Sekarang waktunya membuktikan kemampuan sihirku.
Aku dan Yoongi sudah sepakat untuk beraksi hari ini. Kami memikirkan rencana kami matang-matang, mempersiapkan segala kemungkinan yang bakal terjadi, juga mempersiapkan 'senjata' untuk melindungi diri kalau-kalau hal yang tidak diinginkan terjadi.
Yoongi membersihkan athame dengan air rendaman garam dan memolesnya dengan minyak suci. Katanya, hal itu dapat membuat kerja athame lebih baik dua kali lipat daripada biasanya. Aku tidak terlalu mengerti maksudnya tapi aku percaya akan kemampuan Yoongi. Dia dan belati itu sudah memiliki hubungan khusus, dan aku cukup iri karenanya.
Sementara aku, aku mempraktikan beberapa mantra yang sekiranya dapat kugunakan saat aku dan Yoongi akan beraksi nanti. Well, meskipun aku mengorbankan beberapa perabotan rumah Jongwoon dan memecahkan salah satu cermin yang ada dirumahnya, aku yakin mantra-mantra ini akan berhasil. Aku mungkin bukan penyihir hebat seperti Merlin, tapi untuk kasus seperti ini, aku cukup yakin dengan kemampuanku ini.
Semoga saja si penyihir hitam yang jahat dan menyebalkan itu tidak terlalu merepotkanku hari ini.
"Gugup?" tanya Yoongi, ketika kami tengah berjalan menaiki tangga menuju perpustakaan kota. Tangganya ada banyak, dan kerena Yoongi tidak bisa berjalan terlalu cepat, kami bergerak dalam tempo yang cukup santai.
Itu hal yang bagus, sih.
Oh, kalian pasti penasaran kenapa kami ada disini. Jadi, setelah berdiskusi semalam suntuk, aku dan Yoongi muncul dengan ide untuk menyergap langsung siapapun yang akan muncul di tempat kejadian perkara selanjutnya yang diprediksikan Yoongi. Entah itu si hantu hitam besar, si penyihir hitam, atau mungkin Jung Soojung, kami akan menyerang mereka ketika mereka meninggalkan satu korban lagi—yang sampai detik ini tidak aku ketahui bagaimana cara mereka melakukannya—, kemudian membebaskan jiwa korban-korban yang lain.
Ide ini mungkin terdengar gila, gegabah, dan tidak masuk akal—percayalah, tidak ada yang masuk akal diduniaku—tapi aku dan Yoongi begitu yakin dengan rencana kami.
Tapi.... Meskipun begitu, aku tetap saja gugup ketika kami berangkat menuju perpustakaan kota yang menjadi lokasi selanjutnya. Belum lagi ditambah dengan Jongwoon yang sampai saat ini tidak ada kabar, hatiku semakin gelisah dibuatnya. Rasa gugupku bertambah seiring dengan anak tangga yang berhasil aku naiki.
"Joo, tenang." tahu-tahu saja, Yoongi menggenggam tanganku, membuatku sedikit terperanjak kaget.
"Siapa yang gugup? Aku? Haha, jangan bercanda! Aku sama sekali nggak gugup. Nggak." kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutku, dan sialnya, hal itu malah membuatku kelihatan semakin cupu.
Yoongi tersenyum simpul, kemudian tangan kirinya mengacak-acak rambutku pelan.
"Semuanya akan baik-baik saja." ujarnya. Sekarang aku jadi semakin gugup karena Yoongi bersikap sangat manis kepadaku.
Ayo, Joohyun. Kendalikan dirimu.
Ketika kami mencapai meja resepsionis, kami disambut oleh seorang wanita paruh baya berusia sekitar empat puluh tahunan dengan rambut ikal pendek yang sudah agak memutih. Setelan blus pink muda dengan sweater rajut merah marun membuat tampilannya menjadi lebih hangat. Dia tersenyum saat melihat kami, menyerahkan buku tamu untuk kami isi, kemudian mempersilahkan kami masuk tanpa banyak bertanya lagi.
Perpustakaan cukup sepi ketika kami masuk. Lantai pertama diisi dengan masing-masing lima rak besar di kedua sisi ruangan yang berbentuk persegi panjang ini, dengan meja yang juga berbentuk persegi panjang yang memanjang di tengah-tengah ruangan. Hanya ada dua orang, masing-masing laki-laki dan perempuan yang tengah duduk sambil membaca buku dengan serius. Salah satu dari mereka membawa buku dengan kertas-kertas notes yang berserakan disekitar mereka. Aku yakin mereka sedang mengerjakan tugas atau semacamnya.
"Kurasa sekarang waktu yang tepat, Yoongi." kataku, membuat Yoongi yang semula tengah menatap kesekeliling ruangan dengan tatapan yang begitu serius langsung terperanjat.
Oh, iya. Aku lupa dia punya kemampuan lebih.
"Ini." Yoongi merogoh saku jaketnya kemudian mengeluarkan sebuah benda kecil yang mirip dengan walkie-talkie, dengan lima panel lampu LED di atasnya serta sebuah antena kecil. Aku baru berlatih menggunakan alat ini beberapa jam yang lalu—namanya Electromotive Force, aku lebih senang menyebutnya dengan EMF—dan sekarang aku sudah cukup mahir menggunakannya. Alat ini berfungsi untuk mendeteksi perubahan medan magnet yang tidak biasa di suatu ruangan.
Yoongi bilang, jika ada hantu atau hal supranatural lainnya yang terjadi di ruangan tersebut, EMF akan berbunyi nyaring dan lampu-lampu LED diatasnya akan menyala terang, warnanya merah seperti darah.
Itulah yang akan aku lakukan sekarang. Aku dan Yoongi akan berbagi tugas untuk mendeteksi medan magnet di seluruh pelosok gedung perpustakaan ini, dengan harapan jika kami menemukan satu titik dengan medan magnet yang tidak biasa, kami juga akan menemukan keberadaan si hantu hitam besar atau siapapun itu dengan korban selanjutnya.
Saat itu terjadi, kami akan menyerangnya dari arah yang tidak akan dia sangka-sangka.
"Kamu paham cara kerjanya, kan?" tanya Yoongi, membuatku mengerlingkan mataku.
"Seriously?" tanyaku, menaikkan sebelah alisku kemudian mengambil benda itu dari tangan Yoongi.
Yoongi tersenyum simpul. "Kamu periksa lantai dua, oke?"
"Okay." balasku. "Kamu sendiri? Lihat sesuatu yang mencurigakan disini?"
Kali ini, Yoongi menghela napasnya panjang. Raut wajahnya mulai serius.
"Hanya seorang teman lama. Energinya agak jelek disini, aku mau bertanya-tanya barangkali dia tahu sesuatu."
Seharusnya aku sudah siap dengan jawaban Yoongi, tapi tetap saja, bulu kudukku meremang ketika tahu bahwa ada sesuatu yang tidak bisa aku lihat, tetapi bisa Yoongi lihat, ada di ruangan ini. Dan aku tidak mau tahu lebih banyak lagi.
"All right then." ujarku, kemudian menepuk pundak Yoongi pelan. "Goodluck!"
"You too." balasnya.
Aku melangkahkan kakiku menuju tangga yang berada di belakang ruangan. Tangganya cukup lebar, dengan anak tangga yang tidak terlalu tinggi, membuatku lebih mudah untuk berjalan dengan cepat menuju lantai dua. Kunyalakan EMF ketika kedua kakiku berhasil menginjak lantai dua, dan tepat saat itu juga, dua panel lampu LED pada EMF menyala.
Artinya ada sesuatu yang tidak beres disini.
Sama seperti lantai satu, lantai dua diisi dengan masing-masing lima rak besar di sisi kiri dan kanan ruangan, dengan sebuah meja panjang yang mengisi tengah-tengah ruangan. Ada seorang pria dengan kacamata bulat yang tengah membaca buku diujung meja, sepasang cowok dan cewek yang juga tengah membaca buku di sisi meja sebelah kiri, serta seorang cewek dengan rambut agak panjang yang tengah membaca buku diujung meja yang lainnya, lebih dekat dengan tangga menuju lantai tiga.
Sesuai dengan apa yang telah kurencanakan, aku berpura-pura mengelilingi rak dan mencari-cari buku, padahal tangan kiriku menggenggam erat EMF sambil sesekali meliriknya, barangkali lampu-lampu LED itu menyala seluruhnya, dengan harapan tidak akan ada orang yang mengetahui apa yang sedang aku lakukan—karena percayalah, itu bakal aneh banget.
Demi terlihat natural, aku berkeliling dalam tempo yang sangat santai. Sesekali kuambil satu buku dari rak, membaca sinopsisnya sekilas, mengembalikannya lagi kemudian kembali berkeliling. Sejauh ini tidak ada yang mencurigaiku, dan sejauh ini pula, lampu LED pada EMF tetap pada dua panel.
Hingga akhirnya aku mencapai rak paling belakang.
Awalnya, aku pikir tidak ada sesuatu yang aneh dengan rak paling belakang ini. Tapi ketika EMF berbunyi dengan nyaring, kemudian saat kelima lampu LED pada alat itu menyala, aku tahu aku telah menemukannya.
Kumatikan alat itu kemudian menyelipkannya ke saku jaketku dengan sedikit terburu-buru. Aku mengepalkan kedua tanganku, berusaha untuk memfokuskan pikiranku pada satu titik lalu mulai merapal mantra untuk pertahanan.
Tetapi sebelum aku sempat menyelesaikannya, si hantu hitam besar itu datang.
YOU ARE READING
The Frighteners
FanficMin Yoongi adalah seorang pemburu hantu. Bae Joohyun adalah seorang penyihir. Roda takdir mempertemukan mereka dalam situasi yang tidak terduga. Serangkaian pembunuhan misterius disertai dengan kemunculan penampakan-penampakan hantu membuat Yoongi d...