Semuanya masuk akal sekarang.
Perawakan Kwangsoo yang terlihat acak-acakan, lebam di ujung mata kanan Hyomin, raut wajah ketakutan yang disembunyikan anak mereka, serta atmosfer dalam rumah mereka yang terasa janggal. Dugaan sementaraku, Kwangsoo adalah seorang pria, ayah dan suami yang kasar. Dia tidak segan-segan memukul istrinya, membuat anaknya ketakutan, dan, entah bagaimana, menyembunyikan mayat seorang pria di dinding kamar bermain anaknya sendiri.
Aku tahu, gila ya?
Aku sendiri cukup terkejut saat dugaanku benar. Begitu aku melihat ada kejanggalan di dinding kamar bermain, aku langsung tahu ada sesuatu yang tidak beres. Warna putih pada wallpapernya lebih bersih daripada yang lain, dan lagi, wallpaper dinding itu terlihat baru saja dipasang setidaknya beberapa hari yang lalu. Tidak sulit bagiku dan Yoongi untuk segera mencabut wallpaper dinding itu.
Hal selanjutnya yang kami temukan membuatku bergidik ngeri.
Dinding itu hanya dilapisi papan kayu, yang, lagi-lagi, dapat kami cabut dengan mudah, mengungkapkan sebuah lubang berukuran dua kali satu dengan sesosok mayat seorang pria didalamnya.
Kepala pria itu nyaris hancur disatu sisi, tanda bahwa dia tewas karena dipukuli oleh benda tumpul berkali-kali sampai mati. Bau busuk bercampur amis menguar keluar dari jasadnya, membuatku harus menahan rasa mual yang luar biasa sementara Yoongi dengan sigap memeriksa kondisi mayat itu. Aku heran kenapa dia bisa melakukannya tanpa muntah.
"Joo, telepon polisi." ujar Yoongi, saat dia tengah 'menggeledah' saku celana si mayat pria yang mengenaskan itu. Dilihat dari jas dengan noda darah dan celana katun yang dikenakannya, aku rasa pria malang itu dulunya merupakan seorang pegawai kantoran.
Dengan gerakan yang terburu-buru, aku mengeluarkan ponsel dari saku celanaku untuk menelepon polisi, tetapi, sebelum sambungan telepon benar-benar terhubung, ponselku tiba-tiba saja jatuh dari tanganku dan menghantam keras lantai yang dingin.
Awalnya, aku kira ponselku jatuh karena aku terlalu gemetaran, tapi, setelah aku merasakan hantaman keras di punggungku—yang, omong-omong, berhasil membuatku jatuh tersungkur ke lantai, aku tahu apa yang sedang terjadi.
"Joohyun!" seru Yoongi, aku bisa melihat raut cemas tergambar jelas di wajahnya.
"Kelihatannya kalian lebih pintar dari yang aku duga, ya?" ujar Kwangsoo, sambil menepukkan tongkat bisbol ke tangannya pelan. Sial, kenapa dia harus berdiri didepanku, sih?
Dari sela-sela kaki Kwangsoo yang menghalangi pandanganku yang saat ini tengah berusaha untuk bangkit, aku bisa melihat Yoongi tengah menahan amarahnya sambil menatap Kwangsoo tajam-tajam. Napasnya memburu, kedua tangannya mengepal, dan aku yakin, Yoongi siap menghajar pria brengsek dihadapannya ini kapan saja.
"Sayangnya begitu, tuan Lee." ujar Yoongi—dan wow, nadanya benar-benar dingin. Aku penasaran apakah dia selalu sekeren ini ketika sedang menghadapi orang jahat.
"Harusnya yang kalian lakukan itu cuma membasmi hantu!" jerit Kwangsoo, kali ini sambil menepukkan tongkat bisbol ke tangannya dengan cukup keras. Ouch. Itu pasti sakit.
Tunggu—sebenarnya bekas pukulannya di punggungku juga sakit, sih.
"Sayangnya lagi, nggak cuman itu yang bisa kulakukan. Aku bisa menarik kesimpulan bahwa pria malang ini, siapapun namanya, terlibat perseteruan antara kamu dan istrimu. Bisa jadi, dia adalah selingkuhan istrimu karena nona Hyomin sudah nggak tahan dengan kelakuan kasarmu, barangkali karena kamu pemabuk dan gemar memukulnya. Lebam di ujung mata kanan nona Hyomin bisa membuktikan perlakuan kasarmu, dan ketakutan yang ditunjukan anakmu ketika melihatmu menjadi bukti kuat lainnya.
YOU ARE READING
The Frighteners
FanfictionMin Yoongi adalah seorang pemburu hantu. Bae Joohyun adalah seorang penyihir. Roda takdir mempertemukan mereka dalam situasi yang tidak terduga. Serangkaian pembunuhan misterius disertai dengan kemunculan penampakan-penampakan hantu membuat Yoongi d...