30 | Yoongi : Failure

36 7 0
                                    

Beberapa petugas kepolisian dan tim forensik mulai berdatangan lima menit setelah aku menelepon mereka.

Aku dan Joohyun duduk di kursi taman yang ada didekat kami, menonton para petugas yang mulai bekerja sambil mengatur napas kami yang masih tersengal-sengal. Aku sendiri berusaha untuk mengembalikan ritme detak jantungku menjadi normal sembari menggenggam tangan Joohyun. Cewek itu terlihat shock—atau mungkin marah, aku kurang bisa membedakannya disaat seperti ini, karena sedari tadi dia tidak mengatakan apa-apa.

Wajar, sih. Kalau aku jadi dirinya pun, aku bakal sama shock dan marahnya.

Padahal kami nyaris berhasil. Sedikit lagi, tapi hal yang tidak kami duga sebelumnya terjadi dan mengacaukan segala rencana kami.

"Sudah kuduga kamu terlibat dalam kasus ini, Yoongi." Park Jungsoo melangkahkan kakinya kearahku, dan sebagai mantan bawahan yang baik, aku berdiri untuk menyambutnya.

"Kurang lebih begitu, hyung." jawabku.

Jungsoo hyung menghela napasnya kemudian melirik Joohyun yang masih duduk dengan kaku di kursi taman.

"Dan cewek ini adalah...?"

"Rekanku." jawabku cepat, membuat Jungsoo hyung menganggukkan kepalanya. "Ini pertama kalinya dia melihat hal semacam ini, jadi dia agak sedikit terguncang."

"Ya ampun, itu buruk." ujarnya. "So, bisa ceritakan kepadaku kenapa kamu bisa ada disini dan apa yang terjadi sebelum mayat ini ditemukan?"

Setelah menarik napas cukup panjang, aku menjawab pertanyaan Jungsoo hyung dan menceritakan semuanya secara mendetail. Aku menjelaskan apa yang sedang—atau tadinya akan aku lakukan disini, kemunculan Soojung, si hantu hitam besar dan apa yag terjadi selanjutnya. Itu, otomatis, membuatku harus bercerita juga tentang apa pekerjaanku selama ini serta kemampuan melihat hantu yang aku miliki.

Tepat seperti dugaanku, Jungsoo hyung mendengarkan semuanya dengan mata terbelalak dan kening berkerut. Aku maklum, semua ini pasti terdengar aneh ditelinganya. Bisa jadi dia menganggapku mabuk.

"Jadi... kamu dan cewek ini membasmi hantu? Menurutmu semua pembunuhan ini ulah seorang cewek dan... hantu? Begitu?" tanyanya, terdengar nada tidak percaya pada kalimatnya.

Dengan berat hati, aku menganggukkan kepalaku, membuat Jungsoo hyung sampai harus menutup mulutnya yang kini tengah menganga lebar. Matanya menatapku dan Joohyun secara bergantian, kemudian menatap kesekelilingnya dengan sedikit terburu-buru.

"Kamu nggak sedang bercanda kan, Yoongi?" tanyanya, suaranya agak bergetar. Ternyata, dibalik sosoknya yang gagah dan berwibawa, Jungsoo hyung punya rasa takut juga.

"Apa aku terlihat seperti sedang bercanda, hyung?" aku balik bertanya.

Jungsoo hyung menatapku lekat-lekat, dan aku tahu apa yang tengah dia lakukan saat ini. Bertahun-tahun bekerja bersamanya membuatku hapal betul kebiasaannya.

"Sial, kamu serius." ujarnya. "Oke, ini memang terdengar aneh dan nggak masuk akal tapi aku percaya pada kata-katamu, Yoongi."

"Trims, hyung." balasku. Jujur saja, selama beberapa saat aku sempat takut bahwa Jungsoo hyung tidak akan mempercayai kata-kataku, dan salah-salah, aku akan dijadikan tersangka dalam kasus ini karena aku satu-satunya orang aneh yang berkeliaran disekitar TKP.

"Katamu si cewek itu menghilang, kan? Kamu tahu kira-kira kemana dia akan pergi?"

Aku memutar otakku memikirkan pertanyaan Jungsoo hyung. Ini sudah korban kelima, jadi Soojung memerlukan dua orang lagi sebelum supermoon dan waktu ritualnya tiba. Kalau aku menjadi dirinya sekarang, apa kira-kira yang bakal aku lakukan?

"Rumahnya." jawabku cepat. "Dia pasti pergi ke rumahnya untuk bersembunyi."

"Oke, kalau begitu, dimana rumahnya?"

"Hyung kenal Jung Soojung? Petugas CSI?" tanyaku, kali ini membuat Jungsoo hyung mengerutkan keningnya.

"Rasanya aku pernah bertemu dengannya beberapa kali... memangnya kenapa?"

"Nah, dia cewek yang aku maksud itu, hyung."

Untuk kesekian kalinya, Jungsoo hyung terbelalak kaget. Aku merasa bersalah karena telah memberinya kejutan bertubi-tubi dengan cara seperti ini, tapi, mau bagaimana lagi.

"Kalau gitu kita harus mengepung rumahnya sekarang." Jungsoo hyung bergegas meraih walkie-talkie yang semula terselip di ikat pinggangnya, tetapi sebelum dia sempat menyalakan alat itu, aku buru-buru menahannya.

"Tunggu dulu, hyung. Kita nggak boleh gegabah, salah-salah nanti dia kabur dan pencarian kita harus dimulai dari nol lagi." kataku, dan sebenarnya, aku hendak melanjutkan kalimatku sebelum Joohyun akhirnya menyela.

"Kita harus datang pelan-pelan. Biar aku dan Yoongi yang pergi duluan, beri jeda waktu sepuluh menit kemudian tim kepolisian bisa mulai beraksi." ujarnya, berhasil membuatku terpana karena Joohyun terdengar sangat tegas saat ini.

Jungsoo hyung menatapku dan Joohyun secara bergantian, terlihat menimbang-nimbang saran—yang menurutku, malah terdengar seperti perintah—dari Joohyun. Cewekku ini memang keren.

"Joohyun benar, hyung." timpalku. "Kami berdua akan menahannya sebelum kalian datang."

Karena percayalah, hyung, menurutku hanya aku dan Joohyun yang mampu menahan cewek seperti Soojung. Kekuatannya terlalu besar, kepolisian tidak ada apa-apanya dengan seorang penyihir hitam yang bekerja sama dengan roh jahat. Serangan yang dilontarkannya memang tidak main fisik, tapi jauh lebih menyeramkan daripada itu.

"Oke, aku setuju dengan rencana kalian. Kita bisa mulai sekarang."

*

Perjalanan dari perpustakaan menuju kembali ke rumah Jongwoon memakan waktu tidak lebih dari tujuh menit. Baik aku maupun Joohyun sama-sama tidak mengatakan apapun sepanjang perjalanan pulang, dan jujur saja, aku sendiri sudah cukup tegang sampai rasanya sulit untuk berbicara. Sepertinya Joohyun juga merasakan hal yang sama, karena sedari tadi, dia terlihat berkali-kali memeriksa ponselnya dan sesekali melirik kearah kaca spion.

Tujuan kami kembali ke rumah Jongwoon sebelum melanjutkan perjalanan menuju rumah Soojung adalah untuk mengambil beberapa barang yang akan kami gunakan sebagai senjata. Tentu, senjata utama kami adalah athame, tapi hanya mengandalkan belati itu saja tidak cukup, jadi kami memutuskan untuk mengambil sisa persediaan garam batu yang Jongwoon simpan di rumahnya, berbotol-botol air suci, serutan besi, serta jimat pelindung.

Seharusnya, kami hanya memerlukan waktu sedikitnya tiga menit untuk bersiap-siap kemudian pergi lagi, tapi suatu hal tiba-tiba saja terjadi dan menahan kami sedikit lebih lama.

Cho Kyuhyun tiba-tiba saja datang begitu kami hendak berangkat. Wajahnya babak belur, darah mengalir pelan dari pelipisnya yang terluka.

Jalannya terseok-seok ketika menghampiri kami, dan begitu dia berhasil mencapai halaman rumah, Kyuhyun terjatuh.

"Ya ampun!" jerit Joohyun, dan dengan sigap, kami berlari untuk membantunya.

Aku kira Kyuhyun sudah tidak sadarkan diri, tapi ternyata dugaanku salah. Kyuhyun hanya terbaring, napasnya tersengal-sengal, dan kalau aku tidak salah lihat, matanya berkaca-kaca.

"Jongwoon... Jongwoon..." bisiknya, membuat jantungku seolah-olah merosot dari tempatnya.

Perasaanku mengatakan bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi.

"Kenapa? Dimana Jongwoon oppa?" tanya Joohyun, sembari membantu Kyuhyun untuk duduk. Aku tahu Joohyun sama cemasnya denganku, atau, mungkin saja lebih.

Kyuhyun menelan ludahnya sebelum melanjutkan berbicara.

"M-mereka menangkapnya!" jawaban itu membuatku menahan napasku.

Oh, ya tuhan.

"Siapa?" tanya Joohyun lagi, dan sama seperti Kyuhyun, matanya mulai berkaca-kaca.

"S-si penyihir hitam itu! Dan teman hantunya!" 

The FrightenersWhere stories live. Discover now