Keeseokan harinya, semuanya berjalan seperti biasa.
Jongwoon membuka toko dan sudah berjaga di kasir sejak pukul sembilan pagi. Kyuhyun—yang semalam ikut menginap karena kami membahas kasus si hantu hitam besar yang jelek itu sampai tengah malam—pulang kerumahnya subuh-subuh sekali, dengan diantar oleh Jongwoon menggunakan mobil Yoongi. Mobil kakakku sendiri bakal diambil nanti siang, mengingat kemarin kami menitipkannya di sebuah kedai makanan saat kami tengah panik menyusul Yoongi ke tempat kejadian perkara.
Aku bersyukur karena Yoongi sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda kesakitan pasca dicekik oleh si hantu hitam besar. Bibirnya yang semula pucat pasi seperti kertas berangsur-angsur memerah, suhu tubuhnya juga mulai kembali normal. Yoongi juga makan cukup banyak sewaktu aku menyuguhkan masakanku untuk makan malam, dan hal itu cukup membuatku terkesan.
Jujur saja, aku jadi agak canggung ketika harus bertemu dengan Yoongi. Sejak dia menatap mataku tanpa berkedip dengan cukup lama tempo hari, ada sesuatu yang berubah antara kami berdua. Entahlah, aku sendiri juga tidak tahu kenapa. Intinya, setiap kali aku harus berpapasan tanpa sengaja dengannya, aku nyaris tidak bisa menyembunyikan rasa maluku.
Misalnya, seperti saat ini.
Aku baru saja hendak mencuci piring-piring bekas sarapan kami di dapur saat Yoongi tiba-tiba saja muncul di pintu dapur dengan segelas air di tangannya. Well, bukan muncul tiba-tiba seperti hantu, sih, tapi itu cukup membuatku terkejut dan nyaris menjatuhkan piring-piring di tanganku.
Menatap wajahnya untuk melihat ekspresinya saja aku tidak berani.
"Sori." katanya, sambil menyimpan gelasnya di meja konter. "Sini, biar aku bantu."
Oh, ya ampun. Dia baik banget.
Tunggu. Aku tidak boleh terkesan genit didepannya. Aku harus tetap menjaga imej-ku.
"Nggak usah." aku menggelengkan kepalaku, berusaha untuk memasang tampang jutek seperti biasa padahal jantungku mulai berdebar-debar tidak karuan.
"Kamu yakin? Piringnya lumayan banyak, loh."
Aku melengus kemudian berjalan menuju bak cuci piring, melewati Yoongi yang aku tahu pasti tengah menatapku.
"Aku bisa sendiri, kok." jawabku, sambil harap-harap cemas apakah Yoongi akan tetap bersikeras membantuku mencuci piring atau malah pergi karena ucapanku.
Sial. Sepertinya aku salah bicara.
"Oh, aku tahu." ujarnya, terdengar melangkah mendekatiku sementara aku mulai menggosok piring menggunakan spons.
"Kamu bisa menggunakan sihir untuk membersihkan semua ini, kan?"
Aku menaikkan sebelah alisku, menatapnya sekilas, kemudian mendelik.
"Kamu pikir semua bisa dilakukan dengan sihir, huh?"
"Well," tahu-tahu saja, Yoongi berdiri disampingku, mengambil spons kemudian mulai menggosok sisa piring yang ada.
"Aku cuman pengen tahu sehebat apa kekuatan sihirmu. Kukira bakal sekeren di film Harry Potter." ujarnya, membuatku tertawa mencibir.
"Kamu meremehkanku?"
"Nggak, kok. Dilihat dari raut wajah kamu yang selalu jutek saja, aku tahu kamu kuat banget."
Tanpa ragu-ragu aku mencubit pinggulnya kuat-kuat, membuatnya mengaduh kesakitan. Selain karena aku gemas dengannya, aku juga tidak suka jika ada yang menilai raut wajahku seperti itu. Sekalipun, memang, aku sendiri menyadari bahwa tampangku rada judes.
YOU ARE READING
The Frighteners
FanfictionMin Yoongi adalah seorang pemburu hantu. Bae Joohyun adalah seorang penyihir. Roda takdir mempertemukan mereka dalam situasi yang tidak terduga. Serangkaian pembunuhan misterius disertai dengan kemunculan penampakan-penampakan hantu membuat Yoongi d...