"Well, setidaknya, kita mendapatkan sedikit informasi."
Aku tidak tahu kenapa Jongwoon bisa sesantai ini, padahal, kami baru saja dikalahkan oleh sebuah makhluk hitam besar berkekuatan super yang mampu membuat Yoongi terbang hingga membentur tiang. Semua proteksi yang kami bawa sama sekali tidak berfungsi menahan makhluk itu, jadi, bisa dibilang kami kalah telak.
Terlebih lagi, aku dapat merasakan hawa membunuh yang begitu tajam dari makhluk tersebut. Hawanya begitu kuat sampai-sampai aku nyaris memuntahkan isi perutku.
Sesuatu dengan kekuatan seperti itu pastilah tidak berniat baik.
"Dan lagi, kita bisa memastikan bahwa kali ini kita benar-benar berhadapan dengan penyihir hitam." lanjutnya, sementara matanya tetap fokus dari balik kemudi.
Dari kaca spion, aku bisa melihat dengan jelas Yoongi tengah berusaha keras untuk tidak mengerang kesakitan. Raut wajahnya jelas-jelas menahan sakit, dan aku tidak bisa menyangkal perasaan bahwa aku khawatir terhadapnya. Maksudku, dia baru saja terpental dan membentur tiang dengan cukup keras. Kalau dia kenapa-kenapa, kan, aku juga yang repot.
Sisa perjalanan kami habiskan dalam keheningan. Aku tidak sedang ingin berbicara banyak, dan Jongwoon sepertinya tahu bahwa jika dia terus mengoceh sepanjang jalan dia hanya akan menambah rasa sakit yang dirasakan Yoongi saat ini, jadi dia juga memilih untuk bungkam. Kami terlarut dalam pikiran masing-masing.
Ketika kami akhirnya tiba di parkiran toko, Yoongi baru buka suara.
"Aku langsung pulang saja ya, hyung."
Jongwoon menggeleng cepat-cepat. "Kamu bercanda? Kamu baru saja terpental sejauh dua meter, Yoongi. Aku nggak mau ngambil resiko sesuatu terjadi padamu."
Yoongi tersenyum kecil kemudian menjawab, "Aku nggak apa-apa hyung, cuman syok sedikit. Besok pagi aku bakal datang kesini lagi, kok."
Akhirnya, setelah Jongwoon berpikir selama beberapa saat, dia memperbolehkan Yoongi pulang. Dengan catatan, dia harus memberi kabar kepada kakakku itu ketika dia sudah sampai rumah. Aku sendiri sebenarnya tidak setuju jika Yoongi pulang sendirian, tapi, aku juga tidak punya hak untuk menahannya disini. Aku bukan siapa-siapanya, kan?
Well, meskipun rasanya sekarang aku cemas banget memikirkannya sih.
Tidak banyak yang aku lakukan ketika aku akhirnya menginjakkan kakiku dirumah. Aku mandi air hangat untuk membuat badanku rileks, makan sup jagung hangat buatan Jongwoon sambil menonton tivi tanpa benar-benar memperhatikannya, kemudian mengajak Bugsy ke kamarku untuk menemaniku tidur. Entahlah...rasanya, setelah bertemu dengan makhluk hitam besar menyeramkan beberapa jam yang lalu, aku jadi merasa paranoid.
Aku membiarkan lampu kamarku menyala, sekalipun aku tahu disekitar rumah ini sudah terpasang proteksi yang lebih dari cukup dan hantu tidak akan bisa masuk kedalam sini. Aku membaca beberapa buku tentang sihir hitam yang kupinjam dari rak buku koleksi milik Jongwoon, berusaha untuk mendapatkan setidaknya sedikit info tentang penyihir yang aku duga tengah kami hadapi saat ini.
Tapi nihil. Tidak ada apapun yang aku temukan, dan tidak ada apapun yang masuk kedalam otakku. Mungkin karena aku terlalu sibuk memikirkan keadaan Yoongi, aku jadi tidak bisa fokus.
Tunggu dulu, kenapa juga aku harus memikirkannya ya?
Oh iya, benar. Beberapa jam yang lalu aku baru saja menyaksikannya terbang sampai membentur tiang, jelas saja aku memikirkannya.
Bugsy yang duduk di ujung kasurku saja seakan-akan mengerti kegelisahanku.
"Menurutmu aku harus bertanya apa dia baik-baik saja atau tidak, hm?" tanyaku kepada si golden retriever itu.
Bugsy terlihat menatapku sekilas, kemudian memalingkan wajahnya sambil berpangku tangan. Aku mengartikan sikapnya sebagai sebuah jawaban.
'Ya, kalau kamu mau tidur nyenyak malam ini, tanya saja. Jangan kalah oleh rasa gengsimu, Joohyun.'
Aku menghela napasku panjang. Benar juga sih, kalau aku terus memikirkannya semalaman, aku pasti tidak akan tidur dengan nyenyak.
Akhirnya, setelah melalui berbagai pertimbangan, aku memutuskan untuk keluar dari kamarku kemudian menuju kamar Jongwoon. Untungnya, kakakku belum tidur saat aku masuk kedalam kamarnya.
Jongwoon punya kebiasaan untuk membakar lilin lavendel sebelum tidur, jadi, begitu aku masuk kedalam kamarnya, aku berasa seperti memasuki sebuah ruangan spa dengan bau aromaterapi yang menyengat.
"Nggak bisa tidur?" tanyanya, tangannya tengah memegang sebuah buku. Wajahnya tampak konyol dengan kacamata baca berbentuk bulan setengah yang dikenakannya, mengingatkanku dengan Dumbledore dari Harry Potter. Untung saja dia tidak menumbuhkan jenggot putih sepanjang ekor kuda.
"Begitulah." jawabku, sambil berjalan mendekatinya. "Ada kabar dari Yoongi?"
Jongwoon menutup bukunya, melepas kacamatanya kemudian menatapku dengan tatapan menggoda.
"Apa?"
"Jangan bilang kamu mulai tertarik sama dia." ujar Jongwoon.
"Nggak usah sok tahu." dengusku. "Aku cuman... kepikiran."
Jongwoon tertawa kemudian menyuruhku untuk duduk di sampingnya.
"Dia bilang dia sudah sampai rumah dengan selamat kok. Kamu mau meneleponnya? Aku yakin dia belum tidur jam segini."
"Nggak." sanggahku cepat-cepat. Ah, sial. Sepertinya aku salah telah bertanya kepada Jongwoon.
"Aku cuman pengen tahu. Baguslah kalau dia sudah sampai rumah." Kataku, sedikit menggerutu untuk menjaga gengsiku. Yah, meskipun sebenarnya saat ini aku merasa lega karena setidaknya aku tahu dia baik-baik saja.
"Memang rumahnya jauh, ya?"
Oh, demi neptunus. Kenapa pertanyaan itu mengalir begitu saja dari mulutku, sih?
Jongwoon kembali tersenyum jahil. "Lihat siapa yang penasaran sekarang. Adikku, kalau kamu benar-benar ingin banget bertemu dengannya, kita bisa pergi ke rumahnya pagi-pagi sekali besok."
Sial. Sekarang mukaku terasa memanas. Aku yakin tampangku sudah seperti kepiting rebus saat ini.
"No way!"
YOU ARE READING
The Frighteners
FanfictionMin Yoongi adalah seorang pemburu hantu. Bae Joohyun adalah seorang penyihir. Roda takdir mempertemukan mereka dalam situasi yang tidak terduga. Serangkaian pembunuhan misterius disertai dengan kemunculan penampakan-penampakan hantu membuat Yoongi d...