Jujur saja, aku tidak pernah menyangka bahwa Joohyun bakal seniat ini.
Jadi, wajar jika aku tersedak minumanku sendiri saat Joohyun mengatakan dia mau ikut menemaniku membasmi hantu. Meskipun setelah itu Joohyun terlihat salah tingkah, tapi tidak ada kata-kata penyanggahan yang cukup berarti keluar dari mulutnya. Jongwoon memang sempat menggodanya sekaligus melarangnya karena dia bilang itu ide yang buruk, tapi Joohyun terlihat tetap pada pendiriannya. Dia sama sekali tidak menarik kembali ucapannya, padahal, dari raut wajahnya, aku tahu dia tidak sengaja kelepasan bicara.
Dan anehnya, hal itu malah membuatku tersipu.
"Jangan ge-er." kata Joohyun ketika kami baru saja tiba di rumah klien-ku, mengambil sekantung garam dan serutan besi dari bagasi mobilku kemudian memasukannya kedalam tas ransel usangku.
"Aku melakukan ini karena aku ingin membuktikan kepada Jongwoon bahwa aku juga bisa." lanjutnya, kemudian menutup bagasi mobil dengan agak keras. Untung saja mobilku ini tahan banting.
"Kamu tahu? Aku udah mulai capek sama Jongwoon yang selalu memperlakukan aku kayak anak kecil. Lihat bagaimana dia melarangku barusan, kan?"
Aku mengangkat bahuku, berusaha sebaik yang aku bisa untuk menjaga perasaannya.
"Yah...." aku menarik napas pelan kemudian mengendong tas ranselku yang ternyata cukup berat. Maklum, Jongwoon menjejalkan hampir semua alat-alat proteksi kedalam tasku begitu dia tahu dia tidak akan bisa menang beradu argumen dengan Joohyun. Aku tidak yakin apakah tindakannya itu termasuk proteksi diri atau wujud dari paranoia saja.
"Ugh, ya sudahlah. Nggak perlu bahas itu lagi, bikin aku makin jengkel saja." dengus Joohyun, mengibaskan tangannya kemudian berjalan mendahuluiku menuju pintu rumah klien.
Aku melangkahkan kakiku mengikuti Joohyun dari belakang. Mataku menatap berkeliling untuk memeriksa apakah ada sesuatu yang aneh di pekarangan rumah klien-ku, selain aura dingin yang janggal yang sudah aku rasakan sejak aku memarkirkan mobilku di halamannya.
Joohyun berhenti tepat didepan pintu sementara aku berdiri dibelakangnya. Awalnya, aku kira dia hendak mengetuk pintu itu, tapi alih-alih melakukannya, dia malah membalikkan badannya kemudian menatapku. Belakangan aku baru sadar bahwa ternyata aku jauh lebih tinggi daripadanya.
"Yoongi." ujarnya, matanya menatapku tajam-tajam. "Aku mohon, setelah ini, ajari aku cara membasmi hantu, ya?"
Bahkan, dari nada bicaranya saja, aku tahu Joohyun serius dengan ucapannya.
Sebelum aku sempat menjawab permintaan Joohyun, pintu didepan kami tiba-tiba saja terbuka, menampilkan sosok seorang pria paruh baya, usianya mungkin sekitar tiga puluh lima tahun, dengan wajah yang kusam dan rambut yang acak-acakan. Matanya menunjukkan bahwa dia sudah tidak tidur setidaknya selama satu hari penuh, dan, berani taruhan, dia baru saja meminum sebotol alkohol. Baunya tercium kemana-mana.
"Kamu Min Yoongi?" tanya pria itu, dan aku baru sadar bahwa dia juga menumbuhkan beberapa kumis tipis di wajahnya.
Aku mengangguk. "Anda yang meneleponku, kan?"
"Ya, itu aku." jawabnya, suaranya terdengar seperti orang yang sehabis terkena flu.
Tanpa banyak berbasa-basi, aku dan Joohyun memasuki rumah pria bernama Lee Kwangsoo tersebut. Bau tajam khas asap rokok bercampur dengan alkohol menusuk hidungku ketika aku masuk, dan sepertinya Joohyun juga merasakan hal yang sama, karena dia langsung menutup hidungnya dengan tangan kanannya.
YOU ARE READING
The Frighteners
FanfictionMin Yoongi adalah seorang pemburu hantu. Bae Joohyun adalah seorang penyihir. Roda takdir mempertemukan mereka dalam situasi yang tidak terduga. Serangkaian pembunuhan misterius disertai dengan kemunculan penampakan-penampakan hantu membuat Yoongi d...