri.

The FrightenersWhere stories live. Discover now