"Terima kasih sudah mau membantuku, sir." ujar Jung Soojung, cewek cantik berambut pendek dengan sebuah poltergeist dirumahnya.
Aku tersenyum simpul sambil membereskan barang-barang bawaanku, memasukannya kedalam bagasi mobil sementara cewek itu berdiri di sampingku dan tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih.
Well, sebenarnya, yang aku lakukan hari ini hanya mengusir poltergeist yang mengganggunya semalaman saja. Hantu itu bahkan tidak malu-malu untuk menyembunyikan wujudnya, seorang anak laki-laki jahil yang hobinya membuat barang-barang melayang. Dengan sekali tebasan athame, aku berhasil mengusir roh anak laki-laki tersebut dan barang-barang di rumah Soojung kembali seperti semula.
Aku maklum, sih. Kalau aku jadi seorang cewek yang tinggal di rumah yang cukup besar sendirian dengan poltergeist didalamnya, aku juga pasti bakal panik dan menelepon seorang pembasmi hantu seperti yang dia lakukan.
"Sama-sama." ujarku, setelah aku menutup bagasi mobil kemudian menatapnya. "Dan tolong, jangan panggil aku sir. Aku nggak setua itu kok."
"Ah." Soojung menundukkan kepalanya, terlihat berusaha menyembunyikan rona merah di pipinya. "Maaf, tapi aku merasa berhutang padamu karena sudah mengusir hantu di rumahku. Kalau nggak ada kamu, aku mungkin nggak akan bertahan tinggal di rumah ini sampai besok."
Aku kembali menunjukkan senyuman tipisku. "Jangan lupa untuk menyalakan lilin lavendelnya saja, untuk berjaga-jaga. Kalau begitu, aku permisi dulu, ya."
Aku meninggalkan rumah Soojung setelah berpamitan dan sedikit basa-basi dengannya. Soojung cewek yang cukup manis dan anggun, aku harus mengakui itu. Entah aku yang terlalu ge-er atau bukan, tapi, selama aku berusaha mengusir hantu di rumahnya itu, Soojung sama sekali tidak pernah lepas dariku. Sekalipun tidak bersentuhan langsung, tangannya terus memegang ujung jaketku dari belakang, dan aku bisa merasakannya dengan cukup jelas.
Biarlah. Barangkali dia ketakutan mengetahui bahwa ada hantu dirumahnya. Aku harap sekarang dia bisa jadi lebih berani.
Jam menunjukkan pukul dua belas siang ketika aku meninggalkan rumah Soojung. Sambil menyusuri jalan, aku merenung memikirkan apa yang akan aku lakukan setelah ini, berhubung aku tidak mendapat panggilan kasus lain dan jadwalku akan benar-benar kosong sampai malam.
Sempat terpikir olehku untuk kembali ke rumah dan melanjutkan tidur, karena semalam aku hanya tidur selama dua jam dan saat ini mataku terasa perih karena kurang tidur. Tapi, begitu aku ingat bahwa Jongwoon dan Joohyun sedang menggali informasi tentang sihir hitam di rumah kenalannya Jongwoon, aku rasa aku wajib untuk menyusul mereka.
Toh, sewaktu aku mengatakan bahwa aku tidak bisa ikut mereka, Joohyun terlihat agak kecewa dengan pernyataanku, membuatku jadi memikirkannya terus sepanjang hari. Kalau aku tidak segera bertemu dengannya, aku berani bertaruh, aku akan terus memikirkannya sampai malam nanti.
Sementara tangan kananku memegang kemudi, aku menggunakan tangan kiriku untuk meraih ponsel kemudian menelepon Jongwoon. Aku harus memastikan alamat rumah kenalannya itu karena aku sedang dalam mood yang kurang baik untuk nyasar.
"Halo?" alih-alih mendengar suara Jongwoon hyung, aku mendengar suara seorang perempuan ketika teleponku akhirnya diangkat.
Oh, iya. Ini kan suara Joohyun.
"Joohyun ya? Ini aku, Yoongi." kataku, sedikit berbasa-basi hanya untuk memastikan.
Dari ujung sana, aku bisa mendengar Joohyun tertawa kecil.
"Aku tahu ini kamu, kok. Nama kamu, kan, ada di layar waktu telepon masuk."
Sial. Benar juga ya. Sekarang aku jadi terdengar bodoh.
"Hahaha." aku tertawa garing, berusaha menyembunyikan rasa maluku. "Jongwoon mana?"
"Lagi di toilet, ada apa? Kamu mau nyusul kesini?"
Hei, katakanlah aku delusional, tapi aku yakin sekali aku menangkap nada gembira ketika Joohyun berbicara barusan.
"Iya." jawabku, kemudian dengan sedikit terburu-buru menginjak pedal rem karena mobil didepanku berhenti mendadak.
"Dimana sih rumahnya?" tanyaku, kali ini sambil sedikit melongokkan kepalaku untuk melihat apa yang menyebabkan mobil didepanku berhenti.
"Nggak jauh kok, kamu bisa lewat jalan tol, setelah itu...."
Mendadak saja, suara Joohyun tidak terdengar lagi di telingaku. Semua panca indraku tertuju pada kerumunan yang ada di depanku, mencoba mencari tahu apa yang membuat mereka berkerumun seperti itu.
Selama beberapa detik, jantungku serasa seperti berhenti berpacu saat seseorang melewati mobilku sambil berkata keras-keras ;
"Ada yang dibunuh!"
Tanpa perlu berpikir dua kali, aku mematikan mesin mobilku, mengambil kunci, kemudian turun dari mobil untuk ikut bergabung dengan kerumunan itu. Gerakanku terlalu terburu-buru sampai-sampai aku tidak sadar bahwa aku masih menempelkan ponselku di telingaku. Dari kejauhan saja, aku bisa mencium dengan jelas bau besi khas darah yang masih segar, tanda bahwa siapapun yang menjadi korban ini belum lama dibunuh.
Setelah menerobos kerumunan dan sedikit sikut-menyikut dengan beberapa orang, aku bisa melihat sesosok mayat perempuan yang terbaring di aspal dengan posisi yang sangat janggal, matanya melotot, darah mengalir dari lehernya yang menganga lebar.
Tidak jauh darinya, aku melihat sebuah kertas perkamen yang dililit oleh tali kur, dengan ranting-ranting kecil mencuat keluar dari dalamnya.
Sebuah voodoo.
"Yoongi? Hei, ada apa? Yoongi!"
YOU ARE READING
The Frighteners
FanfictionMin Yoongi adalah seorang pemburu hantu. Bae Joohyun adalah seorang penyihir. Roda takdir mempertemukan mereka dalam situasi yang tidak terduga. Serangkaian pembunuhan misterius disertai dengan kemunculan penampakan-penampakan hantu membuat Yoongi d...